Chereads / Goyah Batin / Chapter 22 - 22. Tidak Diterima Dengan Baik

Chapter 22 - 22. Tidak Diterima Dengan Baik

"Apakah apa yang terjadi padaku ini? aku tadi tidak merasakan apa-apa hanya seperti orang yang sedang merasakan sakit sehingga aku tidak mampu menahan rasa sakit itu, akhirnya aku sejenak berbaring untuk melepaskan rasa sakit itu tapi ternyata pingsan." Ucap Putri kepadaku.

"Iya seperti itulah apa yang terjadi pada tadi ku, melihat sesosok kakek tua duduk pada pundakmu itu yang mengakibatkan kan kamu terasa lebih berat dan rasa sakit itu muncul, karena laki-laki tua tersebut memukuli pundakmu menggunakan tongkat yang ia pegang." ucapku kepada putri menceritakan hal apa yang telah terjadi kepadanya.

"Siapakah sosok laki-laki itu apakah kita mengenalnya nya?" tanya Putri kepadaku.

"Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan hal ini, karena aku takut kalian mengurungkan niat untuk kembali melanjutkan pendakian hingga ke puncak nanti dan memilih untuk turun." ucapku kepada teman-teman.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi? mengapa kamu menutupi semuanya ini dari kami." tanya Mas Ryan kepadaku.

"Maaf mas, aku tidak ingin menceritakan semuanya karena aku takut kalian mengurungkan niatnya, karena kita sudah sampai di tengah perjalanan tapi pilihan yang sulit buat kita apakah melanjutkan pendakian atau kembali turun." ucapku kepada Mas Ryan

"Sekarang ceritakan kepada kami, apa yang sebenarnya telah terjadi kepada mu dan kami semua ini? kenapa banyak sekali hal-hal aneh dan mencurigakan yang kita temui dari awal keberangkatan sampai di titik ini." tanya Mas Ryan kembali padaku.

"Sebenarnya dari awal keberangkatan tadi waktu masih di sekolahan, aku sudah merasakan hal-hal yang buruk dan kurang mengenakkan mas yang akan menimpa kita, di SMA tadi aku bisa melihat beberapa sosok penunggu di sana, beliau semua memantau kita dari kelas di lantai dua, mereka tampak tersenyum bahagia seolah mereka akan tahu apa yang akan terjadi pada kita semua mas." ucapku menjawab pertanyaan Mas Ryan.

"Terus apa yang terjadi, kamu nggak usah bertele-tele kita semua sekarang ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi." tanya Mas Ryan kepadaku sedikit dengan nada marah.

"Aku sebenarnya ingin menutupi semua ini dari kalian, karena aku tidak ingin kalian semua tahu apa yang bakal terjadi, karena kita berada di gunung ini tidak diterima dengan baik dengan apa yang telah kita lakukan selama pendakian bahkan sebelum pendakian dimulai kita sudah tidak diterima dengan baik di sini." ucapkan kepada Mas Ryan.

"Hal tidak baik apa yang kita lakukan selama perjalanan ini yang membuat mereka mereka tidak bisa menerima kita dengan baik?" tanya Mas Simon kepadaku.

"Salah satunya tadi sikap Fajar, yang sombong karena dia tidak percaya adanya para penunggu di gunung ini dan membuang sampah sembarangan, dia juga tadi membuang air kecil di salah satu mata air yang ada di sini, para penemu disini menganggap semua itu telah merusak dan mencemari lingkungan, akhirnya mereka mulai merasa terganggu akan kehadiran kita." ucapku menjelaskan pada Mas Simon.

"Tapi tadi kan kita sudah minta maaf sama penunggu yang ada di sini, dan juga permisi sebelum melakukan pendakian ini, apakah masih ada yang salah dari kami semua ini?" ucap Mas Simon kepada aku.

"Maaf mas sebelumnya, para penunggu disini tidak menerima kedatangan kita dengan baik karena salah satu dari kami semuanya ada yang memiliki kelebihan, dan itu pada diriku ini mereka merasa terganggu, karena tadi aku membantu Fajar yang mengalami kesurupan." ucap kamu menjelaskannya dengan penuh penyesalan.

