Cemburu? Jemmi masih tidak mengerti kenapa Bobby mengatakan kalau dia cemburu dengan kakaknya yang akan menikahi Karin. Jika soal mendapatkan cewek, tentu saja Jemmi jauh lebih baik dari kakaknya yang terlalu kaku. Bisa mendapatkan Marissa saja harus dibantu dengan orang tua masing-masing. Itu pun, selama hubungan Jaya dan Marissa sering kali tidak sinkron dan bertengkar.
Sekarang, Jaya dihadapkan dengan Karin yang sifatnya sama kakunya. Sejauh yang Jemmi ketahui, Karin tidak pernah terlibat hubungan serius dengan seorang cowok mana pun. Bukan karena dia tidak laku, tapi karena Karin selalu berfokus pada buku-buku pelajaran. Sehingga tidak ada satu cowok pun yang tahan dengan cewek itu.
Jemmi saja yang bisa bertahan berteman dengan Karin karena dia membutuhkan cewek itu untuk mengerjakan tugasnya. Dekat hanya karena butuh bukan karena memiliki perasaan pada Karin. Jemmi tidak pernah menyukai Karin. Jadi apa yang dikatakan Bobby tidak benar adanya.
"Cemburu?" tanya Jemmi pada dirinya sendiri. "Yang benar aja."
Jemmi mungkin dapat mengatakan kalau dia tidak memiliki perasaan dengan Karin dan juga tidak cemburu dengan hubungan cewek itu dengan kakaknya. Namun, sekarang ini Jemmi sedang melangkah di lorong rumah sakit memasuki lift dan menuju lantai tempat Emily di rawat. Mungkin alasan yang masuk akal Jemmi kembali ke sini pada sore hari untuk melihat perkembangan kesembuhan anaknya itu.
Akan tetapi saat Jemmi keluar dari lift, dia melihat Jaya yang juga ke luar dari ruangan Emily sambil menahan pintu agar tidak langsung tertutup. Tangan Jaya yang lain juga memegangi tas besar punya Emily. Tidak lama kemudian, Karin keluar dengan Emily yang berada di gendongannya.
Cepat-cepat Jemmi bersembunyi di balik tembok lain. Saat berada di tempat persembunyian, Jemmi memperhatikan Jaya dan Karin secara diam-diam. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia sembunyi seperti ini.
"Aku cemburu? Itu pasti enggak mungkin," gumam Jemmi lagi tetapi kali ini dia sedikit tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
Setelah Karin dan Jaya memasuki lift, Jemmi segera keluar dari persembunyiannya. Lalu dia berjalan cepat menuruni anak tangga menuju lantai paling bawah. Saat Jemmi berada di lantai paling bawah, dua orang yang diikutinya sudah ke luar dari gedung rumah sakit. Jemmi masih saja mengikuti mereka sampai di parkiran.
"Rumah," gumam Jemmi.
Mamanya tadi pagi meminta Karin untuk tinggal di rumahnya. Jaya pasti membawa Karin ke rumah, paling tidak sebelum membawa Karin ke apartemen Bobby. Kalau Jaya pulang tanpa membawa Karin pulang terlebih dahulu, mamanya pasti akan memaksa Jaya untuk menjemput Karin.
****
"Kamu bisa tidur di kamar Januari."
Kalimat itulah yang pertama kali didengar Jemmi saat dia baru sampai di ruang keluarga di rumahnya. Tanpa berpikir panjang, Jemmi pun segera memprotes, "Kenapa harus di kamar Kak Jaya. Kamar tamu kan bisa?"
"Kamar tamu belum dibereskan sama Nolla," ucap mamanya.
"Kalo gitu, bereskan sekarang."
"Enggak. Nolla tadi sore baru aja Mama suruh bersihkan kolam renang. Dia Mama biarkan istirahat sekarang."
"Kan, masih ada Nira?"
"Oke, Mama suruh Nira yang bereskan kamar tamu tapi kamu yang masak. Gimana?"
Jemmi mendengus, tentu saja itu tidak mungkin. Lagi-lagi dia kalah beradu argumen dengan orang lain. Seakan tidak ada lagi alasan yang bisa melarang Karin tidak sekamar dengan Jaya.
"Kak Jaya sama Karin belum nikah, apa itu bagus?" tanya Jemmi lagi yang masih berusaha membuat Karin dan Jaya tidak sekamar.
