"Motor-motoran?" Kania menyerngitkan keningnya.
"Yeah kamu pahamlah sayang. Kalau tidak mama kamu tidak mungkin lebih nyaman berteman dengan laki-laki." Genta menyerngitkan hidungnya. Tidak menyebutkan seberapa jadi-jadiannya Dita demi menjaga citra keanggunan mertuanya itu.
"Pukulannya kuat tahu. Bisa merontokkan gigi."
Kania tertawa kecil. "Untung Kania enggak nurunin sifat mama ya Om. Kalau enggak kasihan bangat Om. Kania pukul tiap hari. Enggak cuma udah tua tapi juga ompong ntar."
Genta menyerngit. "Kamu bermaksud menghina saya yang ompong hm?"
Kania tertawa kecil, sama sekali tidak merasa bersalah sudah berkata seperti itu pada suaminya. Genta sendiri juga bisa menertawakan keadaan tanpa bisa marah lebih besar pada Kania. Dia begitu mencintai isterinya. Semua orang tahu itu.
Kania menarik nafasnya, pandangan perempuan itu mengawang. "Kadangkala pria yang mencintai akan kalah dengan pria yang dicintai."
"Memangnya kamu suka seseorang?" alis Genta terangkat sebelah.