Di sisi lain Risma, Putri dan Sheila mempersiapkan kan mie instan telur kopi dan makanan ringan yang akan kami nikmati nanti.
"Gimana mas, apinya udah siap apa belum?". ucap Risma kepada Mas Simon.
"Sabar ya Ris, ini kayunya basah jadi agak lama buat apinya." ucap Mas Simon.
"Oh oke mas, kalau gitu aku persiapin dulu." jawab Risma.
Di sisi yang lain aku dan Siswanto membersihkan lahan di bawah dari rerumputan bebatuan untuk mendirikan tenda kami. aku dan Siswanto mendirikan tenda dengan ukuran sedang kapasitas 4 orang. Siswanto mulai mengeluarkan rakitan tendanya sedangkan aku membersihkan tanah dari rumput-rumput dan bebatuan yang di bawah agar kami bisa lebih nyaman untuk beristirahat.
"Kamu bagian membersihkan rumput sama bebatuan ya, aku bagian merakit kalo nanti udah siap kabari aku, tapi kalau kamu udah selesai duluan nanti bantu aku ya hehehe." ucap Siswanto kepadaku.
"Asiiaap, laksanakan ini nanti dibikin lubang buat sarana pengairan nggak misalnya kalau nanti turun hujan kita enggak kebasahan?". ucapku membalas kata Siswanto.
"Iya nggak apa-apa dibuatkan aja, lubangnya nanti dibuat seperti aliran di sawah, buat jaga-jaga kalau nanti turun hujan." Siswanto menjawab ucapanku.
"Siap laksanakan aku." menjawab pertanyaan Siswanto dengan menggali tanah membentuk persegi.
Sambil membersihkan tanah dari bebatuan dan rumput belukar, aku memperhatikan Fajar yang berjalan untuk mencari air sambil membawa botol. Dari kejauhan tingkah laku Fajar sudah terlihat sangat lelah dan mulai sedikit berubah, aku sangat khawatir melihat kondisinya karena melihat sikap dan tingkah lakunya yang sangat meremehkan, bahkan tidak percaya dengan hal-hal yang tidak biasa apalagi di gunung.
Fajar ini memang temanku yang cukup pemberani, makanya dia berani mencari air sendiri, tidak mau ditemani oleh teman yang lain. Meskipun dia anak pemberani aku tetap sangat mengkhawatirkannya karena dia salah satu teman terbaikku yang ada di sekolahan.
"Jar, gimana? berani nggak cari air sendirian?" Tanyaku kepadanya.
"Aman saja, berani kok di sini nggak ada apa-apa nggak usah khawatir." balas Fajar dari kejauhan sambil berjalan.
"Oke siap ya hati-hati, awas jalannya licin." sahutku membalas teriakan Fajar.
Aku memperhatikan sekitar tempat ini, ternyata di kejauhan di balik gelapnya kabut putih ini terdapat kelap-kelip cahaya lampu yang menunjukkan betapa indahnya Kota Wisata Batu di provinsi Jawa Timur ini.
Mataku melihat jauh ke arah depan dan sekitar, tetapi tanganku sambil membersihkan tanah untuk tempat tenda kami. Aku pun cukup bersyukur bisa hidup tanah air Indonesia yang indah sekali panorama alam dan ciptaannya nya.
Setelah sekitar kurang lebih 10 menit aku membersihkan tanah ini, aku melihat ke arah Mas Ryan dan Mas Simon mereka masih berupaya untuk membuat api, tampak dari sini bawah api mereka sudah mengepulkan asap kecil yang menandakan mereka hampir berhasil membuat api unggun.
Aku yang sudah menyelesaikan tugasku mencoba membantu Siswanto disampingku untuk merakit tenda tempat kami beristirahat nanti.
Memang Siswanto ini sudah cukup berpengalaman untuk hal bongkar pasang tenda pendakian ini, jadi aku hanya sedikit membantunya karena sudah hampir selesai. Aku coba membentangkan kain untuk tenda sedangkan Siswanto mencoba merakit pipa untuk rangka tendanya.
