Risma baru saja turun dari angkutan umum, karena Ogi hari ini harus ke kantor polisi menemani ayahnya. Langkah kakinya memasuki sekolah bersama beberapa siswa yang lain. Tidak sendiri, namun Risma merasa pagi ini begitu sepi, tak ada sahabatnya.
" Ris..." Suara Rido di sela deru motornya menghentikan langkah Risma.
" Ogi nggak berangkat?" tanyanya.
" Dia ke kantor polisi" jawab Risma, dia melirik Rido, yang duduk di atas motornya, Hana tampak diboncengnya.
BUGH!!!
Seketika dada Risma, seperti di hantam palu besar, hingga membuat sesak seketika. Ujung matanya merasa panas, bersamaan perih dihatinya.
" Gue duluan ya" Risma mempercepat langkahnya, tanpa menunggu jawaban Rido. Ia tak ingin Rido dan juga Hana menangkap raut sedihnya. Terlebih harus melihat tangisan darinya. ' Ya Tuhan, sepagi ini hamba harus melihatnya, ampuni hamba atas semua dosa ini, hamba belu bisa, hamba tak sekuat Mak' gumam hatinya lirih. Langkahnya semakin cepat menuju kelas, namun ia berbelok menuju toilet. Risma menarik napas dalam lalu menghembuskan lagi, hingga membasuh mukanya, untuk menenangkan hati dan pikirannya.
Tiba di dalam kelas nampak Rido telah duduk di bangkunya yang tepat disamping tempat duduk Risma.
" Lo kenapa Ris, sakit, kok masih pagi cuci muka" tanya Rido.
" Nggak apa apa, cuma ngantuk, malem nggak tidur" Risma beralasan.
" Gue belum wa Ogi, takut dia masih syok, lo udah ketemu dia belum" cecar Rido.
" Tadi pagi gue ketemu, ya dia syok lah, cuma nggak apa apa, dia bilang mau nemenin ayahnya jadi hari ini nggak berangkat" Jawab Risma.
" Balik sekolah gue ke sana ama Hana" jawab Rido datar.
" Kenapa sama Hana" tanya Risma tak suka.
Rido hanya melemparkan senyum, yang entah apa arti dari senyuman itu. Namun tahukah jika Risma tengah berusaha menahan sakit dengan mengubur perasaannya untuk nya.
' Dasar tidak peka' gerutu Risma yang tentunya hanya dalam hati.
Pak Ilham memarkirkan motornya di teras rumahnya, Ogi bergegas turun dan masuk kedalam rumahnya. Nampak jelas kesedihan terlihat dari raut mukanya. Dia duduk du kursi ruang tamu sambil memainkan ponsel.
" Makan dulu Gi" kata Bu Nining.
" Iya bentaran lagi Bu" Ogi menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
" Sini kami makan bareng sama bapak, nggak usah mikirin aja motor, ikhlasin aja, besok bapak cari kendaraan buat kamu berangkat sekolah" ujar Pak Ilham dari ruang makan.
" Iya pak, Ogi juga nggak mikirin aja motor kok, cuma belum lapar aja" Ogi menyunggingkan senyum.
Ogi mengalihkan pandangannya ke pintu, ketika terdengar suara ketukan, yang tak lama terdengar suara memanggil namanya. Ogi membukakan pintu, Rido berdiri di depan pintu bersama dengan Hana.
"Kok sama Hana aja, Risma mana" tanya Ogi, kepalanya mendongak mencari keberadaan Risma.
" Risma naek angkot bro, nggak mungkin gue boncengan bertiga" jawab Rido.
" Masuk Han, santai aja kalau di sini, maklum kayak gini" Ogi mempersilahkan Hana masuk, sedang Rido sudah duduk dikursi, Rido sudah terbiasa seperti itu jika di rumah Rido atau Risma. Ogi tak setuju Rido membiarkan Risma menggunakan angkutan umum, padahalketiganya telah berjanji untuk saling membantu dan melindungi satu sama lain. Ya, janji itu mereka ikrarkan saat memulai masuk sekolah menengah pertama dulu.
" Napa lo tinggalin Risma bro" Ogi mengeluh.
" Ya elah, kan dah gue bilang ngga mungkin bonceng tiga" jawab Rido sambil memainkan ponselnya.
" Iya Gi, tapi tadi Risma bilang nggak apa apa" bela Hana.
" Hem..." Ogi menoleh Hana.
