Chereads / BUKTI / Chapter 4 - BAB 3 : KASUS PERTAMA ; Misteri darah di jalan dytiká

Chapter 4 - BAB 3 : KASUS PERTAMA ; Misteri darah di jalan dytiká

Sebuah gang kecil mencuri perhatian para pejalan kaki, sangat ramai. Garis kuning membatasi para pengujung yang ingin melihat pemandangan yang jarang terjadi itu, pemandangan yang cukup menarik bagi para pencari misteri namun juga memuakan bagi para pekerja yang sibuk itu hanya menghalangi pandangan dan perjalanan saja.

Tidak begitu menarik namun akan menjadi misteri yang mengesankan, sebuah genangan darah beserta pakaian putih yang sangat mencolok di dalam gang tersebut.

Ellerd dan timnya segera sampai di lokasi tempat kejadian perkara (TKP), hal pertama yang ada di pikiran Ellerd adalah 'apa yang di inginkan pelaku?'. Ini sangat jelas, pelaku meninggalkan bukti dengan sengaja sebuah pakaian tanpa ada robekan sedikit pun dan berlumuran darah di gang yang banyak di lalui para pejalan kaki sebagai alternatif jalan pintas. Ya, ini ter lalu jelas. Memang siapa yang melakukan kejahatan meninggalkan bukti secara terang-terangan seperti ini?.

"Bagaimana menurutmu Ellerd?" sosok paruh baya bertanya pada Ellerd

"Maaf kapten, aku tidak memiliki pengalam sebelumnya. Hanya saja aku berpikir bahwa hanya orang bodoh yang meninggalkan jejak yang begitu jelas ini"

"Ah, sudahlah kamu memang belum memiliki pengalaman. Sekarang pikirkan baik-baik, mengapa dia meninggalkan jejak yang sangat jelas? Bukankah seperti...dia hanya ingin bermain main dengan kita?".

"Ah...????" wajah Ellerd kini di penuhi pertanyaan.

'bukankah ini cukup serius jika memang benar ini adalah pembunuhan?' seberapa keras Ellerd berpikir, tetap hanya pertanyaan itu yang muncul di benaknya.

Selagi semuanya mencari bukti, Elerd hanya termenung melihat yang lainnya. Sebenarnya bukan benar-benar termenung hanya saja dia masih memikirkan mengapa pelaku meninggalkan bukti yang sangat jelas. Apakah benar pelaku hanya ingin bermain-main saja? Apakah ini bukanlah pembunuhan? Tapi, bagaimana jika ini benar-benar pembunuhan?.

"Hey anak baru! Bantu kami mengumpulkan bukti di sekitar... mungkin ada jejak walau kecil yang bisa kamu temukan...!!" seorang pemuda sekitar umur 26 tahun sedikit membentak Ellerd yang hanya termenung.

"Ma...maaf senior, saya akan mengumpulkannya" Sambil bergegas menuju genangan darah beserta pakaian yang ter nodai itu.

Ellerd berlari dari ujung gang menuju tempat genangan darah tersebut berada. Saat sampai di tempat, Ellerd sangat terkejut. Ya, Ellerd mengetahui kalau ini adalah darah manusia.

"Baik, bagaimana menurutmu Ellerd?" tanya kapten

"Ini darah manusia asli, tapi ada yang janggal.... i....ini adalah pakaian baru... aku rasa belum di pakai"

"Waw bagaimana cara kau mengetahuinya? Sedangkan kau baru saja datang. Kau cukup unik... apa jangan-jangan kau...." Seorang pemuda berbicara langsung di hadapan Ellerd

"David.....! sudahlah" kapten memperingatinya

"Baunya...!!!!" Wajah Ellerd seketika berubah menjadi dingin

"Baunya...??" David tampak memberikan pertanyaan kepada Ellerd

"Ya.. ini bau besi berkarat... jelas bau darah manusia. Lalu pakaiannya.... itu tampak sangat baru... sangat bersih, putih bersih." Jelas Ellerd

Kapten yang mendengarkan penjelasan Ellerd tersenyum puas, penjelasan Ellerd sepertinya cukup tepat.

Namun siapa yang melakukannya? Mereka harus mencari bukti lain. Mereka telah berusaha mencari bukti lain di TKP namun itu sangat bersih, tanpa meninggalkan jejak apapun seolah memang benar hanya ingin bermain dengan kepolisian setempat. Tanpa menemukan bukti apa pun lagi, mereka hanya membawa sampel darah dan pakaian yang terdapat di lokasi serta beberapa foto TKP.

Entah sebuah keberuntungan atau kesialan bagi Ellerd, ini adalah awal dia bekerja dan dia sudah mendapatkan kasus yang rumit. Dalam kasus ini tim di minta menelusuri apakah ada orang hilang di sekitar kota Eiríni. Dan yang mengejutkan adalah nihil, tidak ada yang hilang di kota Eiríni, juga tidak ada yang hilang di kota sekitarnya.

