"Menikahlah!" ujar Genta pada adiknya. "tidak perlu menahan kebahagiaan kamu sendiri. Akukan sedang mencari. Siapa tahu nanti ketemu yang cocok ditengah perjalanan dan kami akan menikah." Hati Genta dalam relung yang paling dalam masih berharap seseorang itu adalah Kania.
"Mas berjanji?" pinta Aruna pada abang sulungnya itu.
Genta menganggukkan kepalanya. "Aku berjanji."
Aruna merebahkan kepalanya di bahu saudara laki-lakinya itu. "Aku benar-benar berharap Mas bisa menikah."
Genta tertawa kecil. Dia mengusap kepala adiknya itu. "Belum tentu aku akan bahagia kalau aku menikah."
Aruna menarik nafasnya. "Lalu bagaimana dengan mama Mas? aku tidak mau berpisah dengan Mama."
"Kamu bisa ajak mama tinggal bersama kamu." Genta memberikan solusi dengan enteng.