Bu Nining masih saja dengan tangisan yang semakin keras, yang jadi pertanyaan kemana Pak Ilham, suaminya, Ogi dan juga Rena anak bungsunya.
" Bu tenang dulu, apa yang terjadi bu" kata ustadz Jalil, yang baru tiba dari Mushola. Mak Lis bahkan memeluk Bu Nining untuk menenangkan, namun baru sekitar setengah jam Bu Nining baru berhenti dari tangisnya.
" Ada apa bu" tanya Mak Lis.
"Motor Ogi hilang Mak" Bu Nining kembali dengan isak tangisnya.
" Hilang? maksudnya gimana bu" Risma mendekat dan menatap Bu Nining, yang kain juga ikut terheran heran.
" Ogi ke pasar sama ayah dan adiknya, motornya hilang di parkiran deket pasar katanya" ujar Bu Nining menjawab pertanyaan para tetangga yang berkumpul. Tak lama Pak RT datang karena mendengar laporan ada kehebohan di rumah Bu Nining.
" Waduh saya baru datang kerja nih langsung kesini, gimana bu ada apa sebenarnya" tanya Pak RT sambil duduk lesehan di teras menghadap bu Nining yang masih terisak di samping Mak Lis.
" Motornya hilang di pasar pak RT, Pak Ilham sama anak anaknya lagi di pasar" Kata Ustadz Jalil.
" Pak Ilhamnya mana?" tanya Pak RT.
" Belum pulang pak, mungkin di pasar atau gimana belum jelas, kita cuman tahu karena bu Nining nangis histeris kenceng banget, sampa kedengeran ke mushola" tambah Ustadz Jalil lagi. Pak RT manggut, manggut.
" Tadi ibu dapat kabar dari siapa bu?" Pak RT coba bertanya ke Bu Nining.
" Suami saya yang telpon pak" jawab Bu Nining dengan muka masih memelas.
" Saya coba teleoon pak Ilham saja ya Pak Ustadz" Tanya Pak RT, sambil menoleh Pak ustadz Jalil, meminta persetujuan.
" Iya pak baiknya begitu biar jelas, ibu Niningnya bawa di dalam saja Mak" kata Ustadz Jalil.
Mak Lis, dibantu ibu ibu yang lain memapah Bu Nining kedalam rumah. Pak RT mencoba menghubungi pak Ilham.
Risma memilih keluar dari kerumunan ibu ibu di rumah Ogi. Dia pulang kerumahnya untuk mengambil ponsel. Mendengar sahabatnya mendapatkan musibah, Risma ingin memberitahukan kejadian tersebut pada Rido.
" Rid, lo lagi dimana?" tanya Risma, ketika terhubung dengan Rido.
" Di rumah lah masa di sekolah kan udah malem" Rido menjawab sambil terkekeh.
" Jangan becanda lo, lo cepetan ke sini, Ogi kena musibah" Risma sedikit tegang.
" Musibah? kenapa tuh anak" Rido terkejut.
" Motornya ilang, lo cepet ke sini" Jelas Risma.
" Lo di mana?" tanya Rido.
" Ya di rumah lah, masa di sekolah kan udah malem" Risma membalas ucapan Rido sebelumnya.
" Dih, balesnya kontan, ya udah gue cabut ke sana sekarang" Rido memutus oanggilan. Risma menatap layar ponsel sambil melongo.
Risma duduk di teras sambil memperhatikan keadaan rumah Ogi yang masih rame dengan para tetangga. Risma berharap Ogi segera datang. Namun yang ditunggu dirinya dan mungkin yang lain, belum juga muncul. Tak lama terdengar suara motor datang, bapak bapak yang ada di depan Rumah Risma serempak melirik arah suara. Namun yang datang bukan Ogi ataupun Pak Ilham, itu ternyata Rido.
" Permisi pak" sapa Rido ke para tetangga yanga berada di tempat itu. Dia memarkirkan motornya beberapa meter sebelum rumah Ogi dan Risma, karena banyak orang yang duduk di pinggir jalan. Risma segera menghampiri sahabatnya itu.
" Oginya mana?" tanya Rido.
" Belum datang, gue juga nggak jelas cuma tadi ibunya nangis nangis, katanya motor Ogi hilang di pasar" terang Risma.
