"Tapi, kalau lo udah enggak sanggup menghadapin Kania nantinya jangan buang dia gitu aja. kembalikan dia baik-baik sama gue, kayak gue nyerahin dia ke lo."
Genta memeluk temannya itu dengan sangat erat membuat Tara mengeluarkan sumpah serapahnya. "Berapa lama sih lo enggak mandi? Bangke!" Tara keluar kamar Tara membiarkan laki-laki itu membersihkan dirinya. Tara menarik nafasnya mengingat lagi hal yang membuatnya berubah pikiran.
Setelah kepegian Genta, Kania menjalani harinya seperti biasa. Perempuan itu melamun dan melamun. Tidak ada aneh-aneh tentang hura-hura dan alkohol, tapi Kania kehilangan senyumnya. Dia lebih banyak melamun dan menangis. Kalau Tara menghampirinya. Dia buru-buru mengusap air matanya.
Tentu saja sebagai seorang ayah, Tara menderita melihat kelakuan puterinya itu. Tara kemudian mengambil nafasnya. "Gimana menurut Bibi?" tanya Tara meminta pendapat pada perempuan yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya itu.