"Maksud Mama nyuruh Karin tidur di kamar Januari biar Emily bisa tidur dengan papanya."
"Kalo gitu, Kak Jaya aja yang tidur sama Emily enggak perlu Karin."
"Kalau dia nangis, apa kamu mau buatkan dia susu?" tanya Anggita.
"Ma," panggil Karin. "Kayaknya, Karin pulang aja malam ini."
"Enggak," tolak Anggita. Tangannya mengusap kepala dan pipi Emily. "Kalau sampai sakit Emily kumat lagi dan enggak ada yang bawa dia ke rumah sakit gimana?"
Karin ingin membantah tapi Anggita lebih cepat kembali berbicara lagi. "Tetap di sini dan tidur di kamar Januari, kecuali ada yang mau bersihkan kamar tamu malam ini."
Jemmi megalihkan pandangan saat melihat mamanya melirik ke arahnya. Ucapan mamanya barusan berarti bahwa dia disuruh untuk membersihkan kamar tamu. Mana mungkin Jemmi mau, dari dulu dia tidak pernah ingin menyentuh benda berdebu. Jika bisa menyuruh orang lain, lebih baik dia membayar orang itu.
"Sudah diputuskan, Karin tetap tidur di kamar Januari." Anggita kembali beralih ke anak laki-lakinya yang lain. "Kamu enggak keberatankan?"
"Iya, Ma. Enggak." Jaya tersenyum kaku.
"Haah, ya sudahlah." Jemmi sekarang seakan bersikap tidak peduli dengan Karin yang akan tidur di kamar kakaknya. Dia juga bingung kenapa dia tadi jadi bersikap seperti itu. Padahal dia sudah berkali-kali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak cemburu.
"Ada apa Nira?" tanya Anggita.
Jemmi pun menoleh karena cewek itu berada di belakangnya. Dia lalu bertanya, "Makanan sudah siap Nir?"
Nira menggeleng sambil memasang senyum tipis. "Belum Den. Saya ke sini mau tanya ke Nona Karin apa dia punya alergi atau enggak suka makan apa aja? Biar saya bisa pisahkan."
"Karin enggak suka makanan yang kurang masak. Contohnya stik atau sushi." Jemmi kembali melihat ke arah Karin dan bertanya, "Iya kan?"
Karin melirik ke arah Jaya dan Anggita terlebih dahulu sebelum menjawab Jemmi dengan anggukkan. Dengan bangganya wajah cowok itu menoleh lagi ke Nira. "Udah aku jawab tuh."
"Masih ada lagi," kata Nira.
"Apa, biar aku aja yang jawab. Aku tau segalanya tentang Karin."
"Bayinya apa perlu disiapkan makanannya juga?"
Seketika Jemmi merasa malu sendiri. Soal Emily dia tidak mengetahui apa pun. "Kalau itu, tanya aja langsung sama ibunya."
Merasa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan di sini, Jemmi pun pergi begitu saja dari ruangan keluarga. Saat melangkah pergi, dia masih bisa mendengar percakapan orang yang ada di sana.
"Apa ada buah-buahan?" tanya Karin.
"Di dapur cuma sisa apel, besok baru Nora belanja bahan makanan."
"Ma, boleh Karin minta apelnya untuk makannya Emily?"
"Tentu aja boleh Sayang, kamu enggak perlu izin."
Jemmi masih tidak mengerti, kenapa orang yang ada di rumahnya ini dengan gampang menerima Karin dan percaya dengan kebohongan yang dibuat Jaya. Bahkan mamanya terlihat sangat memanjakan Karin.
"Bobby bilang, cewek yang melahirkan di luar status pernikahan akan terlihat hina di mata orang-orang. Aku rasa dia salah. Buktinya Karin enggak begitu. Dengan gampangnya dia dapat kepercayaan dari orang rumah ini," oceh Jemmi sambil menaiki setiap anak tangga menuju lantai dua.
Selain bingung dengan orang rumahnya, Jemmi juga bingung dengan dirinya sendiri. Setelah mengobrol dengan Bobby dia selalu berpikir bahwa dia tidak cemburu dengan hubungan Karin dan kakaknya. Namun sikapnya menunjukkan hal yang sebaliknya.