Masih banyak sekali yang mengganggu di pikiran Miranda. Ketidak setujuan soal Karin yang masih hidup dalam kebohongan terus menghantuinya. Miranda ingin mendapatkan sebuah keyakinan yang lain. Bukan hanya lewat omongan Jemmi, dia masih sulit percaya dengan cowok itu.
Ting!
Suara pintu lift yang terbuka seakan menandakan pada Miranda bahwa dia harus mempersiapkan diri. Dia menaruh banyak harapan saat memutuskan untuk datang ke gedung ini. Sebelum bertemu dengan orang itu di ruangannya, Miranda harus melewati seseorang wanita lagi.
"Permisi, apa ada Pak Januari?" tanya Miranda pada perempuan yang mejanya berada di depan ruangan Jaya.
"Ada keperluan apa dengan Pak Januari?"
"Apa saya bisa ketemu Pak Januari sekarang?"
"Sudah buat janji sebelumnya? Atas nama siapa?" tanyanya lagi.
Miranda sudah yakin kalau akan ada pertanyaan seperti ini. "Belum, tapi apa nggak bisa coba ditanyakan dulu ke Pak Januari?"