Jujur, Simon cenderung menyukai perempuan yang lebih tua. Kayaknya sih faktor keturunan, menurun dari sang bokap, papih yang menikahi istri yang lebih tua satu tahun, di usia yang berondong pula, 21 tahun kira-kiranya.
Menikah muda di zaman papihnya dulu terbilang tak lazim, apalagi di zaman Simon sekarang ini. Meski bokap Simon mengaku sudah lulus kuliah dan mewarisi usaha keluarga kala itu, tetap saja keputusan papih dipandang berani oleh teman-temannya. Kebetulan, orangtua kedua belah pihak sangat mendukung pernikahan dini bokap nyokap.
Bagi Simon, nyokap punya gaya kakak pencerewet kala mengurusi bokapnya. Usia mamih yang lebih tua seolah membenarkan perilakunya mengokang suami. Padahal nyokap Simon cuma lebih tua satu tahun saja. Beda sedikit sekali, dan sebetulnya, setua apa pun usia istri, takkan mengubah kenyataan bahwa lazimnya, suka tak suka, suami yang jadi kepala keluarga di masyarakat kita.
Mamih Simon yang gaul sangat suka menjadi ketua. Mau ketua arisan, ketua PKK, bahkan ibunya pernah jadi kepala kader Posyandu, semacam relawan kesehatan yang melayani ibu dan balita di lingkungan mereka. Saking gaulnya, sang nyokap bahkan inisiatif menggelar paguyuban dadakan bila musibah menimpa salah satu warga se RT RW. Intinya, mamih memang hobinya mengatur ini itu.
"Sayangnya, mamih belum kesampean jadi ketua RT, Mon. Doakan tuk pemilihan tahun berikut, ya." Nyokap Simon mencanangkan tekadnya.
Bila si nyokap haus kekuasaan, bokap Simon itu The Real Father, seorang bapak rumahan sejati, juga businessman yang menganggap anak buahnya keluarga sendiri. Kurang kebapakan apa coba? Untuk yang satu ini bokap dipuji semua orang. Sayangnya keadaan memaksa bokap pensiun dini, karena usaha mereka terancam pailit secepatnya.
Usaha bioskop yang tak laku di pasaran, alamat buruk buat popcorn yang ikutan bubar jalan selamanya. Ngemil jagung berondong mesti dibarengi gelap-gelapan di bioskop. Akan lebih disukai bila filmnya hantu-hantuan, jadi ada alasan buat dekat-dekat si doi, toh? Nah, ini perkataan godfather alias ayah angkat Simon, menyindir kondisi putra angkatnya yang ogah-ogahan punya kekasih.
"Coba ajakin gebetanmu nonton bioskop, Le. Traktir berondong, pasti gak bakal repot."
Alasan Simon sulit punya kekasih karena seleranya yang berondong. Maksudnya Simon maunya jadi berondong, karena yang ditaksirnya cewek yang lebih tua dan kalem wataknya. Sayangnya, pendekatannya selalu mentok di langkah pendahuluan. Baru aja mau PDKT, eh, si cewek ngeremehin Simon karena lebih muda darinya. Ya, akhirnya Simon malas pacaran, jatuhnya. Ngejones di usia 23-nya sejauh ini. Sampai akhirnya Simon mengenal seorang Dewi Amor.
Dewi Amor bukan nama perempuan, sayangnya. Itu nama aplikasi cari jodoh buatan lokal, kabarnya akurasinya seratus persen ampuh menjodohkan jones-jones sebangsa Simon. Maksud hati iseng-iseng, eh si bokap malah mendukung Simon cari jodoh tajir lewat dating online itu.
"Aku nih cowok, Pih. Gengsi dong masak cari cewek orkay lewat dating online. Kesannya gampangan kan, Pih." Simon berupaya negosiasi.
"Ini masa emansipasi, Mon. Psst. Suami turut istri biasa aja zaman now ini. Gak nyangka toh kamu, bokapmu ini gaul juga?"
Aplikasi Dewi Amor lumayan juga tampilan user interface-nya. Gampang dipakai, mudah dipahami, dan segera Simon ketagihan mengulik-ulik isinya. Penghuni di dalamnya memang cakep-cakep, kelihatan tajir-tajir. Dan punya bakat tukang pamer konten. Hehehe.
Bokap Simon ikutan nimbrung, mencoba mengintervensi selera putranya. Namun Simon bergeming. Di depan Bokap sih iya-iya saja, asal bokap senang intinya, mengingat bokap punya hipertensi dan gampang jatuh stres belakangan ini. Untuk usia bokap yang 45 tahun, hipertensinya tergolong berat, penyakit yang diidap sejak bokap berumur 18 tahun. Ini penyakit genetik yang syukurlah tidak menurun pada Simon, karena tipe darah Simon serupa nyokapnya.
Intinya Simon akan mengusahakan kelihatan pacaran seperti saran papihnya. Namun, yang diincarnya justru cewek sederhana, lebih dewasa, pekerja keras, tidak materialistis, dan bersedia hidup "pailit" bersamanya.