Huil dibuat bingung dengan bagaimana cara Tiran menyebut nama Seth. Itu berarti tuan muda itu bernama Seth. Tapi kenapa dia menyebut namanya sendiri?
"Benar, tuan muda."
"Wow." Dia mencemooh. "Jadi maksudnya sekarang aku adalah penerus penguasa laut? Omong kosong."
Tiran berpikir. "Bukankah laut adalah milik negara?"
"Negara?"
Tiran tersadar. "Kerajaan. Laut di sekitar wilayah kerajaan adalah milik kerajaan tersebut, bukan?"
Huil menjawab. Kalau wujud Huil bisa dilihat, pasti Seth bisa melihat ekspresi bingung di wajahnya. "Tidak, tuan muda. Lautan dan daratan adalah dua kekuasaan yang berbeda. Ratusan tahun lalu, ketika Les Zone terdampar di pulau Jema dan bertemu dengan penguasa Laut Barat, kesepakatan tercipta. Perlahan, kerajaan di daratan menjalin hubungan kerjasama dengan mereka yang hidup di lautan. Nenek moyang tuan muda menerima ajakan aliansi dengan Esfand. Tuan Aruna berteman dengan Raja Esfand, Zed Calvin dan menitipkan tuan muda di istana Esfand."
Seth tidak bisa tidak tercengang. Dirinya merasa sedang diceritakan ide cerita yang dimiliki oleh seorang penulis novel bergenre fantasi. "Kenapa Aruna menitipkan anaknya pada Zed? Aku pikir penguasa lautan punya keluarganya sendiri? Kenapa Aruna tidak menyerahkan Seth ke keluarganya?"
Huil sekali lagi dibuat bingung dengan cara bicara Seth. Tapi dia menangkapnya sebagai kemarahan Seth terhadap ibunya. "Tuan ingin tuan muda hidup sebagai manusia biasa. Tuan sudah lama menyayangkan dirinya yang terlahir sebagai bangsa manusia laut yang tidak bisa menginjakkan kaki di daratan. Tuan ingin tuan muda hidup sebagai manusia yang hidup di daratan yang sudah selalu tuan impikan sepanjang hidupnya."
Seth menyuarakan pikirannya. "Kalau manusia laut tidak bisa menginjakkan kaki di darat, kenapa Seth si putra dua manusia laut bisa?"
Huil menjawab meski dengan keheranan di benaknya. "Tuan menghabiskan hidupnya memohon pada dewa agar anak yang dia lahirkan terubah takdirnya. Dia ingin anaknya terlahir sebagai manusia biasa. Tuan bahkan melahirkan tuan muda di pesisir, mengharapkan tuan muda terlahir sebagai manusia."
Seth mencemooh. "Dan dewa mengabulkan permintaannya. Ya, benar."
Dia melanjutkan ucapannya. "Kalau dia sebegitu inginnya memiliki anak manusia biasa, kenapa dia tidak menikah dengan manusia? Zed, misalnya?"
Huil menjawab. Dibuat gugup dengan ucapan Seth yang seolah menyudutkannya. "Tuan hanya mencintai ayah tuan muda."
"Ha. Begitukah?"
Seth merasa dirinya sedang bertanya jawab dengan seseorang yang sedang berniat untuk menulis cerita fantasi.
Dia bertanya dengan wajah mengejek. "Seth yang terlahir sebagai manusia biasa, ternyata terlahir dengan tubuh yang lemah, yang membuatnya tertidur bahkan ketika dia terlahir. Begitu maksudmu?"
Huil dibuat gugup. ".....Benar, tuan muda."
"Ide cerita yang bagus." Cemoohnya. "Lalu, Seth si manusia biasa ini punya kekuatan apa. Dia lahir sebagai anak dari dua penguasa lautan. Dia pasti punya kekuatan khusus 'kan?"
