Tara tersenyum mendengar perkataan Dita. Ia menghampiri perempuan itu kemudian memeluk Dita. Memberikan isterinya itu ketenangan.
"Udahlah!" ujar Tara yang membuat Dita melotot.
"Apa yang lo maksud dengan udah? Lo biarin tindakan Genta gitu?" Dita menatap suaminya dengan pandangan geram.
"Bukan gitu. Maksud gue, lo stop bentarlah marah-marah gitu. Takut gue tahu enggak sih, dit!"
Dita mengerutkan keningnya mendengar perkataan Tara. "Kenapa gitu?"
"Habisnya lo marahnya di dekat gue bukan di dekat Genta." Perkataan Tara berhasil menerbitkan sedikit senyuman di bibir Genta. "Kasih aja pohon itu ke babe. Biar nanti dia yang nanam. Entah di tempat kita atau Genta, toh semuanya juga lokasi tanahnya dia."
Dita menatap suaminya beberapa saat. "Tar, lo brilliant!"
"Makanya jangan asal marah-marah dulu!" Tara memeluk isterinya itu cukup erat. Tersenyum tipis dengan Dita yang berhasil ditenangkannya. "nah, kalau gini kan di mata gue lo kayak bidadari."