"Erland membalas dendam itu tidak baik. Mau kau membalas atau tidak pada kenyataannya ayahmu tetap berselingkuh. Meski wanita itu salah, ayahmu juga salah. Dia terpikat wanita yang baru datang di hidupnya," sahut Arisha menjelaskan. Tidak ada untungnya membalas dendam karena pada kenyataannya Eric tetap berselingkuh dan tergoda wanita yang baru hadir dalam hidupnya bahkan meninggalkan istri dan anaknya yang begitu menyayanginya.
Erland terdiam. Memikirkan apa yang diucapkan Arisha.
"Erland, aku ngantuk. Ayo tidur!" ajak Arisha dengan mata yang sudah sayut dan menguap beberapa kali menutup mulutnya.
"Kau mengajakku tidur bersama?" tanya Erland sambil tersenyum tipis dan mengedipkan matanya.
"Gak, tidurlah di zonamu. Jangan memangsaku!" sahut Arisha.
"Ku kira kau butuh kehangatan, asal kau cantik aku bersedia menghangatkanmu," kata Erland. Masih sempat menggunakan jurus casanova menerkam kelinci lucu pada Arisha.
"Tidak perlu, lama-lama aku gila kalau kau mesum seperti itu," sahut Arisha sambil menggeleng.
"Oke, tidak masalah. Lagi pula aku khawatir kau nenek tua yang ompong. Lebih baik aku tidur di zonaku," kata Erland. Tangannya meraih guling bersiap berbaring.
Bug ....
Arisha memukul pelan lengan Erland dengan bantal.
"Aw .... galak sekali kau!" keluh Erland. Padahal tidak sakit. Tapi dia suka mendengar wanita bercadar itu kesal.
"Sekali lagi kau bilang aku nenek-nenek, aku tidak segan membuatmu terusir dari zonamu!" ancam Arisha.
"Ampun, jangan bertanduk seperti ini, aku ingin tidur dan tidak ingin kau gentayangan semalam," ujar Erland.
"Erland! Kau ya menyebalkan!" Arisha kesal namun Erland segera mengamankan diri. Dia menutup tubuhnya dengan selimut, berbaring di sisi kanan memeluk guling sambil membelakangi Arisha.
"Erland! Erland!" Arisha memanggil tapi Erland tetap tak menggubris.
"Dinosaurus sudah tidur, lebih baik begitu dari pada otaknya selalu mesum," batin Arisha. Dia juga berbaring di ranjang. Memejamkan matanya. Seharian ini sudah cukup membuat Arisha lelah.
Pukul 05.00 pagi
Arisha sudah bangun lebih dulu meski dia belum sholat karena berhalangan. Arisha tidak ingin disebut malas dan suka bangun siang di rumah mertua. Karena pada kenyataannya Arisha selalu bangun saat adzan subuh berkumandang.
"Alhamdulillah," ucap Arisha lalu membaca doa bangun tidur. Baru mau menggerakkan tubuhnya. Ternyata Erland tidur memeluknya semalaman. Kakinya bahkan berada di pinggang Arisha dan tanggannya di bawah dadanya.
"Tidurpun dinosaurus ini mesum juga," ucap Arisha. Entah berapa jam Erland sudah memeluknya. Pantas saja Arisha mimpi ditindih gajah ternyata bukan gajah tapi dinosaurus.
"Erland memang pakar mesum dalam segala situasi baik sadar ataupun dalam alam mimpi, kenapa juga aku harus jadi istrinya?" keluh Arisha. Dia menggeleng. Mana tangannya begitu erat memeluk Arisha. Sampai wanita cantik itu sulit melepaskannya.
"Erland bangunlah! Lepaskan tanganmu!" pekik Arisha agar Erland bangun. Namun bukannya bangun justru terdengar suara ngorok yang mulai kencang.
"Astaga, CEO tampan ini selain jorok tukang ngorok, kok bisa jadi casanova?" ucap Arisha. Hanya dia yang mungkin tahu kebiasaan buruk Erland.
Perlahan Arisha melepas kaki Erland lebih dulu lalu melepas tangan Erland tapi justru tangan itu nakal memegang dada Arisha.
Plaaak ...
Arisha reflek menampar Erland gara-gara tangan Erland seenaknya menjamah bagian sensitifnya.
"Aw ... caramu membangunkanku galak sekali!" keluh Erland yang langsung terbangun sambil memegang pipinya.
Arisha menoleh ke arah Erland dan tersenyum senang melihatnya.
"Itu karena tanganmu ada di daerah terlarang, kau gak sadar sudah berbuat mesum padaku? Kau lupa perjanjian kita apa?" Arisha kesal. Tak terima Erland memegang dadanya.
"Hei, aku gak merasa memegangnya, atau ku pegang lagi jadi kau tak sembarang menuduh. Sekalian ku pastikan besar tidaknya," jawab Erland sambil tersenyum.
