Chereads / Nikah (Non) Exclusive / Chapter 8 - Cinta Yang Membuat Luka

Chapter 8 - Cinta Yang Membuat Luka

"Sara ...."

Tan meracau setengah sadar. Lengan kekarnya memeluk erat tubuh langsing yang berbaring di sampingnya itu. Sementara Amy yang sudah terlelap tidur tak menyadari hal tersebut. Dia sudah berada di alam mimpi sejak tadi.

Tan mengendus aroma tubuh Amy—yang sebelum tidur sudah membersihkan diri terlebih dulu. Wangi buah delima yang menyita indera penghidu Tan, seakan menghipnotisnya untuk terus tenggelam dan mendekap erat tubuh gadis itu.

"Kau begitu wangi, aku tidak tahan," desis Tan.

Amy sempat merasa tidak nyaman, dia berubah posisi, yang tadinya telentang menjadi membelakangi Tan. Dengan tingkat kesadaran yang tak maksimal, Tan mengikuti pergerakan Amy. Dia membenarkan selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Amy.

"Sara, maukah kau menjadi milikku?" gumam Tan.

Lagi, lengan kekarnya memeluk erat tubuh Amy. Lantas, mengembalikan posisi tubuh Amy menjadi telentang. Sejurus kemudian, Tan membuka piyama yang dikenakannya. Tangannya juga mulai nakal dan hendak melepaskan kancing piyama Amy. Akan tetapi, kali ini Amy benar-benar merasa terganggu. Lalu, Amy membuka mata perlahan, seketika itu dia melihat seorang pria yang hampir memilikinya.

"Waaa!" teriak Amy seraya mendorong tubuh Tan kuat-kuat.

Hingga tubuh kekar itu terhempas sedikit menjauh darinya.

"Sara kenapa kau berteriak?" tanya Tan, masih setengah sadar dan berusaha membenarkan posisi.

"Apa yang kau lakukan padaku?" cecar Amy seraya bangkit dari tidur dan terduduk di kasur.

"Aku ingin memilikimu, kau milikku, bukan?" racau Tan.

Suaranya semakin lama semakin tak terdengar, dia benar-benar mabuk kali ini. Amy yang setengah ketakutan, memilih beranjak dari kasur. Jantungnya masih berdegup tak karuan. Seketika tubuhnya lemas lunglai.

"Dia kenapa?" desis Amy seraya terduduk di lantai dan menatap nanar ke arah Tan.

"Sara, Sara, Sara!" racau Tan, mata pria iti kini semakin terpejam.

Sementara tangannya terus meraba-raba keberadaan Amy, yang dianggapnya Sara. Setelah hatinya mulai tenang, Amy beranjak menuju sofa, sesekali dia mencuri pandang pada pria yang sudah tergeletak di kasur itu. Amy mendengkus, seraya mengelus dada mencoba menenangkan diri.

Sebenarnya dia khawatir jika Tan kembali bangun dan melakukan hal bod*h seperti tadi. Dia ingin pergi dari kamar tersebut, tetapi saat ekor matanya melirik jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, tak mungkin baginya untuk pergi dari sana.

Amy terpaksa bertahan di ruangan itu bersama Tan, perlahan dia merebahkan diri di sofa. Tubuh dan pikirannya sangat lelah sejak siang tadi, ditambah hal yang baru saja terjadi, membuatnya semakin lemas dan kehilangan banyak energi.

Amy masih belum merasa tenang, padahal matanya sudah terasa berat dan lengket. Akan tetapi, tetap saja dia akan terhenyak ketika mendengar suara dari pergerakan Tan di kasur sana. Terkadang Amy melongokkan kepala, guna mengecek apakah Tan tertidur atau bangun dan mencarinya.

Lambat laun, Amy pun tertidur setelah mendengar dengkuran kecil dari arah Tan. Malam keduanya berlalu, seperti itu.

***

[Tan maafkan aku harus kembali ke London, aku akan segera kembali untukmu. I Love You.]

Sebuah pesan masuk ke ponsel Tan dari sebuah kontak bertuliskan 'My Sweety', tetapi pemilik ponsel tersebut masih tenggelam dalam balutan hangat selimut. AC yang menyala membuat kamar semakin terasa dingin.

