"Ya piring sekalian sama sendoknya, cuma piringnya aja dulu mana buat tempatnya mie keburu dingin nanti." ucap Putri.
"Ini udah ketemu piring sama sendoknya." sambil aku mengulurkan tangan memberikan beberapa piring kepada Putri.
"Terima kasih." ucap Putri kepadaku.
Putri kemudian meniriskan air rebusan bekas mie instan nya tadi. Setelah mie sudah tiris Putri menuangkan mie instan nya ke beberapa piring yang berada di depan, aku membantu membuka satu persatu bumbu mi instan tersebut lalu menuangkannya ke beberapa piring dan mulai mencampurnya agar semua bumbu meresap dan merata semua.
"Ayo teman-teman ini mie instan nya juga sudah matang mari kita makan bersama-sama." ucapku memberitahu teman-teman yang lain.
Kami pun duduk di samping kanan kiri melingkari api unggun tersebut membawa piring berisikan mie instan. Kami mulai memakan mie yang telah kami buat karena perut sudah mulai kelaparan sambil menghangatkan badan kami yang sudah cukup lelah dan berkeringat ini karena perjalanan yang cukup melelahkan ini.
Benar kata orang-orang bilang mau makanan semurah atau secara sederhana mungkin, kalau berada di gunung makan nya pasti semuanya akan terasa enak di perut karena dalam keadaan lapar.
Aku dan teman-teman pun dengan lahap memakan sepiring mie instan yang telah kami buat untuk menambah stamina kami yang mulai terkuras. Rencana kami selanjutnya setelah beristirahat, kami akan melakukan pendakian lagi menuju ke pos 3 yang berada di atas, karena itu kami setelah makan ingin beristirahat sebentar saling mendengarkan keluhan masing-masing untuk evaluasi pendakian ke pos selanjutnya.
Karena medan yang sudah cukup berat ditambah kondisi jalan yang sudah terbuat dari tanah yang basah ini aku cukup khawatir. Sesekali aku mencoba menatap ke langit yang seakan tepat berada diatasku, berharap untuk segera bisa naik ke atas dalam keadaan aman dan tidak terjadi hal apapun di tengah perjalanan nanti.
Karena aku cukup khawatir karena melihat perjalanan ke atas yang sudah memasuki hutan belukar yang penuh dengan pohon-pohon besar menambah kegelapan perjalanan kami ke atas.
Aku hanya bisa berdoa sambil menikmati sepiring mie instan, mengingat apa pesan dari ibuku di rumah untuk selalu berhati-hati dan menjaga sikap sopan santun ku saat berada di gunung, agar bisa pulang dengan selamat karena ada keluarga yang menunggu dirumah.
Teman-teman pun dengan lahap memakan mie sambil berbicara untuk menghilangkan rasa dingin yang ada di pos 2 ini. Tidak sampai situ juga sepanjang perjalanan tadi aku dan teman-teman mulai memperhatikan jalan banyak sekali hewan-hewan berkeliaran di malam hari, ternyata di saat kami berada di pos 2 ini ada beberapa jejak kaki dari hewan-hewan penghuni di gunung ini.
Nampak beberapa jejak seperti jejak kaki kijang, jejak kaki landak, maupun jejak kaki hewan-hewan yang lain. Burung malam dan hewan lain nya pun ikut berterbangan menambah kesan mistis yang kami rasakan. Yang kami takutkan adalah jejak kaki dari hewan-hewan buas, semoga saja di sini tidak ada hewan buas itulah doa yang ada di dalam hatiku.
Tidak terasa setelah berapa menit kami makan mie instan dan sambil sedikit mengobrol ternyata mie instan kami sudah habis, kemudian Risma dan Putri mencuci piring bekas kami makan. Aku Fajar, Siswanto, Mas Simon dan Mas Ryan mulai menikmati kopi yang telah dibuat tadi. Shella pun masih duduk berada ada didekat api unggun tadi sambil melihat kondisi kakinya apakah sudah cukup baik luka bekas gigitan lintah tadi.