"Kau ingin yang semalam lagi? Aku siap Abang!" ucap Arisha mengingatkan Erland hal yang semalam.
Erland menelan ludahnya ingat yang semalam. Tertawa seperti orang gila gara-gara geli digelitik Arisha sampai hampir kencing di celana.
"A-ampun Elina, Ampun," ucap Erland lalu bangun dari ranjang dan berlari ke luar dari kamar.
Braaak ...
Suara pintu tertutup kencang setelah Erland kabur sebelum Arisha menggeliknya.
"Aku berhasil menghempaskan dinosaurus mesum itu, Arisha kok dilawan," ucap Arisha. Dengan mudah membuat Erland kabur dari daerah kekuasaannya.
Arisha pun bangun dari ranjang masuk ke toilet. Dia mandi lalu mengenakan gamis dan hijab menutup dadanya, tak lupa cadar yang digunakan untuk menutup wajah cantiknya.
"Aku masak sarapan untuk semua orang deh," gumam Arisha. Dia merapikan hijab terus ke luar dari kamar.
Arisha turun ke lantai bawah dan masuk ke dapur. Dia mulai menyiapkan semua bahan makanan. Menyiangi sayuran dan memotongnya.
"Elina, kau sudah masak sepagi ini?" ucap Sisilia masuk ke dalam dapur.
Arisha menoleh ke arah Sisilia. Suara ibu mertuanya itu begitu ramah dan lemah lembut berbeda dari semua orang di rumah Keluarga Dewangkara.
"Iya Bu, aku ingin membuat sarapan untuk semua orang," jawab Arisha sambil meletakkan pisau.
"Ibu bantu boleh?" tanya Sisilia. Selain ingin membantu memasak, dia ingin menjalin kedekatan dengan menantunya.
"Boleh Bu." Dengan senang hati Arisha menerima tawaran Sisilia. Lagi pula orang yang paling baik dan ramah di rumah itu hanya Sisilia. Arisha ingin mengenalnya lebih dalam.
Sisilia mendekat dan mulai mengambil sayuran yang sudah dicuci. Dia mulai memotong wortel sambil mengobrol dengan menantunya.
"Kau mau masak sup?" tanya Sisilia.
"Iya Bu, aku lihat nenek sangat suka sup," jawab Arisha. Dia mulai mempelajari satu per satu kesukaan orang-orang di rumah itu. Meski pernikahannya dengan Erland hanya sebatas kontrak tapi Arisha ingin memberi yang terbaik sebagai menantu Keluarga Dewangkara.
"Nenekmu memang suka sup yang sehat. Dengan tahu ataupun ayam kampung tapi bagian dadanya." Sisilia memberitahu sup kesukaan Victoria. Sup sehat dengan banyak sayuran ditambah tahu atau dada ayam kampung karena faktor usia membuat Victoria berusaha menjaga pola makannya.
"Jadi supnya pakai dada ayam kampung ya Bu? Kebetulan hanya itu yang ada di kulkas. Tahu tidak ada," kata Arisha.
"Iya, besok Ibu ke supermarket deh untuk membeli tahu, soalnya nenekmu paling suka tahu rebus." Tahu menjadi makanan yang lebih sering disantap Victoria dari pada makanan lainnya. Selain lebih sehat, rasanya enak dan gurih.
Arisha mengangguk. Dia mencatat di otaknya apa yang disukai Victoria.
"Bu, apa nenek tidak suka tempe?" tanya Arisha sambil meletakkan ayam yang sudah dibumbui di oven.
"Tidak tahu. Nenekmu tidak pernah makan tempe dan tidak ingin mencobanya," jawab Sisilia.
Arisha terdiam sesaat. Di otaknya muncul ide untuk membuat olahan dari tempe tapi tidak digoreng. Agar Victoria tidak kena kolesterol.
Arisha mengambil daun pisang di belakang rumah. Kemudian kembali ke dapur memasak tempe dengan cara dikukus dicampur beberapa bumbu yang sudah disiapkannya dan sayuran yang sudah dipotongi.
"Kau membuat apa Elina?" tanya Sisilia.
"Botok tempe Bu," jawab Arisha. Makanan tradisional yang pernah dimasak oleh ibunya saat mereka tidak memiliki banyak uang. Makanan itu meskipun sederhana tapi rasanya enak dan tidak memerlukan minyak.
"Ibu pernah mendengarnya, dulu waktu kecil nenek Ibu sering masak botok tempe," sahut Sisilia. Teringat masa kecilnya saat berkunjung ke rumah neneknya. Masakan yang sering dihidangkan saat makan bersama keluarga di kampung halaman.
"Apa Ibu suka?" tanya Arisha.
"Suka, tapi Ibu tidak tahu cara memasak botok tempe yang enak, pernah nyoba gagal," jawab Sisilia. Menceritakan pengalamannya saat memasak botok tempe melalui tutorial yang ada di media sosial.
