Genta berdehem. "Adik lo bikin gue kesal."
Tara melirik ke dalam rumah. meskipun dia tidak melihat Kania disana dia yakin Kania masih bisa mendengar. "Mungkin dia mau ajak lo berteman aja tapi enggak tahu caranya. Ingat, dia masih sembilan belas tahun. sebatang kara lagi. selama ini dia selalu sendirian mungkin. Siapa tahu dia sedang mencari perhatian."
Genta menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan hipotesis temannya. "Dari yang gue lihat dia mau nidurin gue," desis Genta membuat Tara tertawa.
"Pikiran lo aja yang kotor kali." Tara geleng-geleng kepala sedikit berdecak pada temannya itu.
Genta menjilati bibirnya. pria itu kehilangan kata. "Lo enggak tahu perempuan itu. dia topeng. Dia hanya pura-pura lugu di dekat lo. Percaya sama gue! Nyet, dia hanya mempermainkan simpati lo. Gue yakin tuh anak sedang delusi. Banyak ngarang cerita bohong. Kita harus bawa dia ke rumah sakit jiwa."