Chereads / Ada Cinta di SMA / Chapter 2 - Mikaila

Chapter 2 - Mikaila

"hei, kau yang di pojok kiri belakang nama kamu siapa?" suara lembut namun tegas seorang wanita terdengar jelas di telinga Andra.

" Saya Putri kak!" terdengar lagi suara wanita lain menanggapi suara wanita sebelumnya.

Saat semua tengah sibuk memperkenalkan diri, tiba-tiba seorang lelaki tampan dengan rambut hitam yang sedikit acak-acakan muncul dari sisi depan pintu Aula diadakannya MOS. Pria muda itu tampak dingin dan penuh pesona saat langkah kakinya memasuki ruangan dan menuju kursi kosong di pojok belakang.

Ada banyak mata tertegun, terutama para gadis muda yang sejak tadi merasa bosan dengan suasana ruangan. Hadirnya pria itu seolah membawa sebagian semangat mereka yang sempat hilang beberapa waktu.

Sementara para pria-pria muda seumurannya menatap Andra dengan tatapan dingin penuh kecemburuan dan rasa iri yang besar. Namun ada juga yang kagum dengan perawakan Andra dan mengandai-andai seolah ia adalah pria yang melangkah dingin di hadapannya.

"Waah.. tampannya" seorang wanita memuji seolah seluruh tubuhnya seakan-akan meleleh.

"andaikan itu cowok gue" wanita lain berbicara dengan penuh semangat kepada teman di sampingnya.

"Iya... benar-benar tampan" jawab teman sebelahnya sambil kedua tangan dikepal ke dagu dan berlagak bagai orang menggigil.

Menyadari banyak mata memandang Andra dengan berbagai ekspresi, sedikit pun tidak membuat pesona dingin Andra berubah. Ia tetap santai berjalan menghampiri kursi kosong di samping wanita berkacamata yang sejak tadi tertunduk dan seolah tidak menghiraukan sekelilingnya.

Saat hendak duduk, tiba-tiba suara seorang wanita bagaikan anak panah yang meluncur dari busurnya mengagetkan Andra.

"Hei..Anak baru!!"

Andra terdiam sejenak, kepalanya menoleh ke kanan tapi tidak sepenuhnya berbalik ke arah sumber suara. Ia malah melempar senyum meremehkah, tak menghiraukan panggilan itu dan memilih duduk manis di samping wanita berkacamata tanpa banyak berkomentar apa-apa.

"hei.. kamu songong sekali yah!" wanita itu menunjuk ke arah Andra dengan tatapan geram.

Lagi-lagi pemuda tampan berbadan tegap itu tak menghiraukan, malah melihat ke arah kiri kanannya seolah suara penuh amarah itu bukan tertuju padanya.

Melihat tingkah siswa baru yang tidak menghormatinya sebagai seorang senior, wanita cantik yang penuh amarah itu menghampiri Andra dengan langkah cepat seperti seorang pemburu yang akan mengejar buruannya.

"prakk" tiba-tiba wanita penuh amarah itu menghentak meja dengan tangan halusnya.

"dasar tidak punya sopan santun.. dipanggil malah ngelunjak" gadis cantik itu mengoceh dengan tatapan tajam tertuju pada Andra.

Merasa dirinya terintimidasi, Andra tidak ingin berlama- lama terus berada dibawa tekanan wanita itu.

"Kenapa senior yang hebat?" nada bicara Andra halus namun penuh sindiran.

"saya tidak merasa dipanggil.. gak ada tuh yang panggil nama saya sajak tadi" sambil mengangkat kedua bahunya seolah tidak tahu-menahu apa yang dibicarakan wanita itu.

"Bocah ingusan ini!!"wanita itu menggertakkan gigi menahan amarah. Tak terasa matanya memerah berkaca-kaca dan berbalik meninggalkan aula dengan terburu-buru.

Andra hanya bisa menatap kepergian wanita cantik berkulit putih itu, ada sedikit getir rasa bersalah dihatinya namun tak ia hiraukan dan kembali duduk seolah tidak terjadi apa pun.

Melihat kepergian Mikaila, seorang pria yang sejak tadi berdiri menatap kejadian pertengkaran antara rekannya dengan siswa baru itu menatap ke arah Andra dengan tatapan penuh kemarahan namun ia dengan cepat mengejar Mikaila.

"Kaila..kaila.." sambil berlari kecil, pemuda tinggi berkulit putih itu memanggil-manggil Mikaila. Tampak siluet kecemasan terlihat di wajahnya.

