Ibra tertawa ketika gadis tersebut sudah kembali fokus pada soalnya. Dia fokus beberapa saat mengerjakan beberapa kertas kemudian bersorak girang. "Yes ketemu!" katanya.
Ibra tertawa lagi. Apa kebahagiaan Kania hanya sebatas berhasil menaklukkan soal-soal yang rumit? "Mau gue beliin minum?" tawarnya.
"Eh?" Kania masih butuh waktu beberapa menit saat melihat laki-laki itu sudah keluar dari kelas.
Gea kembali menghampirinya, duduk disebelahnya dengan wajah yang sangat kentara akan bahan gosipan. Gadis itu menaik-naikkan alisnya yang membuat Kania juga tidak mengerti dengan bahasa tubuh gadis itu. Kania mengabaikannya lebih memilih memecahkan satu soal lagi dari pada memecahkan bahasa tubuh teman sebangkunya ini.
"Dia ngomong apa?" tanya Gea. Kania tidak perlu bertanya siapa yang Gea sebut dengan dia. Sudah pasti kata itu merujuk pada Ibra.