Kania tidak punya pilihan lain selain mengiyakan saja semua petuah kedua orang tuanya tersebut dari pada Dita masih terus berada disana dengan segudang perhatiannya. Kania masih ingin sendiri.
"Tolong tutup pintunya!" pesan wanita itu. Dita dan Tara menurut membuat Kania menghembuskan nafasnya ketika pintu berhasil juga ditutup.
***
Pagi-pagi sekali Genta sudah menggedor-gedor kediaman Tara. Bukan untuk meminta sarapan seperti biasanya. Kali ini dia bermaksud mengantarkan sarapan. Pria itu menggerutu ketika Dita meneleponnya dengan telepon rumah –padahal mereka bersebelahan- menyuruh Genta dengan seenak jidatnya bangun mencari bubur untuk sarapan.
"Nih buburnya! Puaskan lo?!" decak Genta dengan wajah yang sangat masam.
"Thanks!" Dita melebarkan senyumannya membawa mangkuk tersebut ke dalam. "Kenapa harus ada bubur sih, dit? Biasanya lo lebih suka nasih uduk." Genta bersungut-sungut.