" Jadi, gue harus gimana" Rido seperti kehilangan ide.
" Ntar katanya Pak RT lagi telpon Pak Ilham"
Rido hanya mengangguk, lantas keduanya duduk di. teras rumah. Risma merasakan suasana hatinya berbeda saat berdekatan dengan Rido, tidak seperti biasanya. Namun dirinya segera tersadar, janjinya pada Mak, untuk membuang jauh jauh rasa itu. Dia menghela napas kasar.
" Lo kenapa" tanya Rido mengalihkan pandangan dari layar ponselnya, melirik ke arah Risma.
"Nggak papa, cuma kasian aja Ogi" Risma berbohong. Padahal jauh dalam hatinya merutuki kesalahannya, dia telah mencintai orang yang salah pada waktu dan tempat yang juga salah.
Beberapa tetangga mulai membubarkan diri, kembali ke rumah masing masing. Risma mengajak Rido ke rumah Ogi, yang mulai tampak lengan. Hanya ada Mak Lis dan dua orang ibu ibu, Pak RT serta Ustadz Jalil. Risma duduk samping Mak Lis sedangkan Rido memilih di dekat pa ustadz.
" Dari mana dek?" tanya Ustadz Jalil.
" Saya dari komplek sebelah pa ustadz, teman sekolah Ogi sama Risma" jawab Rido.
" Tau kabar ini" oak RT ikut bertanya.
" Risma yang ngabarin pak" Rido mencoba menjelaskan.
" Iya pak, Rido ini berteman sama Ogi dan Risma anak saya dari SMP, sampe sekarang udah mau lulus, SMA" Mak Lis membantu menjelaskan.
" Oginya di mana ya pak" Rido memberanikan bertanya, dia nampak mengkhawatirkan sahabatnya.
" Katanya tadi di telpon di kantor polisi tapi sudah mau pulang, makanya saya nggak nyusul. Biar jagain bu Nining saja di sini" Kata Pak RT. Rido menghela napas.
Tak lama kemudian, ucapan salam pak Ilham mengejutkan semua yang sejak tadi menunggunya, Nampak Ogi dan juga Rena adik perempuannya mengekor di belakang sang ayah.
" Gimana pak?" tanya Bu Nining, menatap Pak Ilham yang baru duduk. Salah satu perempuan nampak membawakan beberapa gelas air minum kemasan. Pak Ilham menarik napas, lalu menjelaskan kejadian hilangnya motor tersebut.
" Oh, gitu ya sudah Pak Ilham, bu Nining, yang sabar, semua pasti ada hikmahnya, motor yang hilang semoga diganti oleh Allah dengan yang lebih bagus. Kita harus ikhlas menerima cobaan ini ya bu, saya mohon pamit, yang penting sekarang Pak Ilham dan anak anaknya udah pulang dengan selamat" ucao Ustadz Jalil.
" Sama saya juga pamit" timpal Pak RT. Yang diikuti juga oleh yang lain, termasuk Mak Lis.
" Bro yang sabar aja ya, bener omongan pak ustadz tadi" Rido menepuk pundak Ogi.
" Lo istirahat dulu ya" tambah Risma. Keduanya meninggalkan keluarga Oak Ilham yang tengah terkena musibah.
Mak Lis masih berdiri di teras, dia memperhatikan Risma dan juga Rido yang baru saja keluar dari rumah Ogi.
" Mak Rido langsung pulang ya, ga enak udah malem" pamit Rido.
"Nggak minum dulu disini atau hibur Ogi" jawab Mak Lis.
" Nggak usah Mak, Ogi biar istirahat aja" Yuda langsung pulang. Risma menatap sahabatnya yang berlalu dengan motornya, Mak Lis masih menatap putri semata wayangnya itu, lalu keduanya masuk.
" Ris... kamu nggak apa apa kan?" tanya Mak Lis.
" Nggak usah khawatir Mak, Risma ingat pesan Mak" jawab Risma lirih.
" Kamu harus bisa, nak" Mak Lis seperti memahami arti tatapan Risma saat Rido berlalu.
" Mak, I'm Ok, mak yang bikin aku. bisa"Risma tersenyum, meski sedikit dipaksakan.