Chereads / Si CEO Berondong / Chapter 6 - Simon vs Simona (6)

Chapter 6 - Simon vs Simona (6)

"Utang Pak Sim yang paling besar itu utang apa, kira-kira?" Simona menanyakan dengan raut muka melecehkan.

Ya, tak salah lagi, memang, mimik guru TK yang galak kira-kira seperti muka berpantat botol yang satu ini. Kacamata tebal Simona mirip betul pantat botol yang kesannya ketolol-tololan. Apa boleh buat bila Simon meradang karena dilecehkan. Dikiranya aku ini anak TK kemarin sore, heh?

"Tentu utang bahan baku, Mona. Jagung pipil beku numpuk pluk di ruang pendingin gudang. Kamu mau makan, Monaaa?" Simon melayangkan serangannya.

"Jangan dimakan lah bosku. Tapi dibikinkan jagung berondong, Boosss."

Lho, omongan Simona kok ada benarnya juga, ya. Dibikinkan popcorn pasti lebih guna daripada dimakan si pantat botol itu. Cuma dibuat popcorn terus buat diapain, dong? Kan gak laku dijual? Simon menggerutu dalam hati. Masak dimakan sendiri sambil nonton film cengeng, gitu?

Selera ke-Indonesia-an itu mengherankan lho, bro and sist sekalian. Jagung berondong tak bakalan laku di luar bioskop, biar dikasih gratis juga gak bakal ada yang mau, tuh. Mending ngemil kerupuk lebih mutu, kata pembokat rumah tetangga Simon yang menolak stok sisa popcorn yang tak habis terjual.

Apa boleh buat, sih, popcorn memang gak nyambung dijadiin lauk nasi, Simon tertawa dalam hati. Namanya perut lokal kita, camilan dan nasi kadang musti nyambung biarpun jatuhnya maksa dikit, Simon membatin lagi. Keripik kentang dan kerupuk pasti laku keras, karena buat yang cekak tanggung bulan, kerupuk jadi lauk penyelamat yang bikin kenyang dan pastinya murah meriah.

Herannya, kalau berondong yang satu lagi kok banyak penggemarnya, ya? Berondong cowok muda, yang bikin nyonya-nyonya klepek-klepek dan terjangkit puber kedua. Kebetulan, Simon berstatus CEO Berondong dewasa ini.

Belum sempat Simon membantah Simona soal popcorn, si asisten bos menyosor dengan ide yang aneh tak kepalang. Idenya adalah membuat snack berondong murah dan bisa dijajakan di warung-warung kecil. WHUATTT??

"Mana bisa laku, Mona? Siapa yang mau beli? Memangnya layar tancep gelar tikar saban hari?"

"Siapa bilang harus nonton pelem baru ngemil popcorn? Ini PR kita, bosku. Kita mesti menjadikan popcorn camilan yang populer se Indonesia ini."

"Kamu kemasukan apa sih, kok punya ide yang aneh tapi nyata begitu?" Simon menuding Simona yang sok bersedekap tangan.

"Nah, itu dia, Pak Sim. Aneh tapi nyata. Artinya aneh bukan tak mungkin jadi nyata. Betul kan, Pak?" Simona tangkas men-skakmat atasannya.

Pak CEO Simon mengedarkan pandang ke sekitarnya. Ruangan kantor ini hampir mati. Hanya ada satu karyawan tersisa, itu pun cukup membuatnya pusing tujuh keliling. Tobat! Kenapa harus Simona sih yang diutus bokap nyokap ke sini? Emang gak ada yang lain, apa???

Berkas-berkas dan dokumen kumal menumpuk, utang menggunung, sementara aset sudah menipis sampai sehelai kertas saja yang tersisa. Sertifikat bangunan kantor, itu pun sudah dijaminkan ke seorang tante yang merupakan sepupu nyokap Simon. Untungnya si tante baik dan sertifikat yang digadai masih bisa disimpan Simon. Lalu keadaan makin tak keruan, karena tanpa office boy atau cleaning service, tidak ada tukang pel dan bersih-bersih yang available.

Dasar nasib jelek, Simon juga yang akhirnya turun pangkat jadi tukang pel. Simona yang pantasnya jadi cleaning service mengeluh sakit peradangan tendon dan tak sanggup kerja kasar seperti menyapu atau mengepel. Sebagai pria gentle yang pengalah, si CEO Berondong mau tak mau turun tangan sesuai tuntutan sikon nan prihatin.

"Maaf, Pak Sim. Itu di bagian sudut kayaknya belum kena pel, ya. Masih debuan, Pak."

"Lho, kok jadi kamu yang ngatur aku, Monaaa? Bosnya siapa ya kalo boleh tahu?"

"Aku. Eh, bukan, maksudnya aku yang bawahannya. Tapi aspirasi bawahan tuh harus diindahkan ya, Bapak Sim."

Percakapan tadi dasarnya aneh tapi nyata. Sekarang Simona sudah berani beraku-kamu dengan Simon, bosnya. Gaya bahasanya yang tadinya santun perlahan jadi gaul, seperti sesama teman atau orang satu geng saja. Heh, kamu tuh siapanya aku? Aku bosmu ya, biarpun lebih muda enam tahun darimu. Tapi gini-gini bos ya! Lucunya Simon cuma berani mengomel dalam hati, sementara Simona merajalela dengan taktik busuknya.

Harus kuapakan dia, ya? Kubikin jadi berondong saja enaknya gimana? Namun, sadarlah Simon, bahkan membuat berondong pun mustahil sekarang, karena mesin pembuat popcorn seluruhnya sudah dilego ke tukang besi tua. Oh, nasib!