"Bisa dengarin gue enggak sih?!" balas Dita yang murka pada temannya yang selalu menguji kesabarannya itu.
"Okeh, okeh, maaf!" ujar Genta.
"setelah gue pikir-pikir, gue jadi tahu kenapa gue memilih untuk melahirkan Kania pada akhirnya. Gue enggak tahu apakah gue bisa bertahan sampai tua dengan Tara atau enggak, Ta. Gue akan mati juga ujung-ujungnya. Kalau gue enggak sempat memberikan anak buat Tara maka Tara akan sebatang kara lagi." Dita memberikan tatapan redupnya.
Kali ini Genta menanggapinya dengan serius. "Enggak Dit. Kania udah kasih bocoran, Kan, suatu saat Tara akan menemukan seorang gadis dan menikah dengan perempuan itu." Genta menjilati bibirnya. "Dia enggak akan sendirian. Gue jamin itu. dia bisa mendapatkan anak dari itu."