Genta gemas menyentil hidung Pujaan hatinyanya itu. "Giliran kamu aja."
"Kerjaan om gimana?" tanya Kania beralih pada hal lainnya.
Genta terdiam selama beberapa saat. "Baik!"
Kania mengerutkan hidungnya. "Aku emang enggak ngerti apapun tentang bengkel Om, tapi aku bisa kok jadi pendengar yang baik. jangan suka mendam masalah sendiri gitu. Adik-adik om pada khawatir sama kakaknya tahu enggak."
Genta mengusap kepalanya. "Uhm, yeah …" sulit bagi pria itu buat berkata-kata.
"Enggak perlu ke mereka. Sama aku aja."
Genta menatap Kania selama beberapa saat. "Kamu tahukan sekarang lagi krisis. Investor pada takut buat investasi. Aku enggak yakin akan bertahan lama. Mungkin kalau enggak kencangkan ikat pinggang dari sekarang, apa yang udah papa rintis bisa berakhir gitu aja." Genta mengusap kepalanya.
"Bisa kok Om lewatinnya. Orang di masa depan perusahaan Om berkembang dengan sangat besar gitu."
Genta melirik pada Kania. "Oh ya? Gimana caranya?" tanya Genta.