"Mau minum apa Han" tanya Risma.
"Santai aja Ria, nggak usah repot repot, ntar kalau gue haus ambil sendiri aja di kulkas kan" jawab Hana.
"Ok kalau gitu, loe ambil aja ya, mau makan juga boleh tuh di meja makan ada makanan, cuma ya kaya gini rumah gue, seadanya" terang Risma sambil menyandarkan tubuhnya ke bantal yang besar diruang itu.
"Enak kok rumah Lo" jawab Hana.
"Ya begini, namanya juga rumah kampung, beda Ama loe atau Rido yang di komplek" Risma menjawab sambil memainkan ponselnya.
"Sama aja, cuma rumah loe sepi banget ya" tanya Hana.
"Gue cuma tinggal Ama Mak, bapak udah meninggal pas gue masih SD" Risma menjelaskan.
"Owh, maaf ya, Mak Lo ke mana?"
"Mak, dagang di pasar, bentar lagi biasanya pulang"
"Ntar loe maen ke rumah gue ya" ajak Hana.
"Iya kapan kapan gue pasti maen"
"Ya harus, secara gue kan pacar sahabat Lo" pengakuan polos Hana membuat sesakdada Risma.
Dalam hatinya Risma mnggerutu. 'Iya loe pacar sahabat gue, gue juga tahu. Tapi Lo ga bakal tau kalau hati gue sakit ngeliat Lo berdua pacaran' monolog Risma.
"Lo bertiga sahabatan udah lama ya, sebelum gue kenal Rido gue sering lihat kalian kemana mana bertiga" sambung Hana.
"Kalau gua ama Ogi sih sejak kecil tetanggaan, kenal Rido kita dulu satu SMP, ya sejak itu temenan bertiga ampe sekarang" jawab Risma.
"Wah lama juga ya, lo perempuan bisa awet sahabatan ama dua cowok gitu" selidik Hana.
"Ya, mereka baik, gue juga baik, lagian gue nggak terlalu banyak temen, apalagi temen perempuan, di sini atau di sekolah cuma sebatas say hello aja" kata Risma. Hana hanya manggut manggut mendengar penjelasan Hana.
Lantas keduanya terdiam, seperti kehbisan topik pembicaraan. Hana seperti asik menonton televisi, sedangkan Risma masih memainkan ponselnya, entah apa yang dilihat dari benda pipih tersebut.
"Kalau Rido itu gimana Ris" suara Hama memecah kesunyianyag berlangsung cukup lama.
"Eh.. apa tadi?" Risma seperti terkaget dengan ucapan Hana.
"Rido"
"Kenapa dia"
"Gue nanya kalau Rido itu gimana Ris" ulang Hana.
"Apanya yang gimana" kini Risma menatap Hana.
"Ya maksudnya baik enggak, terus ya apa ya, gue mau tau aja Rido di mata sahabatnya" tukas Hana.
"Kalau kata gue sebagai sahabat ya baik, kalau nggak baik pasti gue juga nggak mau jadi sahabat dia" jawab Risma, tanpa berikan jawaban detail.
"Ya juga sih" Hana seperti tidak puas dengan jawaban Risma.
"Lo pelajarin aja ntar juga banyak tahu, moga aja lo cocok ama sikap dia, kebiasaan dia" kata Risma. Hama terdiam, penjelasan Risma seperti teka teki yang bukan membantu informasi untuk dirinya.
"Dia sih anaknya nggak neko neko, cuma kadang seenak sendiri, tapi dia care sama orang" Risma menambahkan. Hana hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Mak belum pulang RIS" tiba tiba Rido sudah berdiri di ruang tamu.
"Belum, napa lo mau beli cabe?" jawab Hana tanpa menoleh ke arah Rido.
"Nanya doang" Jawab Rido sambil nyengir.
"Pulang yuk udah mau sore" ajak Rido sambil menatap ke arah Hana.
"Masih siang kali, biasanya juga lo balik malam dari sini nggak Napa Napa " sergah Risma.
"Kalau gue sendiri ya iya ga Napa Napa, ini yayang gue takut di cariin mamah nya" Rido tertawa.
