"Biar yang keracunan lo doang, iyakan Tar?!" Genta malah menjatuhkan Dita lagi membuat perempuan itu mengamuk berniat mematahkan leher Genta. Untungnya pria itu segera menghindar. Sementara Tara membiarkan saja isterinya. Siapa suruh Genta bertingkah. Kania sampai di dapur sekilas dia menatap dua kawan karib yang kejar-kejaran. Kania benar-benar mengerti semenakutkan apa mamanya itu. tapi dia juga mengerti kenapa Genta tidak takut kemarahan Dita sama sekali. Dita sangat hangat. Bahkan untuk orang yang pernah melukai hatinya. Berbeda sekali dengan Kania yang sulit memaafkan.
"Hai Mbak!" Kania menyapa Aruna.
Perempuan itu hanya menatap Kania dengan tatapan sinisnya. Dia mengerti kenapa perempuan itu seperti itu. Aruna menghentakkan kakinya, pergi dari Kania ke ruang depan. Menghindari perempuan itu. sayangnya Kania terbiasa dengan tingkah Aruna.