"Setelah itu Aruna. aku enggak mau buru-buru menikah lantas mengabaikan tanggung jawabku pada mereka." Genta selalu punya alibi dari penolakannya.
"Rejeki itukan ada aja, Ta!"
"Iya, tapi kalau aku udah menikah pasti buat isteriku semuanya. aku punya prioritas lain selain ama dan adik-adik. Udahlah! Mama enggak perlu pusingin banyak hal. Mama cukup tahu aja, kalau aku sedang berusaha keras membahagiakan kalian. kalau ada jodohnya aku juga akan menikah kok." Genta menambahkan kata paling template diakhir kalimatnya.
Lastri menarik nafasnya. "Tapi teman kamu Tara juga sudah menikah."
"Dan mama juga tahu Tara menikah untuk apa. lagipula dia sudah menemukan orang yang tepat. Aku belum." Genta masih menjawab perkataan mamanya. Tara tidak bisa dibandingkan dengan Genta begitu saja. dia sudah lama mencintai Dita. Sementara Genta, dia tidak menemukan perempuan manapun.
"Ta, enggak ada yang sempurna di muka bumi ini. Semua pasti punya kurangnya."