"Saya enggak tahu kalau kamu bisa minum kayak gitu. Karena udah cukup umur ya?!" Genta bereaksi tidak bersemngat. Entah karena dia kecewa dengan Kania atau laki-laki itu mengkhawatirkannya. Kania memejamkan matanya rapat-rapat.
"Om, aku minta maaf!" ujar Kania.
"Kenapa minta maaf berulang kali. Kamu melakukan apa ke saya?"
Kania menggigit bibirnya. "Aku hanya kacau, oke! Aku hanya …" Kania meremas rambutnya sendiri. "Ada yang salah dari tubuhku akhira-akhir ini om. Maksudku, harusnya aku bisa melakukan semuanya dengan benar. Tapi aku kebayang lagi dan lagi. itu membuatku kalut. Rasanya aku ingin membongkar kepalaku yang sibuk berdebat terus. Tadinya aku ingin melupakan sebentar. Aku enggak tahu aku menjadi seteler itu."
"Ehm … ya, yang penting kamu belajar dari pengalaman. Ya udah! Saya mau main tennis sama Tarra hari ini. Bicara lama-lama dengan saya nanti pacar kamu cemburu."