"Aku juga tidak mau sebenarnya mempunyai kelebihan seperti ini, karena ini pemberian dari Tuhan makanya aku bersyukur, karena bisa membantu orang-orang yang ada di sekitarku terutama tadi Fajar, karena salah satu teman baikku di sekolah." tambah ku menceritakan

"Lantas kelebihan apa yang kamu miliki sampai mereka yang ada di gunung ini takut kepadamu?" tanya masih Mas Simon kembali kepadaku.

"Aku mempunyai satu kelebihan yang turun temurun dari nenek moyang, aku bisa berkomunikasi dengan makhluk-makhluk yang tidak kasat mata dan juga bisa membersihkan sesuatu hal yang bersifat negatif di dalam tubuh ini." aku menjelaskan kepada mereka semua.

"Para penunggu di gunung ini menguasai berbagai macam ilmu hitam semasa mereka hidup dahulu sebelum menemui ajalnya." ucapku menambahkannya.

"Jadi satu kelebihan yang kamu miliki itu memiliki sifat yang positif?" tanya Mas Simon kembali kepadaku.

"Apa yang aku miliki ini bersifat positif, yang bertolak belakang apa yang mereka miliki di gunung ini yang bersifat negatif jadi kita sama-sama saling menjaga cara, agar tidak terjadi gesekan antara kelebihanku dan juga ilmu yang ada berada di gunung ini." ucapku menjelaskan.

"Lantas apa yang membuat mereka hingga mengganggu kita ini dalam perjalanan sampai ke puncak ini?" tanya masih Mas Simon kembali padaku.

"Sebenarnya kita tidak ada masalah dengan mereka ,akan tetapi kita juga yang menimbulkan masalah terlebih dahulu karena yang pertama tadi adalah atas tingkah laku Fajar, itulah yang memancing kemarahan mereka secara terus menerus melakukan tindakan yang tidak kita duga duga selama ini."

"Bisa saja kejadian kejadian yang tidak diinginkan ini, akan terjadi sampai kita menuju puncak nanti dan juga kembali ke rumah." imbuh ku kepada mereka semua.

"Terus apa yang kita harus lakukan agar kita menuju puncak dan kembali ke rumah dalam keadaan sehat dan juga utuh?" Mas Ryan kembali bertanya.

"Aku juga tidak tahu Mas, aku juga bingung karena tadi aku juga bertemu dengan sosok kakek tua yang berada di pundak Putri beliau memberikan teguran kepadaku untuk menyampaikan kepada kalian semua, agar kitasemua untuk kembali turun dan menjaga kelestarian alam yang ada di gunung ini." ucapku menjawab pertanyaan Mas Simon.

"Apa jawaban yang kuamu beri kepada sosok yang tidak kasat mata tersebut?" tanya Mas Ryan kembali.

"Aku tidak bisa memberikan jawaban, karena aku juga tidak mau egois kalau saja tetap memutuskan untuk kepuncak, aku tidak ingin kalian semua terkena imbas apa ya yang telah kita lakukan selama pendakian, ini akan tetapi bila aku memutuskan untuk turun aku juga tidak bisa memutuskan, semua ini adalah keputusan bersama yang perlu kita bicarakan terlebih dahulu." ucapkan kepada Mas Ryan

"Bagaimana teman-teman, apakah kita tetap melanjutkan pendakian ini dengan segala resiko yang akan terjadi atau kita kembali turun dengan mengubur semua rasa yang telah kita lalui selama pendakian ini?" ucap Mas Ryan memberikan pilihan kepada kami.

"Kalau aku sih tetap melanjutkan pendakian, karena ini merupakan pendakian pertamaku jadi aku tidak ingin menyia-nyiakan ini, mohon maaf ya teman-teman kalau misalkan keputusanku ini menurut kalian adalah egois." ucap Putri kepada kami semua.

"Aku pun juga begitu jawabanku seperti dengan jawaban Putri, mohon maaf bila jawabanku juga egois." ungkapku kepada mereka semua.

"Aku sih lebih baik turun aja, karena aku juga takut membahayakan keadaan kita semua ini, akan tetapi aku juga begitu berat, karena sedikit lagi kita juga udah mencapai puncak, tapi aku tidak mau mengorbankan nyawaku juga teman-temanku, lihat saja kakinya Ei sudah patah, aku tak ingin membahayakan dia juga." Jawab Risma sambil memegang tanganku.