Sementara di seberang sana, merasa heran. Sebab tak biasanya pesannya menganggur begitu lama. Kali ini, semenjak voice note yang dikirimkan pada Tan siang tadi. Tan sama sekali tak membalas atau menelepon dan menanyakan alasan sama sekali.

Sara tahu pasti, dirinya sangat bersalah dan begitu mengecewakan pria yang sudah selama lima tahun ini menunggu kepulangannya. Namun, tanpa diduga, saat Sara memutuskan berhenti dari pekerjaan barang sejenak. Agensinya memberi kabar, jika salah satu brand ternama menawarkan kontrak fantastis yang tak bisa dia tolak. Akhirnya, Sara memilih untuk melakukan debut yang yang berdampak besar pada karirnya tersebut. Padahal saat itu dia sudah sampai di Indonesia dan hendak menuju Bali. Akan tetapi, Sara yang tak tahu Tan akan melamarnya, memilih membelokkan langkah ke arah lain.

[Tan, apa kau marah?]

Sara mengirim pesan kembali saat merasa pesannya sudah diabaikan Tan begitu saja.

[Tan!]

[Sayang]

"Cih! Apa dia benar-benar marah padaku?" gumam Sara bermonolog.

"Awas saja kalau sampai dia marah, tidak tahu apa, model secantik Sara ini, hanya setia padanya." Sekali lagi, Sara bermonolog seraya menatap layar ponsel dengan potret dirinya dan Tan sebagai layar pembuka.

Seulas senyum tersungging dari bibir cantiknya. Sara yang sangat mengerti mode dengan penampilan dinamis dan fashionable itu, jauh berbeda dengan Amy yang seorang gadis lugu dan tidak peduli dengan tren masa kini.

Amy hanya mengenakan pakaian untuk melindungi tubuhnya dari sengatan matahari dan udara dingin yang menusuk. Tanpa peduli model dan gaya. Amy akan mengenakan itu jika dia suka.

Meski begitu wajah Amy yang cantik natural, tidak kalah dengan Sara. Jika dipoles sedikit saja, Amy akan tampil bak bidadari yang turun ke muka bumi.

***

Sinar mentari mulai berani menembus celah jendela yang tak tertutupi gorden dengan benar. Rambatan sinarnya tepat mengenai wajah Tan yang masih tidur nyenyak. Angin sepoi-sepoi berembus dari ventilasi, memainkan gorden tersebut, hingga cahaya yang masuk seolah menari lincah dan mengusik tidur Tan.

Pria bertubuh kekar itu mulai menggeliat, lantas menguap dengan puas seperti singa yang baru saja terbangun dari tidur panjang. Perlahan Tan mengucek kedua mata, dan mencoba mengembalikan fokusnya.

Sejurus kemudian, dia merasa ada hal aneh dengan dirinya. Meski tengah berbalut selimut, tetapi rasa dingin masih mengusik dan seakan menembus kulit. Perlahan Tan menyadari jika keadaannya kini sudah tak berpakaian. Tan yang merasa heran akan keadaan tersebut mencoba mengingat-ingat, walau dengan kepala yang terasa pengar dan berat.

Efek dari wine yang diminum semalam belum hilang sepenuhnya. Sejurus kemudian, dahi Tan mengerut lalu matanya membelalak tiba-tiba.

"Tidak-tidak-tidak!" racaunya kemudian.

Tan mulai bertingkah aneh, dia menoleh kanan kiri mencari seseorang yang diingatnya. Lantas, dengan tergesa mengenakan kembali piyama yang tergulung di dalam selimut. Setelah berpakaian rapi, kemudian Tan turun dari kasur dan beranjak untuk mencari Amy.

Awalnya Tan mengira Amy pergi sebab tingkah bejatnya semalam. Dia cukup khawatir sebab baginya Amy terlihat cukup bodoh, dan mungkin akan tersesat jika ke suatu tempat yang tak dikenalinya. Tan menuju toilet untuk mencari Amy, tetapi tak didapatinya.

Kemudian, dengan langkah tergesa dia meraih ponsel yang berada di nakas dan berniat untuk pergi ke kamar Sham untuk meminta bantuannya. Akan tetapi, tepat saat langkahnya tiba di ambang pintu. Tan mendengar suara yang sedikit aneh dari arah belakang, tepatnya dari arah sofa.

"Grrr, ngiik, grrr,"

"Ngik, grrr,"

"Apakah itu harimau?" gumam Tan.

***