" Ambilin minum sih bro" pinta Rido, Dengan malas Ogi melangkah ke dalam dan kembali membawakan botol minum dingin dengan dua gelas.
" Makasih Gi" kata Hana.
Tiba tiba bu Nining muncul, dari ruang tengah .
" Makan dulu Gi sekalian sama Rido, eh ini. ada cewek cantik, siapa namanya, kayaknya baru ke sini ya" sapa Bu Nining, Hanaencium punggung tangan perempuan itu juga Rido.
" Rido belum lapar, tadi di kantin makan bu" jawab Rido.
" Ya sudah, kalau mau pada makan tinggal makan" Bu Nining kembali ke dalam rumah.
"Risma rumahnya mana" kata Hana.
Rido hanya menggerakan kepala mendongak ke arah rumah Risma.
" Depan ini?" Hana menatap rumah mungil sederhana namun bersih itu.
" Iya, ntar ke sana kalau Risma dah balik " kata Rido.
" Gimana bro kata polisi" Rido menyimpan ponselnya di dalam saku.
" Ya cuma ditanya tanya aja pas kejadian, terus udah, kayak gitu" Ogi menjawab denga raut sedih.
" Kuncinya kketinggal di motor nggak? emang lo lama tuh jauh dari motor?" Rido menatap mata sahabatnya itu.
" Paking setengah jam, gue ama bapak ama Rena ke dalam pasar, beli pesenan ibu. Pas balik udah nggak ada, keselnya gue tukang parkir bilang nggak tahu" gerutu Ogi.
" Lah, kan lo bayar parkir, ada tiket ya kalo di pasar. Breng*ek tuh tukang parkir" Rido geram.
" Ntar di urus temen bapak katanya" Ogi menyandarkan kepalanya disandaran kursi.
" Semoga ketemu lagi ya Gi atau dapat ganti yang lebih bagus" Hana mencoba menghibur.
Ogi hanya mengangguk sambil mengaminkan doa Hana. Dari pintu yang terbuka tampak Risma berjalan menuju rumahnya, tanpa menoleh ke arah rumah Ogi padahal tahu motor Rido terparkir di depan rumah Ogi.
" Tuh Risma " tunjuk Hana, Ogi juga Rido mendongak.
" Aku ke sana ya boleh" tanya Risma.
" Nggak apa apa, ke sana aja, ntar gue nyusul" jawab Rido.
" Bro harusnya lo nggak ninggalin Risma" protes Ogi, sepeninggalnya Hana.
" Duh, iya sorry, masih di bahas aja, gue kan ama Hana, jadi tolong mengerti, jatuh cinta ini indah bro" Rido masih kekeh dengan alasannya.
" Dulu kita janji saling bantu saling lindungi" Suara Ogi pelan.
" Iya, gue juga tahu, dan gue nggak mungkin lupa iti bro" Rido mendongak menatap muka sahabatnya itu.
" Jangan sampe jatuh cinta jadi penyebab sahabatan kita rusak bro" Ogi masih dengan muka kecut.
" Iya, gue minta maaf, ntar gue juga mau minta maaf ke Risma" Rido menyerah tak ingin berdebat dengan sahabatnya itu, hatinyapun tetap masih mementingkan persahabatan mereka bertiga.
" Ris...Risma" panggil Hana, Risma menghentikan langkahnya, dia berbalik ke arah Hana.
" Jadi rumah lo depan depanan sama Ogi, pantesan lo deket banget, rupanya sahabatan dari kecil" sambung Hana.
" Iya gitu deh, masuk yu, gue ganti baju dulu, lo boleh mau duduk d teras mau di dalam, bebas" ucap Hana sambil membuka pintu. Hana mengikutinya, dan duduk di ruang depan tv.
" Gue di sini ya sambil nonton, boleh kan" teriak Hana.
" Bebas, lo nonton, lo ngaoain asal tv nya aja jangan dibawa, Mak gue ntar gak bisa nonton sinetron" Risma balas teriak dari dalam kamar.
Sedangkan Hana hanya terkekeh mendengar jawaban Risma, dirinya baru tahu ceplas ceplos Risma.
Didalam kamar Risma mematung, dirinya merutuki kenapa mempersilahkan Hana masuk. ' Kenapa gue benci sama lo Han... apa gue belum bisa mengubur perasaan gue? gue nggak sehebat Mak ternyata' Risma bergumam pelan, lalu denganterpaksa keluar kamar menemui Hana.