"Maaf?" Huil terperangah. Tapi dia menangkap perkataan Seth sebagai sarkasme tentang dirinya yang terlahir tanpa kekuatan apapun meskipun dirinya merupakan putra dua manusia laut, dan sedang menyalahkan tuannya yang sudah membuat putranya lahir sebagai manusia daratan biasa. "Tuan mewariskan kekuatan keluarga Suvis pada tuan muda. Tapi.." Huil berkata sedih. "Tuan muda tidak bisa ke lautan seperti keluarga tuan muda. Tuan muda adalah manusia biasa yang tidak diberkahi kemampuan bernafas di dalam air dan bicara pada makhluk laut. Tapi dengan aku, kekuatan warisan tuan Aruna, aku akan mengendalikan lautan dengan kehendak tuan muda."
Seth merasa puas. Jadi dirinya punya kemampuan mengendalikan air sekarang?
"Apa aku bisa menciptakan air?"
"Keinginanmu adalah perintah untukku, tuan muda."
Bola air kemudian terbentuk di depan Seth.
"Ha."
Dia tercengang. "Apa lagi yang bisa kau lakukan?"
Seth tidak melakukan apapun sama sekali. Kekuatan ini miliknya. Tapi yang memicu adalah Huil. "Tuan Aruna menggunakan kekuatannya untuk banyak hal."
"Tunjukkan."
Bola air itu berubah menjadi pilar air berujung runcing.
Seth terperangah. "Benda ini bisa membunuh orang?"
Huil terdiam. "Tuan belum pernah melakukan itu, tapi, ya."
Seth menyeringai tipis. "Batalkan."
Huil tidak menjawab dan pilar air runcing itu berubah menjadi butiran air sebelum menghilang seolah menguap.
Begitu butiran air di depannya menghilang, Seth merasakan sensasi sesuatu kembali ke dalam tubuhnya.
"Huil. Apakah ada air di dalam tubuhku?"
"Benar, tuan muda."
Seth berwajah masam. Dia tidak merasakan apa-apa sebelumnya. Mungkin tanpa sadar dia sudah terbiasa dengan kehadiran air di tubuhnya. Tapi begitu Huil menggunakan kekuatannya, Seth bisa merasakan sensasi aneh itu lagi.
Dia memikirkan apa yang bisa dia lakukan sekarang. Dia belum tahu apa-apa tentang daerah tempatnya berada. Kalau dia di tubuh miliknya sendiri, dia pasti akan mengamati bisnis miliknya. Kalau dia di tubuh Vian, dia pasti sedang mencari investor untuk bisnis barunya. Di sini, di tempat yang mempertunjukkan berbagai ketidak masuk akalan pada dirinya, apa yang bisa dia lakukan.
Oh, sebenarnya, karena Rion menyebut mage yang mempelajari sihir, apa dirinya mencoba sihir saja?
Dia mencemooh.
Mari kita lihat sehebat apa kemampuan berkhayalku.
Tiran bangkit dari duduknya. Dengan langkah cepat menghampiri pintu dan membukanya. Kembali melihat lorong bangunan dari susunan batu berwarna abu gelap. Dia melihat sekeliling. Menyaksikan tidak adanya siapapun di sana selain dirinya.
Karena tadi pagi dia pergi ke kiri bersama Rion kali ini dia memilih untuk pergi ke kanan.
Tiran melewati lorong sunyi sendirian. Hingga seorang pelayan terlihat berjalan dari arah di depannya. Keduanya berbagi tatapan mata. Mereka melanjutkan langkah mereka hingga si pelayan berhenti dan membungkukkan tubuhnya begitu keduanya hanya terpisah oleh jarak pendek.
"Tuan Seth." Sebutnya hormat.
Tiran mengamati penampilan pelayan di umur pertengahan itu dengan wajah mendongak.
"Kau tau Rion?"
"Ya, dia adalah pelayan yang saya tunjuk langsung untuk Anda, tuan muda." Jawaban langsung pelayan itu membuat alis sebelah Seth bergerak naik.
"Jadi kau adalah sang kepala pelayan?"
"Benar, tuan muda. Nama saya Velid."
Tiran sedikit merasakan keasingan terhadap nama itu tapi dia langsung mengabaikan perasaannya. "Kau tau di mana Rion?"
"Saya tebak Anda tidak lagi membutuhkan kehadirannya jadi dia pasti sedang membantu pelayan lain melakukan pekerjaan mereka."
Tiran sudah menduga hal itu sebelumnya.
Akan sulit menemukan keberadaannya.
