Genta terhenti meneguk salivanya. "Malam terakhir saat di liburan itu. lo ingat kalau Kania minta kami bicara bukan? Gue mengeluarkan kata merendahkan lagi sama dia. Dia sempat mengancam untuk membuktikan dirinya akan seperti yang gue tuduhkan itu. Dia akan menggoda seseorang Ya Tuhan, Dit! Hanya beberapa langkah lagi dia sampai di tempat ronda. Bisa lo pastikan gimana gilanya gue."
Genta berhenti lagi. "Gue hilang kendali saat dia benar-benar bertingkah gila lagi. Gue kelepasan tapi dia …" Genta terhenti. "Dia tidak perawan lagi malam itu. gue kecewa. Setelah itu gue bayar dia. Dan Kania membenci gue semenjak saat itu sampai sekarang."
Dita menyikut perut temannya itu. "Jangan ucapkan kata menjijikkan itu dihadapan gue sekali lagi, Ta! Gue jijik mendengarnya. Lebih baik lo cari perempuan lain selain Kania."