Kania menarik nafasnya. Dia mengambil tasnya. Bukan untuk pulang tapi untuk pergi bersama Abi. "Lama banget sih buka pintu? Dandan apa gimana? Perasaan bentukannya biasa aja enggak ada yang berubah."
Kania mendengus kecil. Ia dan Abi berencana akan lari pagi di sekitaran apartemen mereka. "ssst, diam!" ujar Kania memperingati laki-laki itu.
"Kenapa sih? Aneh banget?"
Kania menggigit bibirnya. "Bi, kalau ada seseorang yang jatuh cinta sama lo mengundang lo untuk datang ke pesta pernikahan adiknya lo akan datang apa enggak? Masalahnya lo juga kenal dengan adiknya meski tidak terlalu dekat."
Abi menaikkan alisnya. "Om Genta memangnya bilang apa di undangannya?"
Kania membelalakkan matanya. "Kok lo tahu orang yang gue maksud Om Genta?"