Genta tersenyum kecil. "Kayak kamu udah pernah aja menjalaninya."
"Udah, ah, Om. Masa sama anak sma ngomongnya soal pernikahan sih."
Genta tersenyum tipis. Es krim pesanan Kania jadi. Perempuan itu segera memakannya sebelum meleleh. Reflek, tangan Genta menyampirkan rambut Kania yang sedikit tergerai. Kania salah tingkah. Segera menjauhkan tangan Genta dari pipinya yang terasa panas.
Seketika ia ingat bagaimana tangan Genta sering menyentuhnya selama beberapa bulan terakhir. Betapa sentuhan itu sangat menenangkannya. Ada juga yang memanjakannya, juga ada sentuhan yang sangat panas yang membuat Kania merasa dicintai. Perempuan itu menggelengkan kepalanya. mengenyahkan pikiran liarnya yang tidak seharusnya dia kenang sampai saat ini.
Ingatkan perempuan itu bahkan sampai dua jam yang lalu dia masih merutuki dirinya sendiri dan Omnya itu atas perasaan yang terjadi sama mereka. Sekarang, Kania dengan mudahnya sudah terbuai lagi dengan Genta.