Kania tidak ingin goyah dengan kegilaan yang menguasai pikirannya. Ia merasa bersyukur dia mendapatkan kewarasan segera. tanpa Kania tahu, Genta mendesah. Sedikit kecewa dengan harapannya kepada Kania yang sepertinya tidak bisa bersama dalam pandangan laki-laki itu. entah kapan dia bisa mengatakan kejujuran perasaannya kepada Kania.
"Udah balik aja. cepat amat!" Tara berkomentar melihat temannya tersebut berada di rumahnya. "Atau kalian batal ketemuan jangan-jangan." Tara mencoba menganalisis temannya.
"Datang kok gue!" Genta sudah duduk di kursi lagi melupakan kejadian yang berada di dapur dengan segera. maksudnya pada bagian niatannya yang sempat ingin mencium Kania tapi batal.
"Trus?"
Diam-diam Kania mendengar perkataan ayahnya itu.