"6?"
"ya '6', bukankah itu aneh? itu terdapat di punggung tangan korban"
Terlihat Abraham sedang berbicara dengan seorang wanita muda berambut pirang sebahu dengan sebuah kacamata bulat khas. Ruangan khas dengan banyaknya buku dan komputer diperlihatkan yang menyatakan itu adalah badan sandi canggih yang ada di bawah pengawasan negara.
"Apakah ada data tentang korban? Aku harus memeriksanya juga, sebagai informasi tambahan" wanita itu mencoba mencari informasi yang lain.
"tidak ada, tidak ada identitas. Kemungkinan besar dia belum ter-data di negara"
"Harusnya mengetahui umurnya dari pihak forensik, bagaimana?"
"Aku akan mengumpulkan data yang tersedia dulu, untuk informasi awal kemungkinan dia berasal dari sebuah desa"
"Baiklah... bawa saja informasi yang ada" wajahnya tetap datar
"ini" Abraham menyerahkan beberapa kertas yang sepertinya itu adalah datanya.
"Kau membawanya, tapi kau tidak langsung menyerahkannya!!!! Kau ini kenapa?" Akhirnya wajah wanita datar itu bereaksi, reaksi yang tidak terduga. Wajahnya terlihat agak jengkel.
"Hihihi....Maaf aku baru mengingatnya" Wajah Abraham sedikit cengingisan di depan wanita cantik ini.
"Cepat keluar dari sini..... kau mengganggu" Dengan cepat Abraham di tendang keluar oleh seorang wanita.
Kejadian yang sangat langka, ini pertama kalinya Abraham di usir oleh seorang wanita. Tapi sepertinya itu biasa terjadi di ruangan tersebut. Orang lain juga tidak merasa heran saat melihat kejadian tersebut, lain hal jika badan penyelidik dan rekannya yang melihat kejadian ini.
*******
Ellerd kembali ke rumah susun yang tampak damai itu, berbeda dengan kantor tempatnya bekerja yang sangat ramai. Melihat suasana yang sangat damai ini Ellerd pikir akan dapat benar-benar beristirahat dengan tenang. Menatap sebuah pintu coklat di samping tangga dengan pegangan besi itu, Ellerd menghela nafas kecil. Saking sepi tempat ini, nafas Ellerd dapat terdengar dengan jelas. Ellerd membuka pintu rumahnya tersebut yang langsung di sambut oleh sebuah jam yang tergantung di dinding, jam menunjukkan pukul 10 malam.
'prang' sebuah benda pecah di hadapannya
"Bagus, kau baru pulang....hik.....hik.....sebaiknya......kau tidak pulang saja...hik...hik"
"Ayah.....maaf.....jam kerjaku memang sampai malam. Ummmm.... ayah sudah makan?" Ellerd justru mengkhawatirkan keadaan ayahnya, padahal dia sendiri terlihat kelelahan.
"Ayah... kau mabuk lagi....kau tidur saja....aku akan menyiapkan sup penghilang mabuk"
"Kau..." 'Brukk' ayah Ellerd tertidur karena mabuk berat.
Ellerd telah terbiasa dengan kejadian tersebut. saat ini Ellerd melewati ayahnya yang mabuk itu, lalu masuk ke kamarnya.
Tidak lama kemudian ia keluar dari kamar, dengan pakaian sehari-harinya. Kaos abu, beserta celana pendek hitamnya.
Ellerd terlihat menyiapkan rempah penghilang mabuk. Beberapa jahe seukuran ibu jarinya, cengkeh, serta gula merah di rebus dalam air mendidih selama beberapa waktu. Ellerd menyiapkannya dengan hati-hati agar tidak membangunkan ayahnya. Ellerd juga merapihkan beberapa tempat di rumahnya yang terlihat berantakan, seperti ruang tamu yang ditempati ayahnya ketika mabuk. Entah apa yang membuat Ellerd begitu sayang pada ayahnya, padahal ayahnya selalu saja menyiksa dan menekan Ellerd.
Jam menunjukkan pukul 11 malam, seluruh pekerjaan rumah telah diselesaikan oleh Ellerd sendiri, Ellerd berpikir agar dia juga beristirahat lebih awal karena besok ia juga harus bekerja kembali. Sebelum masuk ke kamarnya ia menyimpan sebuah mangkuk dengan air rempah yang telah direbusnya tadi di atas meja dekat kursi panjang tempat ayahnya tertidur. Setelah dirasa semuanya benar-benar selesai Ellerd bergegas membersihkan diri dan istirahat.
