Erikkson pulang ke kediamannya setelah lelah seharian bekerja. Wajahnya tidaklah secerah biasanya. Sudah beberapa hari ini ia tidak menghubungi Laura sama sekali. Dan sialnya Laura juga tidak menghubunginya. Entah apa yang sebenarnya dirasakan oleh Erikkson pada wanita muda itu. Biasanya ia hanya cuek saja jika ada gadis yang dekat dengannya pergi begitu saja. Namun kali ini berbeda. Laura meninggalkan bekas yang tidak ia mengerti.
"Monica? Apa yang kamu lakukan di sini?" Erikkson terkesiap dengan kehadiran seorang gadis muda dan cantik yang menunggu di lobi apartemennya. Monica dengan centil mendekat pada Erikkson dan langsung bergelayut pada lengannya.
"Daddy, aku merindukanmu!" rengeknya manja merayu Erikkson. Erikkson menghela napas cukup panjang.
"Bukannya kita sudah putus?" Erikkson membalas menyindir Monica yang langsung cemberut.
"Maafkan aku. Aku terlalu terburu-buru mengambil keputusan." Erikkson hanya diam saja membuang pandangannya ke arah lain.