"Kalau begitu aku akan masak botok tempe agak banyak biar Ibu juga bisa merasakannya juga," kata Arisha.
"Makasih Nak," jawab Sisilia.
Arisha mengangguk. Dia senang ternyata ibu mertuanya sangat baik tidak seperti ibu mertua yang ada di cerita-cerita novel. Hanya nenek lampir Renatalah yang paling menyebalkan di rumah itu. Arisa harus berhati-hati jika ada dia.
Mereka berdua memasak bersama. Setelah selesai Arisha menghidangkan semua makanan itu ke meja makan. Arisha sengaja meletakkan sup ayam kampung di mangkuk untuk nenek. Lalu dia kembali ke dapur.
"Elina, saatnya aku membalasmu." Renata berdiri di depan meja melihat semua hidangan untuk sarapan sudah tersaji di atas meja.
Renata menuang garam di dalam sup untuk Victoria. Dia yakin Arisha akan mendapatkan kemarahan nyonya besar di rumah itu.
"Welcome the jungle Elina! Perlahan aku akan menyingkirkanmu dari Keluarga Dewangkara lalu dari hidup Erland," batin Renata sambil memegang botol kecil berisi sisa garam.
Waktu bergulir cepat, semua anggota Keluarga Dewangkara duduk di ruang makan. Bersiap sarapan bersama. Arisha dan Erland duduk bersampingan. Erland menatap semua masakan yang di depannya.
"Kau masak semua ini?" tanya Erland dengan suara pelan.
"Iya, kau pikir aku menyulapnya dengan instan?" jawab Arisha.
"Apa rasanya enak? Bagaimana kalau setelah makan aku diare dan sebagainya," sahut Erland. Dia belum yakin seratus persen kalau wanita bercadar itu memasak semua itu. Mukanya saja Erland belum tahu gadis atau nenek-nenek. Jangan-jangan masakan di depannya juga masih dalam tinjauan.
"Mau taruhan?" tanya Arisha. Dia berbicara pelan.
"Apa?" tanya Erland balik.
"Kalau enak, kau harus membantuku ke luar dari rumah selama masa cuti menikah, gimana?" Arisha terpaksa membuat taruhan itu. Dia hanya diberi cuti satu hari dari kantor. Bagaimana caranya ke luar dari rumah Keluarga Dewangkara selama masa cuti pernikahan mereka.
"Oke, paling masakanmu gak enak. Sambel dan telor doang yang enak," sahut Erland menyetujui taruhan wanita bercadar itu.
"Alhamdulillah, setidaknya aku bisa ke luar rumah. Erland akan mengoceh kalau hari ini aku gak kerja," batin Arisha. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaannya sebagai sekretaris Erland. Itu pekerjaan satu-satunya yang akan menjadi masa depan untuknya. Setelah satu tahun mereka akan bercerai dan Arisa akan kembali ke kehidupannya seperti sedia kala. Bekerja dan menjadi Arisa yang sebelumnya.
"Kenapa hanya diam? Mari kita sarapan!" ajak Victoria.
"Apa masakannya enak? Lebih baik aku pesan makanan dari luar saja," ujar Bara. Apapun yang berhubungan dengan Erland dia tidak suka. Termasuk pada Arisha yang menjadi istrinya.
"Iya, tampilannya kelihatan bagus, siapa tahu rasanya tidak enak. Aku takut perutku sakit," tambah Renata berkomentar. Senang sekali bisa membulli wanita bercadar itu.
"Belum dicoba kenapa sudah komentar?" sahut Erland. Meski dia juga ragu dengan masakan Arisha tapi Erland tidak suka mereka mengolok-olok istrinya. Apalagi di depan keluarganya.
"Kalau merasa tidak ingin sarapan silahkan! Dan jangan memesan makanan ataupun mengambil makanan yang ada di rumah ini! Berarti kalian cuti sarapan pagi ini! Jangan makan!" tegas Victoria. Dia paling tidak suka siapapun berkomentar selain dirinya. Apalagi berkomentar di saat makan.
Bara dan Renata langsung terdiam. Jika Victoria sudah berbicara, mereka tidak akan berani membantah.
"Kami ke atas dulu Nek!" kata Bara.
"Siapa yang menyuruhmu meninggalkan tempat ini! Tetap duduk di situ sampai kita semua selesai sarapan!" titah Victoria. Terlihat dingin menatap kedua orang itu.
"Baik Nek!" jawab Bara dan Renata.
"Aku memang ingin di sini, melihat nenek marah pada Elina, pemandangan yang akan membuatku senang di pagi ini," batin Renata. Dia tersenyum tipis karena rencananya sebentar lagi akan berhasil. Arisha akan mendapatkan balasan atas apa yang dilakukan Arisha sebelumnya pada Renata.