"Gimana Shel luka di kakimu apa sudah kering " tanya Siswanto kepada Shella.
"Udah lumayan sih ini, udah nggak keluar lagi darahnya, cuma ya gitu masih sedikit gatal sedikit ini aku mau oleskan obat pereda gatal." jawab Shella sambil mengambil obat pereda gatal.
"Mau aku bantuin enggak buat olesin obatnya ke kakimu." jawab Siswanto sambil menawarkan diri.
"Boleh nih, senang banget aku punya teman kayak kalian semua ini baik dan pengertian sekali sama aku." ucap syukur Shella sambil memberikan obat oles nya kepada Siswanto.
"Mana coba angkat kakimu biar aku mudah mengoleskannya ke kakimu." ucap Siswanto sambil mengangkat salah satu kaki Shella.
"Aduh, aduh, aduh pelan-pelan ya, masih sedikit perih dan gatal." rintih Shella saat Siswanto mengoleskan obat.
"Haduh maaf tidak tahu aku aku sebelah mana emang yang sakit nanti biar enggak aku pegang." ucap Siswanto
"Itu sebelah kaki bagian kiri lukanya sedikit besar mungkin ya karena lintahnya juga besar." jawab Shella sambil menunjukkan bekas lukanya yang cukup besar.
Siswanto pun mengambil kapas dan antiseptik yang ada di kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) sambil membersihkan luka-lukanya.
"Aduh pelan-pelan ya Sis cukup sakit ini." ucap Shella kepada Siswanto.
"Iya, tenang aja ini pelan-pelan kok enggak sampai sakit." ucap Siswanto sambil mengeluarkan obat lalu mengoleskan obat tersebut pada lukanya.
Aku hanya bisa memperhatikan mereka berdua yang sedang asyik untuk mengobrol satu sama lain, meskipun di sisi lain si Shella selalu merengek kalau Siswanto mengoleskan obat ke luka pada kakinya.
Sambil menunggu Siswanto membersihkan luka yang ada di kaki Shella, aku dan teman-teman tetap berada di sekeliling api unggun agar suhu kami tetap terjaga dan tidak mengalami kedinginan di pos 2 ini karena perjalanan menuju puncak masih cukup panjang.
Semakin keatas bakal semakin berat tantangannya akan kami terima karena itu kami harus tetap stabil. Aku ingat apa yang diucapkan Mas Ryan saat tadi briefing di bawah agar kami tetap selalu waspada dan menjaga suhu temperatur badan kami, kebanyakan para pendaki mengalami kejadian hipotermia hebat di pegunungan saat mereka mendaki setelah terjadinya hujan.
Karena itulah Mas Simon yang selalu mengingatkan kami di sebuah perjalanan telah kami mengalami kelelahan atau mulai mengalami sedikit kedinginan untuk segera berbicara kepada leader.
"Gimana Sis, udah selesai belum itu lukanya Shella yang kamu balut?". lagi tanya Mas Simon kepada Siswanto.
"Ini mas sudah aku balut juga tinggal memakai kaos kaki dan sepatu aja udah siap jalan lagi karena lukanya udah cukup kering jadi tadi aku hanya tutup pakai plester aja." ucap Siswanto kepada Mas Simon.
"Ya udah kalau gitu, gimana kamu masih kuat berdiri apa enggak gak?". tanya Mas Simon kepada Shella.
"Masih kuat kok mas karena memang tujuanku ikut kesini adalah ingin mencapai puncak bersam dengan teman teman." jawab Shella dengan penuh semangat.
"Iya, memang semua tujuan pendakian emang ingin sampai puncak, apa lagi ini mau merayakan tanggal 16 Agustus malam 17 Agustus. Jadi spesial banget lah moment yang jarang setiap orang bisa melakukan nya." jawab Mas Simon menyemangati Shella.