Ellerd membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur dengan seprai abu tua dan selimut kotak-kotak hitamnya. Seperti biasa pakaian yang ia kenakan begitu santai, kaos oblong beserta celana pendek selutut.
Ia mencoba menutup matanya agar dapat beristirahat. Selang beberapa waktu ia melihat tangan kirinya yang lebam, ia melihat lebam itu dengan teliti dan memikirkan penyebab lebam tangan kirinya itu.
'Menulis dengan tangan seharian memang melelahkan ya'
***********
5 November 2017
Keesokan harinya seperti biasa Ellerd bersiap ke kantor, ia bercermin dan memperlihatkan dada datarnya.
"Aneh, mimpi apa aku semalam. Ah.... rasanya melelahkan" ia bergumam sendiri di depan kaca dengan badan yang di sirami air dari shower.
menyiapkan sarapan, dan berangkat dengan meninggalkan ayahnya yang masih tertidur.
Pintu dibukanya secara perlahan, dan ditutupnya secara perlahan agar tidak mengganggu tidur lelapnya sang ayah.
"Ellerd...!" suara serak terdengar tepat di belakang Ellerd.
"hah!!??..." Ellerd terperanjak kaget, mendengar sapaan yang tiba-tiba tersebut. "Kakek Hiyoshi, kau membuatku kaget"
"Dasar, anak muda zaman sekarang.... benar-benar lemah jantung" jawab seorang kakek yang tadi memanggil Ellerd.
"iya maaf kakek, tapi sebaiknya kita bicara di tempat yang agak jauh saja. Takutnya ayah nanti terbangun" Ellerd mengangkat tangan dengan jari telunjuk mengarah ke mulut, yang menandakan tidak boleh berisik.
"kau ini, kau bilang kau seorang polisi tapi dengan ayah sendiri kau sangat takut, bagaimana kau menghadapi para penjahat itu?!. Kau tahu...." kakek Hiyoshi terus saja berbicara, hingga Ellerd memintanya berhenti dan membawanya menjauh dari pintu apartemen miliknya.
"baik kakek, ada apa kau menemuiku sepagi ini?" Ellerd bertanya kepada kakek Hiyoshi karena mana mungkin kakek menemuinya tanpa alasan.
Kakek tersebut tinggal tepat di bawah apartemen milik Ellerd dan ayahnya, Ellerd kenal baik dengan kakek Hiyoshi. Kakek Hiyoshi memang cukup cerewet, tapi dia sangatlah baik.
Kakek menyodorkan sekantong buah apel hijau " Ah....ini untukmu... buahnya sangat manis loh"
"wah kakek, kau dapat ini dari mana? Cukup segar...." Ellerd memuji rupa buah apel tersebut sambil melahapnya "uuummm... benar sangat manis dan segar"
"itu, enam hari yang lalu aku berkunjung ke rumah lamaku di desa, dan kemarin aku baru saja pulang. kebetulan rumah tersebut di tinggali oleh seorang perempuan muda...." kakek Hiyoshi langsung menceritakan hal yang iya alami.
Hal itu biasa bagi Ellerd, kakek hanya tinggal seorang diri, jadi kakek butuh teman berbincang. Seringkali kakek mengajak Ellerd berbincang santai. Wajar saja kakek memang sudah tua.
"tapi ketika aku ke sana untuk menagih biaya sewa perempuan itu sudah tidak ada di rumah. Aku tidak tahu dia ke mana..... setelah bertanya kepada tetangga yang lain mereka bilang wanita tersebut telah pindah ke kota .... huh.. sangat menyebalkan!!!." Kakek terus bercerita hingga Ellerd menghentikannya kembali.
"Maaf kakek, kita cerita lain kali saja boleh? Aku akan terlambat bekerja." Ellerd menjelaskan alasan ia menghentikan cerita kakek Hiyoshi. "Bagaimana jika nanti malam, seharusnya aku ada waktu" lanjut Ellerd
"Baiklah-Baiklah.... dasar anak muda.... begitu sibuk hingga tidak ada waktu untuk menemani kakeknya sendiri... huh!!" kakek mendengus kesal karena tidak ada yang menemani ceritanya kali ini.
"maaf kakek, oh..... buahnya, aku akan membagikan sebagian buahnya pada teman sekantorku. Mereka pasti memujinya, dan aku akan menyebutkan kau yang membawanya... apakah itu adil??"
"Ah... baiklah, sana pergi... kau bilang kau akan terlambat. Tapi kau masih saja berdiri di sini,,, cepat" kakek membiarkan Ellerd pergi dengan seolah mengusirnya.