Aku berusaha sekuat tenaga menolongnya, aku pindah ke belakang tubuh Putri sambil memegangi pundaknya.
Baru saja aku menyentuh pundaknya Putri, tiba tiba pipi kanan dan kiriku seperti ditampar oleh seseorang.
"Plaakkkkk...plaakkkkkkkkk." Suara yang cukup keras tamparan itu mengenai pipiku.
Seperti seseorang yang menamparku, seakan dia marah padaku seolah karena aku melanggar sesuatu, padahal aku hanya memegangi pundak Putri. Aku mencoba kembali memejamkan mata untuk dapat berkonsentrasi melihat apa yang terjadi di pundak Putri
Tanpa disadari, setelah aku memejamkan mata dan membuka mataku secara perlahan-lahan ternyata nampak seorang laki-laki tua, berjenggot sedang duduk di pundak Putri.
Aku langsung terkejut dan tiba tiba tubuhku serasa ditendang oleh nya, hingga aku terlempar ke belakang mengenai sebuah pohon yang ada di dekat tendaku.
Aku terhempas mengenai batang pohon, hingga punggungku mengalami sedikit luka memar dan juga tanganku.
Aku berjalan merangkak mendekati Putri, tetapi lelaki tua dengan tubuh yang cukup besar, berjenggot berjalan ke arahku sambil menendangiku kembali hingga aku terhempas kembali mengenai pohon.
Di bawah pohon tersebut aku ditendangi dan juga dipukuli terus menerus oleh laki-laki tua itu hingga aku minta ampun kepadanya.
"Ampun Kek, ampunnnn apa salahku, ampun tolong aku." Teriak ku.
Aku berteriak sejadi-jadinya sambil menutupi kepala dan juga tubuhku, karena terus-menerus ditendangi oleh lelaki tua tersebut.
Teman-temanku yang berada di dekat Putri membantuku untuk berdiri, tapi mereka tidak bisa melihat kehadiran sosok laki-laki tua tersebut.
Mereka cukup kesusahan membantu aku untuk bisa berdiri, karena aku dalam posisi sedang dihajar habis-habisan oleh makhluk tidak kasat mata.
Mereka menanyakan kondisi ku apa yang sedang terjadi padaku.
"Ayo coba bangun." ucap Siswanto sambil mencoba membangunkanku
"Tolong kalian jangan mendekatiku, biar aku yang mencoba menangani semua ini aku nggak mau kalian semua ikut terbawa dengan masalah ini." ucapku sambil menyuruh teman-teman untuk sedikit menjauh dari tubuhku aku.
Aku pun sampai tersungkur ke tanah hingga tubuhku penuh dengan debu, akibat dari hempasan tendangan dari laki-laki tua tersebut. Aku mencoba untuk melihat depan bagaimana sosok laki-laki tua tersebut.
Laki-laki tua tersebut memiliki tubuh yang cukup besar ia membawa tongkat di sebelah tangan kanannya, memiliki jenggot yang cukup panjang dan memakai sebuah topi atau seperti blangkon dalam istilah Jawanya.
Dalam hati aku berpikir apakah laki-laki tua paruh baya ini merupakan sesepuh atau tertua yang ada di gunung ini, karena energi yang dia keluarkan berbeda dengan makhluk-makhluk yang lainnya.
Dia memiliki energi yang cukup kuat hingga aku tidak mampu mengimbanginya. Memang karena usiaku yang masih cukup muda ini.
Sosok tubuh besar dan tua tersebut semakin lama semakin mendekat kearah wajahku, aku sambil merangkak mundur menjauhinya, aku takut karena hentakan langkah kakinya cukup menakutkan bagi tubuh dan juga menimbulkan rasa sesak didalam dadaku.
Semakin aku ke belakang, sosok tua tersebut semakin cepat melangkah ke depan tepat di depan wajahku.
Tanpa disadari, ternyata dia sudah berdiri di depanku yang menatapku kebawah dengan tatapan penuh dengan rasa amarah dan juga dendam.
Menghentakkan tongkatnya ke arah tubuhku dan ternyata tubuhku langsung saja bergetar dan merasakan sakit yang cukup menyakitkan, aku pun berteriak meminta tolong kepada orang yang berada di sekitar sekitarku, akan tetapi seolah-olah teman-teman ku tidak bisa menolongku apakah mungkin mereka tidak bisa mendengar suaraku, karena aku tadi sudah melarang mereka ikut campur masalah ini.