Mikaila berlari penuh kesedihan menuju kursi taman sekolah dan duduk penuh kesedihan. Ia tak menyangka kejadian memalukan ini terjadi padanya ditambah orang yang melakukan itu adalah seorang siswa baru.

"Mikaila, udah.. gak usah dipikirkan" seorang pria yang sejak tadi mengejar Mikaila telah duduk di samping Mikaila.

"Huuuhh...huuuhh.. " suara tangis tertahan keluar dari mulut gadis berambut hitam itu.

"sssssssssttt... udah gak usah nangis lagi" pria disampingnya mengelus rambut Mikaila.

Dengan nada terisak-isak Mikaila mencoba berbicara dengan pria disampingnya.

"gimana bisa aku gak nangis Sar... anak ingusan itu bikin aku malu bangat"

"ia aku tahu, aku akan balas anak ingusan itu" Sardi berkata dengan sungguh-sungguh penuh keyakinan.

"kamu yakin Sar?" kata Mikaila sedikit ragu.

"iya.. aku yakin...kan aku ketua OSIS, memberi pelajaran pada bocah ingusan itu gak ribet " Sardi meyakinkan Mikaila, wajahnya penuh aura meremehkan.

"oke, baiklah aku percaya padamu" jawab Mikaila penuh keyakinan.

Dalam ruangan aula, seorang pria yang lain menghampiri Andra dengan penuh amarah. Pria itu tidak menyangka seorang siswa baru dapat berbuat selancang itu.

"Hei bocah.. kamu gak tau itu siapa"

Andra hanya menatap pria itu tanpa bergeming sedikit pun.

"itu Mikaila, wakil ketua OSIS di sekolah ini... aku yakin kau akan menghadapi masalah besar!!" Pria itu tersenyum meremehkan.

"Emang kenapa kalau dia Wakil ketua OSIS?" Andra menjawab tanpa rasa takut sedikit pun, alis kanannya terangkat saat mengatakan itu.

"Haha... bocah ingusan, kau gak tahu aku siapa?" tatapan pria itu penuh aroma meremehkan.

"Aku gak perlu tahu kau siapa.. gak penting" Andra berkata santai dan tak menghiraukan ucapan pria di hadapannya.

Mendengar ucapan Andra terlalu meremehkannya, pria berbadan atletis itu langsung menggenggam kerak baju Andra, tangan kanannya menggenggam hendak menjotos.

Karena merasa dalam bahaya, insting silat yang Andra miliki keluar secara tiba-tiba.

"Aaaawww.... to..tolong lepasin" kali ini Andra malah berada di belakang pria bertubuh bak binaragawan itu, tangan andra menggenggam erat pergelangan tangan pria itu dari belakang. Dalam posisi seperti ini tak akan mudah dilepas. Sedikit saja pria itu bergerak maka akan berakibat fatal.

Tak lama saat permasalahan Andra dan pria berbadan atletis itu saling beradu otot, tiba-tiba suara seorang pria muncul dari pintu aula bersama seorang wanita yang tadi pergi dengan buru-buru.

"Berhenti!!" Sardi berlari kecil dan melerai kedua pria yang tengah beradu otot di pojok kiri belakang ruangan aula.

Tanpa berpikir panjang, Andra melepaskan lengan pria yang sejak tadi menahan sakit.

"sssst.. bocah tengik" Arga mengelus-elus tangannya menahan sakit.

"kau gak apa-apa Arga?" Mikaila bertanya dengan penuh prihatin.

"gak papa.. Cuma sedikit sakit aja" Arga meyakini Mikaila walau mulutnya masih meringis menahan sakit.

"Hei, siswa baru!.... lancang sekali kau yah" Sardi menunjuk Andra dengan geram.

"Memang kenapa, apa kita punya masalah?" Andra menatap Sardi dengan ekspresi dingin.

"Kurang ajar... terima ini" Sardi menjotos terarah ke wajah Andra.

Tanpa basa-basi Andra menghindari pukulan sardi lalu maju selangkah mendekati tubuh pria itu.

"bummm" pukulan Andra tepat mengarah ke perut Sardi.

"awwwhhh..." Sardi terpental ke lantai dengan kesakitan.

Melihat pertikaian yang semakin memanas, beberapa siswa berlari meninggalkan aula dengan ketakutan. Kejadian itu membuat keributan di dalam ruangan aula.

Para guru yang sejak tadi sibuk dengan agenda kerjanya, dikagetkan kebisingan dari ruangan diadakannya MOS.

"ada Apa tuh ribut-ribut" seorang guru bertanya pada guru disampingnya.

"Aku coba cek sebentar yah pak" seorang guru yang lebih muda bmenawarkan diri untuk pergi ke sumber ke bisingan.