Chereads / Goyah Batin / Chapter 21 - 21. Kembali Sadar Dari Gangguan Makhluk Halus

Chapter 21 - 21. Kembali Sadar Dari Gangguan Makhluk Halus

"Aku tidak apa apa, aku tadi hanya terbentur pohon ini dan jatuh mengenai batu yang ada di bawah ini." ucapku menutupi semua kejadian ini.

"Iya kenapa dengan tubuhmu ini, kenapa kok banyak sekali luka memar dan darah keluar dari mulut dan hidungmu?" kembali tanya Fajar kepadaku.

"Sudah tidak apa-apa kemungkinan besar aman kok, ini hanya sedikit terbentuk aja terus lecet jadi kalian tidak usah khawatir aku baik-baik saja." ucapku sedikit menangkan mereka.

"Itu ada apa, Putri kenapa kok pingsan? apa yang sudah terjadi padanya." tanyaku kepada Siswanto dan juga Fajar.

"Tadi Putri mengeluhkan kaki dan pundaknya terasa berat dan juga sakit, terus dia menangis merintih kesakitan tubuhnya bergetar dan kejang habis itu pingsan dia, nggak tahu kenapa." jawab Siswanto kepadaku.

"Jadi saat aku tadi berada di pohon ini, si Putri juga pingsan karena masih merasakan rasa sakitnya tadi?" Tanyaku kembali pada mereka berdua.

"Iya tadi dia nangis sekali merintih dan meminta bantuan kepadamu untuk membantunya, tetapi kamu tidak merespon aku lihat kamu juga sedikit mengalami gangguan dibawah pohon ini makanya kami tidak berani memanggilmu." jawab Fajar kepadaku.

"Ya sudah bantu aku berdiri, untuk membantu Putri kembali sadar lagi." jawabku kepada mereka sambil meminta bantuan.

Saat aku berusaha berdiri ternyata tubuhku kembali ambruk, akibat serangan dari tiga sosok tadi yang mengakibatkan sebelah kaki ku benar-benar patah.

"Aduhhhh, kenapa ini dengan kakiku." sambil memegangi kakiku dan mencoba berdiri, ternyata kakiku benar-benar patah.

Aku pun cukup sedih dan sedikit khawatir karena tiga sosok tadi kembali mengingatkanku, Apakah melanjutkan pendakian atau turun dengan keadaan selamat sekarang pikiranku bimbang.

Aku tidak ingin pada teman-temanku bersedih karena apa yang menimpaku, Putri dan juga Fajar.

Aku tidak ingin mereka mengalami hal yang sama dan mereka tahu yang membuat mereka semakin takut untuk melanjutkan pendakian dan memilih kembali turun pulang ke rumah.

Aku tidak mau turun karena kita udah berada di setengah perjalanan dan kita kembali turun dengan keadaan tangan kosong tanpa kebahagiaan tidak sesuai dengan apa yang kita tuju tadi.

Siswanto dan Fajar membantuku berdiri dan juga menuntunku berjalan mendekati mereka yang berkumpul menolong Putri yang sedang pingsan.

"Apa yang sedang terjadi kepada mu, kenapa kamu jalannya kok begitu sedikit pincang?" tanya risma kepadaku.

Ya memang Risma ini sangat perhatian dan juga khawatir kepada kondisiku, mungkikah Risma udah mau muncul perasaan suka kepadaku semoga saja.

"Ini tadi kepleset terus kebentur ke batang pohon terus jatuh kena batu deh, akhirnya ya kayak gini ini tiba-tiba aku bangun kakiku udah patah." jawabku menjawab pertanyaan Risma

"Kamu ini ada ada aja, lain kali hati-hati dong biar kamu tidak terjadi apa-apa, kalau gini kan aku juga sedih dan khawatir sama kamu." jawab Risma sambil menunjukkan rasa khawatirnya, mendekat kearahku menerima tangan dan tubuhku dari Fajar dan Siswanto.

Aku pun hanya tersenyum sedikit berbahagia dan juga merasakan sakit karena Risma menunjukkannya ke perhatian kepadaku.

Sekarang aku sudah berada di dekat Risma, dibantunya aku berjalan duduk mendekati Putri yang sudah dalam keadaan pingsan.