Mereka hanya terdiam melihat ku, merasakan rasa sakit akibat hentakan dari tongkat laki-laki tua tersebut.
Aku memohon ampun kepadanya, tetapi dia tidak saja meresponku dia tetap saja menatap dengan rasa amarah dan dendam yang cukup besar kepadaku.
Tubuhku tiba-tiba melayang akibat hentakan dari tongkat pria tersebut. Tubuhku terbang kesana kemari, terhempas dan terlempar tinggi mengenai dahan pohon yang satu dengan pohon yang lainnya, aku merasakan sakit karena terbentur pohon dan juga batu
Apakah ini perbuatan dari laki-laki tersebut, hingga tubuhku terombang-ambing di udara dilepaskan jatuh ke tanah dan juga batu aku merasakan sakit.
Tubuhku semakin lemas, badan penuh dengan luka dan juga memar di wajahku mengalami benturan di beberapa dahan dan pohon, hingga pelipisku mengucurkan darah, aku semakin takut apa yang terjadi kepada untuk kedepannya nanti.
Saat tubuhku sudah terhempas, kepalaku mencoba untuk kembali melihat wajah lelaki tersebut dan menanyakan apa maksud beliau hingga menyakitiku.
Baru saja aku ingin mengucapkan sesuatu, tubuh kembali diangkat olehnya, kali ini leherku dicekik olehnya sehingga aku tidak bisa mengucapkan satu kata apapun aku hanya bisa merintih kesakitan, tidak lepas juga karena leherku tidak lepas dicekik olehnya.
Aku meronta-ronta ingin melepaskan diri, akan tetapi kondisi tubuhku yang cukup lemah dan dalam keadaan mulai bisa menahan sakit akibat dianiaya oleh sesosok tersebut.
Kondisi merasakan sakit, aku mencoba melihat teman-temanku, ku coba melambaikan tangan kepadanya meminta tolong, tapi mereka hanya terdiam saja seperti mereka melihat aku sedang tidak terjadi apa-apa padahal apa yang aku alami ini adalah sungguh menyakitkan.
Mereka hanya melihatku dengan keadaan mata manusia biasa tidak sama seperti halnya mata ku ini, mereka tidak bisa melihat sosok laki-laki pria tua ini.
Kemungkinan saja sesosok tua ini salah satu penunggu gunung ini, yang merasa terganggu akibat dari tingkah laku kami saat berada di jalur pendakian tadi .
Memang sepanjang perjalanan pendakian tadi aku tidak bisa 100% mengawasi teman-temanku agar mereka tidak melanggar pantangan pantangan yang ada di gunung ini, bisa saja salah satu atau semuanya melanggar pantangan pantangan yang tidak diungkapkan oleh para penduduk sekitar dan juga di tempat pendaftaran tadi.
Apa yang aku dan teman-teman lakukan yang menurutku benar belum tentu benar juga bagi para penunggu di gunung ini, bisa saja mereka menganggap apa yang kalian lakukan adalah sebuah kesalahan kesalahan besar yang bisa mengganggu mereka dan merusak ekosistem yang ada di gunung ini.
Beberapa menit kejadian yang ku alami, seolah bertahun tahun lamanya aku di hajar habis-habisan hingga tubuhku sangat lemas.
Sosok laki-laki tua tersebut memiliki magis yang cukup kuat dan berbahaya, aku harus berhati-hati menghadapinya.
Bisa saja nyawaku dan teman-teman melayang karena aku salah mengambil langkah dan ceroboh menghadapinya.
Beliau tetap saja berdiri menatapku, aku samar samar melihat bagaimana bentuk wajah lali-laki tua tersebut, dia dengan tatapan kosong berwajah pucat dengan pancaran mata yang menakutkan bagiku.
"Ampuni aku Kek, apa salahku?" ucapku merintih kesakitan.
"Aku dan teman teman hanya ingin mendaki dengan aman tanpa gangguan apapun Kek, apa yang salah dari rombongan kami ini Kek?" tambahku mengucap.
"Disini hanya aku yang bisa berinteraksi dengan makhluk makhluk tidak kasat mata, teman teman disana hanya manusia bisa korban dari kejahilan para penunggu disini." Ucapku.
"Aku hanya perantara mereka untuk berkomunikasi dengan Kakek dan penunggu yang lainya, jadi aku mohon jangan sakiti aku, kasihani teman temanku yang tidak tahu apa kesalahan mereka. Hanya rasa takut dan bingung yang mereka rasakan." Ucapku.