Di luar kesadaran Tiran sang pelayan mengamatinya. "Apakah ada sesuatu yang tuan muda butuhkan? Pelayan ini bisa menggantikan Rion untuk sementara." Velid berucap dengan senyum di wajahnya. Ucapan itu menarik perhatian Tiran. Dia mengangkat bahunya.
"Aku bertanya-tanya apakah aku bisa mempelajari sihir."
Alis sang pelayan terangkat. "Sihir?"
Tiran memasang senyum liciknya.
"Ya."
Sang transmigrator membatin.
Kenapa tidak kita coba saja?
Dia sudah ada di 'dunia dimana sihir itu ada' ini maka lebih baik dia sekalian melakukan semua yang dia mau.
Velid dibuat terperangah dengan ucapan sang tuan muda berambut sewarna air di laut itu tapi dia segera mengembalikan fokusnya.
"Anda bisa, tuan muda. Jika Anda tertarik untuk mempelajari sihir maka saya akan menyiapkan guru terbaik untuk Anda." Itu yang Velid ucapkan namun dia menerima gelengan dari Tiran.
"Aku tidak mau diajari oleh guru."
Ucapan Tiran mengundang rasa bingung pada Velid.
"Lalu?"
Tiran melipat kedua tangannya di depan dada. Memasang senyum khas miliknya.
"Aku akan belajar bersama murid-murid lain." Tiran menjeda. "Aku akan membuat murid-murid itu yang menjadi tutorku."
Velid mengerjapkan matanya tidak percaya. Ucapan Seth benar-benar di luar dugaannya.
Tiran menyadari itu dan merasa puas.
"Bawa aku ke tempat dimana orang-orang menggunakan sihir."
Velid kembali terperangah tapi dia langsung berdeham dan membungkukkan tubuhnya.
"Saya mengerti. Mari ikuti saya." ucapnya.
Tiran tidak merespon dan langsung melangkahkan kakinya. Mengikuti langkah pelayan di depannya. Melewati lorong dari batu akhirnya dirinya tiba di taman yang sempat dia lihat di pagi hari bersama Rion. Taman dengan kolam dan air mancur besar itu diramaikan oleh remaja-remaja berseragam dan buku di tangan mereka. Saling menunjukkan sihir buatan mereka.
Velid berhenti. Tiran pun ikut menghentikan langkahnya. Menontoni keramaian di depannya dalam diam.
Velid diam-diam melirik tuan muda yang lebih pendek darinya itu. Melihat bahwa sang tuan dari salah satu pelayan muda didikannya tengah memiliki wajah yang tidak pernah Velid duga sebelumnya.
Sebuah seringai ketidaksabaran. Untuk melakukan sesuatu yang Velid khawatirkan bukanlah hal yang bagus.
Apakah dia benar-benar tuan muda Seth?
Tuan muda Seth yang dia tahu adalah seorang anak remaja berumur 17 tahun, yang dalam keadaan koma sejak dirinya masih memiliki tubuh bayi. Remaja yang terus melakukan percobaan bunuh diri. Tidak pernah sekalipun bersuara selain menggeram dan berteriak di kala para tabib mencegahnya untuk melukai dirinya sendiri.
Kabar menyebar dengan cepat. Velid sudah dengar bahwa tuan muda Seth Ansell untuk pertama kalinya berbicara. Dia bicara pada Rion, pelayannya. Dan dia, keluar dari kamarnya dan bahkan, meminta ijin yang mulia raja untuk memperbolehkannya keluar dari istana dan pergi ke kota.
Ada alat pengawas yang diletakkan di ruangan Seth. Yang mempertunjukkan segala pergerakan yang dilakukan oleh penghuni ruangan.
Velid sudah menonton rekamannya. Seth menyibak selimutnya, berjalan dengan langkah cepat menuju cermin. Terlihat terkejut dengan rupanya sendiri. Remaja itu kemudian melangkah cepat menuju jendela kamarnya. Berdiri diam seolah dia mematung. Kemudian Rion masuk ke dalam ruangan. Dan Velid melihatnya.
Seth Ansell berbicara kepada pelayannya. Dia bahkan mengatakan kalau dia ingin mandi.