Setelah selesai aku dan Siswanto bekerjasama memasang kain tersebut kepada pipanya karena cukup susah kalau dikerjakan sendirian. Setelah kami saling membahu dan sedikit kesulitan merakit tenda, akhirnya bisa mendirikan tenda tersebut tinggal memindahkan ke tempat yang sudah aku bersihkan tadi.
Siswanto memegang tenda bagian utara sedangkan aku menaikkan rendah di bagian barat, kami pun mengangkat bersama-sama. Untuk memindahkan tenda ke tempat yang sudah bersih tadi. Kami berjalan bersama beriringan agar tenda tidak kembali jatuh dan rusak.
Akhirnya sampai, kami membawa tenda ke tempat yang sudah dibersihkan, tenda sudah berdiri dengan tegak aku pun mulai memasang alas untuk tempat istirahat kami nanti, supaya tidak kedinginan. Sedangkan Siswanto mengambil mantel tendanya untuk meletakkan di atasnya untuk menjaga kondisi temperatur tenda tetap stabil.
"Gimana ini Sis, tendanya udah sempurna apa belum Ini? alasnya udah aku taruh tinggal mantelnya udah kamu pasang apa belum?". tanyaku kepada Siswanto sambil membuka alas tenda nya dari dalam tenda.
"Ini kurang sedikit lagi mantelnya, tinggal kita buka aja udah aku taruh atasnya tenda kok setelah masang mantelnya kita masang bagian teras tenda nya ya biar lebih cepat." ucap Siswanto sambil tertawa.
"Ya kamu bisa aja udah ayo cepet udah keburu laper ini perutku." jawabku kepada Siswanto.
Akupun keluar dari dalam tenda membantu Siswanto membuka penutup tendanya. Aku menarik bagian mantel nya ke arah utara dan Siswanto membukanya ke arah selatan dan secara bersama.
"Ayo cepat kamu tarik bagian sebelah sana, biar kita cepat selesai habis itu masang teras tenda nya." ucap Siswanto kepadaku.
"Sebentar, sebentar ini agak tinggi badanku enggak sampai nih kamu sih terlalu tinggi naruhnya." jawabku kepada Siswanto
"Makanya kamu itu tumbuh ke atas jangan tumbuh samping aja." jawab Siswanto sambil tertawa meledek ku.
"Kamu ini bisa aja meledek ku." ucapku kepada Siswanto.
Dari kejauhan nampak Risma berteriak kepada kami yang sedang memasang tenda.
"Woiiii, kalian berdua masang tenda kok lama sekali, gimana tandanya udah siap apa belum ?" Teriak Risma.
"Ini tinggal masang mantelnya, sama teras depan tendanya aja, kalau dalamnya udah siap." teriak Siswanto pada Risma.
"Yaudah ini aku mau meletakkan barang-barang di dalam tenda, supaya tidak ada yang tercecer bahkan hilang jatuh di sini." jawab Risma kembali.
"Ya udah bawa aja kesini, udah bisa ditempatin kok dalamnya udah bersih." jawab Siswanto
Dari kejauhan aku melihat Risma membawa sendiri tas ransel-ransel kami untuk ditaruh di dalam tenda yang sudah kami siapkan. Risma mulai masuk ke dalam tenda membawa beberapa ransel ransel kami.
Dia mulai menata ransel ransel kami di dalam tenda agar terlihat rapi dan aman, sambil mengecek barang-barang bawaan kami agar tidak ada yang tertinggal di atas batu yang besar tadi.
Risma ini memang teman perempuanku yang baik dan sangat teliti makanya dia di sekolahan menjadi di panutan beberapa teman-teman, dimana memang prestasinya yang cukup baik di sekolah.
Aku pun sebenarnya menyukai dia secara diam -diam, Belum berani mengungkapkannya, karena menurut penilaianku selama ini Dia jarang sekali menunjukkan sikap pacaran atau dekat sama laki-laki yang lain.
Aku juga tidak mau sia-siakan kesempatan ini, untuk bisa berduaan bersama Risma di dalam tenda, membantu dia membereskan ransel-ransel dan mengecek barang bawaan kami, apalagi dengan perempuan yang aku idamkan ini.
Aku hanya bisa mengaguminya untuk saat ini, mungkin suatu hari nanti aku bisa menjadi orang spesial di hatinya.