Genta menganggukkan kepalanya. kemudian dia menatap isterinya. Tatapan Kania jelas ingin mengatakan sesuatu pada Genta yang ingin dia ungkapkan maknanya. "Apa kamu ingin menemani mama kamu disini sayang?"
"Apa boleh?" Genta pintar sekali membaca raut isterinya. Kania langsung berbinar ketika Genta menyinggung hal yang demikian.
Dita menggelengkan kepalanya. "Enggak Kania. Kamu harus ikut suami kamu. Kamu enggak seharusnya banyak terikat lagi dengan mama. Yang sedang bermasalah itukan mama dan papa. Kamu tidak perlu ikut-ikutan saat hubungan kalian berdua baik-baik aja."
"Tapi aku ingin temanin mama." Kania memajukan bibirnya sedikit menunduk takut Dita makin memarahinya dengan keputusannya itu. bagaimana Kania sangat takut kehilangan Dita, dia pernah merasakan hidup belasan tahun tanpa mamanya. Saat takdir itu berubah, Kania tidak ingin berpisah untuk kedua kalinya. Apalagi dia tahu ibunya sedang butuh dukungan.