Mereka mencoba mengidentifikasi sampel darah yang mereka bawa dari TKP dan hasilnya pun tidak ter identifikasi. Karena tidak ada satu pun yang dapat membuktikan jika ini adalah pembunuhan maka kasus ini segera di tutup oleh pihak pengadilan, sebab takutnya malah membuat gempar seluruh kota dan justru membuat keributan dalam kota.

'Brak....' sebuah suara pukulan yang keras terdengar dari dalam ruangan khusus.

"Kapten..... sebaiknya memang kita serahkan saja ke pengadilan..... lagi pula kita tidak dapat menemukan satu bukti pun, bahkan tidak ada saksi di sekitar sana. Mungkin memang benar ini hanya permainan yang ditujukan untuk orang sekitar atau pun.... emmm... di tunjukan pada kita" sepertinya ia adalah tangan kanan kapten, ia selalu berada di samping kapten.

"Tidak bisa, kita harus melakukan sesuatu. Aku takut ini akan terjadi lagi dan justru akan lebih menggemparkan, bukankah nanti kita juga yang akan dipertanyakan?"

"Kalau begitu.... baiklah aku akan melakukan pemeriksaan secara diam diam" Itu adalah Abraham

'Tok tok tok'

"masuklah..!!" Abraham memerintah tanda jawaban atas ketukan pintu itu

"Ellerd, ada apa?" Abraham kembali berbicara dengan melontarkan pertanyaan

"Maaf mengganggu senior Abraham, tapi ada seseorang yang ingin bertemu denganmu"

"Siapa yang ingin bertemu denganku di jam seperti ini? Ada-ada saja"

"Dia bilang, dia kekasih senior. Dia bilang hanya ingin mengantarkan makan siang setelah itu pergi, padahal tadi sudah dilarang oleh petugas di depan"

"A...apa?!! sekarang tolong bilang saja 'hari ini aku tidak sedang bertugas'!!!"

"Tapi senior....bukankah tidak baik kau mengusir kekasihmu sendiri, bagaimana jika nanti dia marah kepadamu?"

"Hahahaha..." Seketika kapten tertawa lepas melihat kepolosan seorang pemuda berumur 20 tahunan itu serta melihat kejengkelan yang ada di wajah Abraham.

"Ada apa?" pertanyaan itu seketika muncul dari mulut Ellerd, terlihat sangat polos hingga membuat kapten semakin tertawa lepas.

"Kapten... sudahlah..." Wajah Abraham kini memerah sedangkan wajah Ellerd semakin terlihat polos dimata mereka apalagi dengan wajah penuh pertanyaan itu.

"Baiklah, Abraham sebaiknya selesaikan urusanmu itu. Lalu kau Ellerd, segera selesaikan pekerjaanmu" Kapten memberikan perintah tegasnya walau tetap terlihat dia sedang menahan tawanya.

Abraham adalah seorang pemuda berumur 25 tahun yang termasuk sukses di masa mudanya ini. Bukan hanya sukses atas karier, ia juga selalu sukses menjadi perhatian gadis-gadis di kota itu. Wajahnya sangat tampan dan tubuhnya yang kekar, tak ayal jika ada seorang gadis datang ke kantor polisi hanya untuk memberikan bunga dan makanan ataupun hanya untuk menyapa lelaki tampan tersebut.

Tak butuh waktu lama Abraham meladeni gadis itu, ia langsung masuk kembali ke ruangan khusus itu dengan di sambut tawa kapten tentunya. Kotak makan nasi dengan pita hiasan pita di atasnya, benar-benar menarik perhatian dan rasa penasaran kapten. Ya setiap ada gadis yang mengantarkan makanan, kaptenlah yang lebih tertarik pada isinya tersebut jika dibandingkan dengan Abraham sendiri.

"Sudahlah kapten" Wajah Abraham semakin memerah sambil memajukan bibirnya.

Kapten malah makin tertawa semakin keras melihat kelakuan bawahannya itu. Mereka memang sangat akrab, bahkan beberapa orang menganggap mereka seperti ayah dan anak kandung. Bukan hanya akrab pada percakapan non-formal saja tapi mereka juga sering satu pemikiran tentang masalah pekerjaan juga.

"Baiklah, apa yang di bawakan kekasihmu itu? Sepertinya menarik, itu di bungkus sangat spesial!! Bukalah"

"Kapten..." Abraham sedikit merengek seperti anak kecil karena kapten mengolok-oloknya terus

***gubrak*** brak*** huhuhuhuhu***

"Kapten ini lapo....ran....nya.... eeeeee.... ada apa kapten, Abraham?" David masuk tanpa mengetuk pintu, namun ia terkejut dengan yang ada di hadapannya.

Melihat kapten dan rekannya menjauh dari meja dengan wajah yang masih sangat terkejut, David hanya bisa berpikir dengan pertanyaan 'ada apa?' karena jarang sekali melihat kapten dan rekannya tersebut terkejut. Dengan rasa penasaran David melihat isi kotak makan yang membuat kapten dan rekannya itu terkejut.

"Hah...!!!"

*************