Deg!!!!
Ada rasa nyeri di dada Risma, panggilan yayang dari Rido buat Hana cukup membuat ulu hatinya seperti ditimpa bodem.
"Gue balik dulu ya, yu Han" Rido mengulurkan tangan pada Hana, dan disambutnya sambil bangkit berdiri. Kini kedua tangan itu saling bertautan, Risma bangkit mengikuti keduanya yang berjalan beriringan keluar rumah dengan tangan saling berpegangan. Sekali lagi irisan perih itu mampir di hati Risma. Pemandangan itu mampu membuat mata Risma seperti rabun.
"Mau pada kemana" Ogi yang baru saja tiba di teras rumah Hana, melihat Rido dan Hana tengah mengenakan sepatu mereka yang tadi dilepas saat mau masuk rumah.
"Gue cabut dulu" jawab Rido.
"Cabut? baru juga gue kesini" kata Ogi.
"Udah sore, ntar Hana di cariin mamahnya"
"Tinggal vc aja beres" saran Ogi.
"Gampang nanti maen lagi ke sini kapan kapan, RIS makasih ya, gue balik, Yo Gi" kata Hana.
"Ya udah hati hati" jawab Ogi dan Risma serempak. Sepeda motor Rido dengan membonceng Hana berlalu dari hadapan Ogi dan juga Risma, dengan hati yang kian tersayat lagi lagi Risma harus menahan agar air matanya tak tumpah.
"Gue makan dulu Gi, lo udah makan?" Risma bertanya pada Ogi sambil bergegas masuk.
"Gue udah makan, lo makan aja dulu, gue balik ah" kata Ogi sambil keluar dari teras rumah Risma.
Didalam rumah Risma tidaklah makan seperti yang disampaikannya pada Ogi. Dirinya bergegas masuk kamar, menenggelamkan mukanya dibantah kesayangannya. Berusaha menguatkan hati, mencegah air mata keluar, khawatir ada bekas tangis yang dapat diketahui ibunya. Ketukan pintu disertai sebuah panggilan dari Mak Lis, terpaksa membuat Risma bangkit dan membukakan pintu.
"Ya Mak" kata Risma yang mendapati sang ibu berdiri di ambang pintu.
"Makan dulu, jangan langsung tidur, kamu sakit?" cerocos Mak Lis menatap anak gadisnya yang tampak sayu.
"Nggak apa apa Mak, cuma capek aja" Risma beralasan.
"Yuk makan, Mak juga belum makan, Mak belikan balado tongkol kesukaan kamu" ajak Mak Lis.
Keduanya berjalan menuju meja makan sederhana, setelah mengambil nasi buat putri dan dirinya, Mak Lis menyantap makanannya.
Nih nambah lagi, enak nggak" Tanaya Mak Lis sambil menggeser mangkok berisi balado tongkol.
"Enak Mak, tapi udah kenyang" jawab Risma. Selesai makan Risma membersihkan bekas makan, sedang Mak Lis mengecek buku daftar belanjaan di ruang tamu.
"Rame Mak jualannya tadi?"tanya Risma.
"Alhamdulillah, lumayan yang penting kita banyak bersyukur" jawab Mak Lis.
"Tadi ada Hana Sama Rido ke sini Mak"
"Hana? siapa dia" Mak Lis menatap Risma, kedua alisnya saling bertaut, di antara kening yang sebagian tertutup Ciput.
"Hana pacar Rido" jawab Risma pelan.
"Pacar Rido, ada apa ke sini"
"Ke rumah Ogi, ke sini hanya mampir bentar doang"
"Kamu..." Mak Lis mengantung kalimatnya.
"Aku manusia Mak yang punya hati, bukan pohon pisang yang hanya punya jantung, tapi aku kuat Mak, aku baik baik saja" jawab Risma.
"Kamu harus jadi perempuan hebat nak, Mak yakin Allah akan memberikan yang tebaik buat kamu"hibu Mak Lis.
"Iya Mak, " Risma menggigit bibirnya, perempuan yang punya hati yang bisa merasakan sakit.