Kania tersenyum. "Iya juga ya," ujarnya.
Tara tersenyum kecil melihat kelakuan anaknya tersebut. "Mandi gih! Bareng sama papa perginya."
Kania menganggukkan kepalanya turun ke bawah sarapan. "Pagi Bi!" senyum Kania menyapa bibinya. Ia senang bibinya masih lama bersama Kania. Masih mendampingi perempuan itu dalam kondisi apapun. "Aku sayang sama Bibi. Sehat-sehat ya, Bi!" ujarnya memluk wanita paruh baya itu.
Bibi sedikit tertegun kemudian tersenyum haru balik memeluk majikannya. "Non Kania juga ya. Sehat selalu. Banyakin makan."
Kania berdecak tipis. "Aku setuju untuk sehat tapi aku tidak setuju untuk gendut. Tubuh idealku ini akan aku jaga." Bahkan ketika dia hamil dan melahirkan nantinya. Tidak seperti Kania masa depan yang memiliki banyak gelambir.
"Pa, di kantor papa ada yang bernama Rosa enggak?" tanya Kania ditengah sarapan pada ayahnya.
Tara mendongak. "Enggak! Kenapa memangnya? Aneh banget kamu tumben nanya seseorang."