"Bang Tara dan Mbak Dita masih di kamarnya." Kania sudah menjelaskan di mana Tara dan Dita sebelum Genta membuka suaranya.
Genta mengangguk kepalanya. Genta memperhatikan Kania selama beberapa saat yang membuat perempuan itu menghembuskan nafasnya. "Kenapa lagi? aku enggak punya waktu meladeni perkataan Mas!"
"Kania, kamu yakin tidak hamil?"
"Aku bahkan sedang dalam masa bulanan saat ini? Kenapa bertanya terus?"
Genta menggigit bibirnya. pertama dia khawatir apa yang menimpa Erwin juga terjadi juga padanya, kedua, Genta berharap kalau Kania hamil anaknya entah kenapa. Seolah dia ingin sesuatu yang melegalkan perempuan itu untuk dimiliki sepenuhnya.
"Untunglah! Kalau lo hamil kabari gue!"
"Enggak mungkin lagi kecuali kalau kita melakukannya!" Kania mendesis kecil.
"Trus kenapa lo sakit? gue dengar dari Dita dan Genta lo juga mual!"