"Ayo duduk sini aja, hati-hati ya kalau duduk agar tidak sakit itu kakimu." ucap Risma kepadaku.

"Siap terima kasih banyak ya Ris kamu sudah perhatian padaku." jawab ku sambil tersenyum.

Akupun duduk meluruskan kakiku sambil membantu membangunkan Putri dengan kelebihan yang aku punya.

Di saat aku akan membantu Putri, ternyata Risma mengetahui bahwa badannya penuh dengan luka memar.

"Ini kenapa kok banyak sekali luka memar yang ada pada tubuhmu? sebenarnya apa yang terjadi padamu." tanya Risma sambil melihat beberapa bekas luka memar pada tubuh ku

"Kan tadi aku udah bilang, akunya kepeleset terus kebentur pohon dan juga batu jadi ya kayak gini, aku coba berdiri ternyata kakiku patah akhirnya yaudah jadi bolak-balik deh jatuhnya." ucapku sedikit tertawa seakan menutupi semua kejadian yang terjadi tadi.

Saat membantu Putri untuk membangunkannya, aku memegang tangannya ternyata di sana sama persis ada sebuah luka memar aku pun sedikit kaget, apakah tiga sosok tadi juga menyakiti putri dalam keadaan alam bawah sadarnya.

"Coba ambilkan minyak kayu putih itu nanti di oles-oles kan pada leher dan juga di dekat hidungnya, biar dia bisa menghirup bau dari minyak kayu putih tersebut." ucapku meminta bantuan mengambilkan minyak kayu putih yang berada di obat P3K.

Shella dengan sigap mengambilkan obat P3K dan memilih minyak kayu putih lalu memberikannya kepadaku.

Aku mengoleskan minyak kayu putih pada leher dan juga ketika tidurnya sesekali aku mengoleskan pada di kedua pelipisnya, agar dia cepat terbangun sambil aku memanggil-manggil namanya dan menepuk-nepuk nya agar dia menerima respon dari kami semua.

"Putri, putri ayo bangun kita melanjutkan lagi pendakian menuju puncak bangun ya." ucap ku sambil menepuk-nepuk bahu Putri agar dia segera terbangun.

Beberapa kali aku terus membangunkannya dibantu Shella dan juga Risma. Setelah beberapa menit akhirnya dia terbangun dia mulai membuka matanya dan sedikit kebingungan apa yang telah terjadi.

"Tadi kaki dan juga pundakku terasa berat dan sakit apa yang terjadi padaku? kenapa kalian semua berkumpul." tanya Putri sedikit kebingungan.

"Tadi kamu mungkin pingsan tidak kuat menahan rasa sakit, makanya kamui membangunkanmu ini agar kamu tidak semakin lama terlelap di dalam dunia alam bawah sadarmu." jawab Shella atas pertanyaan Putri.

"Sekarang bagaimana kondisi kaki dan juga pundakmu apakah masih terasa berat dan sakit?" Tanyaku padanya.

Dia mencoba memegangi kaki dan juga pundaknya, dia mengecek apakah masih aman atau terdapat sesuatu hal yang tidak terduga.

Dan yang benar saja dia kaget ternyata di tangan dan juga pundaknya terdapat luka memar yang sama persis dengan ku dia pun kebingungan apa yang telah terjadi kepadanya.

"Ini kenapa kok ada bekas luka memar di tanganku ya, aku tadi emang kenapa? aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, aku tadi hanya merasakan sakit dan berat saja kenapa tiba-tiba ada bekas luka memar di sini." ucap Putri sedikit kebingungan.

"Mungkin saja kamu tadi saat merasakan sakit pada kaki dan pundakmu, kamu tidak bisa menahannya akhirnya kamu sedikit pusing, mungkin kamu terjatuh dan membentur sesuatu akibatnya ya bekas memar kayak gini, lihat ini." aku memperlihatkan bekas luka memar yang sama pada Putri.

"Ini tadi juga begitu saat aku mencoba menolongmu, aku berjalan ke arah sana ternyata aku kepleset akhirnya aku terjatuh membentur ke depan, di mana ada sebuah pohon akhirnya aku terpental jatuh membentur batu juga, akibatnya kayak gini akhirnya banyak luka memar." ucapku sedikit menenangkan Putri agar tidak bingung dan takut.