Velid hanya sedang kebetulan melewati lorong di dekat kamar Seth. Terkejut melihat kehadiran remaja itu di lorong.
Kemudian dia semakin dikejutkan ketika sang remaja mengatakan bahwa dirinya ingin belajar sihir. Dan disinilah sang tuan muda tengah berada. Menontoni para mage kerajaan bereksperimen dengan sihir mereka masing-masing.
"Mungkin aku harus mencari tahu dasarnya terlebih dahulu." Velid mendengar gumaman dari orang di sampingnya. Tiran bergumam pada dirinya sendiri.
Velid memfokuskan dirinya. "Saya bisa menyiapkan beberapa buku tentang sihir, tuan muda."
Tiran menoleh ke arah sang pelayan. Kemudian mengangguk.
"Ya. Kau bisa lakukan itu."
"Saya mengerti."
Tiran merasa puas setelah melihat sihir terjadi di depan mata kepalanya sendiri. Dia ingin mencemooh tapi kemudian dia memutuskan untuk hanya menganggapnya sebagai imajinasinya yang sedang dalam keadaan koma. Mungkin dirinya dalam tubuh Vian mengalami sesuatu, dan kini dirinya sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Membuatnya memiliki mimpi seperti itu.
Tiran kembali ke kamar dengan ditemani oleh Grell. Grell meninggalkan Tiran setelah Tiran memberitahunya bahwa Grell sudah bisa pergi. Grell mengatakan bahwa dia akan mengirim pelayan untuk membawakan buku-buku yang dia butuhkan.
Dua jam kemudian Tiran mendengar suara meja roda mendekati pintu kamar. Disambut dengan suara ketukan dan suara orang yang familiar.
"Tuan muda, ini Rion."
Suara di luar terdengar gugup sekaligus bahagia. Tiran mengerutkan keningnya. Bersuara dengan lantang bahwa Rion bisa langsung masuk saja.
Pintu terbuka. Rion menampakkan diri dengan wajah sumringah. Rion terlihat sangat terharu dan Tiran merasa tidak nyaman.
"Tuan muda, pelayan ini sangat senang. Apapun yang tuan muda butuhkan, s, saya pasti akan menyiapkannya!" Rion berucap penuh semangat. Tiran merasa seolah dirinya melihat rona merah di pipi remaja itu dan kerutan di dahinya menjadi semakin parah.
"Terserah." Tiran memalingkan wajahnya. "Bawa buku-buku itu kesini."
Rion terenyum lebar. "Baik!"
Rion mendorong meja roda ke arah Seth yang tengah duduk di sofa jendela. Buku familiar tergeletak di dekat kakinya yang dilipat naik.
Tiran yang tidak menyadari pandangan yang dimiliki Rion hanya mengambil buku di tumpukan paling atas dengan acuh tak acuh. Dia langsung membukanya dan langsung membentuk mulut mencemooh begitu melihat isinya.
"Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat."
Tulisannya menggunakan bahasa Indonesia. Namun kemudian ada beberapa baris tulisan asing yang Seth sudah bisa tebak apa.
"Mantra? Yang benar saja."
Tiran mengamati barisan tulisan asing itu.
Haruskah aku mempelajarinya?
"Rion."
Tiran memanggil. Namun dia kemudian mengangkat wajahnya ketika tidak merasakan reaksi sedikitpun dari remaja yang berdiri di sampingnya. Mendapati remaja itu sedang memandangi sesuatu dengan pandangan melamun.
"Rion."
Rion terperanjat ketika menyadari seseorang memanggilnya. Dia langsung menoleh pada Tiran. Gelagapan ketika melihat tatapan Tiran kepadanya.
"M, Maafkan saya. Saya melamun. I, Itu tidak akan terjadi lagi!" Rion dengan gugup bersuara.
Tiran mengerutkan keningnya. Masih belum terbiasa dengan cara bertingkah remaja dengan pakaian pelayan itu.
"Tidak perlu berlebihan. Kau membuatku tidak nyaman." Ucap Tiran dingin.
"Beritahu aku." Dia mendongak kearah Rion. "Bagaimana cara kita melakukan sihir."
04/06/2022
Measly033