"Uhum!" Tara menganggukkan kepalanya.
Dita berdecak. Dia harus memberikan pengawasan lebihnya lagi pada Kania agar dia tidak kecolongan seperti malam tahun baru.
Tidak perlu pakai motor, mereka cukup jalan kaki. Dita dengan jelas mempertahankan puterinya jauh dari Genta. Tapi pria itu melihat Kania saja sudah lebih cukup baginya. Memastikan Kania tidak tambah membencinya semenjak malam itu.
Mereka sampai saat pertandingan sudah jalan beberapa menit. Jordan memberinya kursi yang membuat Dita melebar dengan nyaman. Dafa dan lainnya sedang melebarkan senyumnya menjadi primadona membuat Tara mendengus. Salah satu diantara orang-orang itu ada beberapa wajah yang Kania hapal. Jordan salah satunya.