Chereads / Ketika Surga Bagaikan Neraka / Chapter 15 - Kekesalan Amy.

Chapter 15 - Kekesalan Amy.

Amy melangkah masuk rumahnya ketika melihat Surti berdiri di depan pintu dengan senyuman, Amy menunduk dengan hati yang kesal. Ada rasa hati kehilangan paska Adelia menikah , rasanya Amy masih belum rela melepaskan adiknya itu.

"Amy..apakah Adel bahagia " tanya Surti dengan tulus pada Amy.

"Mungkin .. dia lebih bahagia dengan pria kaya yang dia cintai dan bisa membuat masadepan anak anaknya cerah nantinya " sahut Amy dengan kata kata tajam seolah menghantam batin Surti dan membuatnya merasa bersalah. Amy melewati ibunya begitu saja dan masuk ke kamarnya.

Air mata Surti mengalir begitu saja , mengingat kebodohan dia lakukan saat masa kecil Amy dan Adelia. Surti kembali masuk rumah kala dia membawa sebuah kue yang dia bungkus dalam plastik hitam berniat ingin memberikan pada Amy tapi gagal sebab terlihat jelas Amy sedang mengacuhkanya.

Surti termenung di tempat tidur sambil menangis, sejak kecil dia tidak pernah memberikan kebahagiaan pada Amy maupun Adelia. Hari hari mereka di isi dengan pukulan serta siksaan yang menyebabkan luka pada anak anaknya.

Para tetangga sering menesehatinya tapi Surti malah balik berkata dengan tegas dan malah mencibir tetangganya yang sering ikut campur masalah rumah tangganya. Seharusnya Surti peduli pada anak anaknya, tiap hari tetangga datang menolong Adelia maupun Amy kerap kali juga mereka kelaparan hingga tempat tetangga lah gantungan menggisi perut mereka meskipun hanya makanan sisa artau bekas mereka sudah bersyukur.

Surti masih ingat Darti tetangganya pernah menghampirinya kala dia makan nasi goreng sedangkan Amy dan Adelia disuruh menyapu halaman , hingga Darti menghampiri dengan kesal.

"Surti.. Surti... ora punya hate sampean .. lihat Amy dan Adel nyapu wes sampean opo!! orang towo tak punya hati! kelak sampean nanti nelongso dan susah !! jika sampean ora punya hati nanti wong towo sampean di benci karo anak anake!" kata Darti dengan kesal.

"Wes ora ikut campur urusan aku ! anak anaku bukan anak koe, wes pergi sana nda usah ikut ikutan" sahut Surti dengan marah.

"Dasar ibu gendeng" ucap Darti kesal lalu pergi.

"Omong opo sampean.. tetangga sableng!" sahut Surti.

Adelia dan Amy saling pandang, bukanya peduli malah Surti menambah semua pekerjaan anaknya yang letih dan lapar.

"Bu... Adel lapar boleh tidak Adel minta sedikit nasi goreng" kata Adelia dengan sayu.

"Apa kata mu... minta nasi goreng ini , enak saja, kamu makan sana nasi kemaren dan ikanya ikan asin" sahut Surti dengan marah.

Amy dan Adelia bertatap wajah dengan agak gemetar Amy membawa Adelia cuci tangan dan mengambil nasi yang agak basi itu.

Mata Adelia penuh air mata menyantap makanan tak layak itu sunguh Surti yang tak punya belas kasihan.

"Kak Amy kita ketempat bi Asih aja kak... mungkin kita bisa makan enak" ucap Adelia pada Amy dan Surti mendegarnya.

"Apa!!! makan enak katamu, sini aku kasih pelajaran" teriak Surti dia lalu mengambil sapu dan memukul tubuh Adelia. Melihat Adelia di pukul Amy lalu mengigit ibunya dan melihat tingkah Amy melukainya , Surti mengambil kayu dan menghatam pukulan tepat dipelipis matanya hingga berdarah.

Amy dan Adelia saling peluk, meskipun pukulan itu menuju tubuh mereka yang kecil membuat mereka saling erat dan ambruk tanpa sadarkan diri.

Lamunan itu teringat nyata baik Surti maupun Amy ketika menatap dibalik cermin. Hatinya masih sulit mengangap Surti sebagai ibunya, sebab luka yang teramat dalam dihati Amy pada Surti.

Amy keluar dari kamarnya dan seakan hatinya tidak tenang dia mengambil kunci motor dan pergi daripada dia mencaci maki Surti yang telah memberi luka cukup dalam baginya.

Amy melaju motornya dan singah disebuah pantai , disana dia merasa tenang dan mencoba menghapus air matanya. Amy merasa kekesalan pada Surti yang membuatnya hidupnya terluka dan trauma untuk tidak dekat laki laki.

Seorang pria melihat dari kejauhan dan mendekati Amy yang duduk di pesisir pantai. Pria itu memiliki perawakan yang tinggi ,serta rambut pendek dan kulit putih dan tampan. Dia benama Nino anak pemilik toko tempat Amy berkerja.

Amy sudah kenal dengan Nino dan menatap pria itu di hadapanya.

"Lagi galau atau punya banyak masalah?" tanya Nino menatap Amy yang terlihat manis di matanya.

"Syok tau!! pemikiran mu salah, aku hanya ingin melihat pandai tau" jawab Amy dengan acuh.

"Amy..Amy.. aku udah tau kamu kok, dari kecil hingga sekarang! aku ngerti kamu, setiap kamu ke pantai pasti kamu nenangin diri untuk melupakan masalah mu" kata Nino dengan jujur menatap gadis yang rambut sebahu. Amy melihat Nino yang begitu mengenalnya dari kecil hingga seakan air mata itu tertahan dan Amy menunduk kebawah. Dadanya terasa sesak seakan ingin mengeluarkan semburan air di matanya.

Nino yang begitu memahami Amy memeluk Amy dengan erat seakan dia bersedia menjadi pendegar yang baik.

"Menangis lah jika kamu ingin menangis! aku sebagai sahabatmu ...akan mendegar keluh kesah mu" kata Nino sambil memeluk Amy.

"Aku tidak kuat, Nino... aku begitu kehilangan Adel setelah dia menikah, aku juga harus bertemu dengan ibu kandungku di rumah setiap hari setelah sekian lama dia menelantarkan kami sejak kecil!! kau tau Nino aku dan Adel sekalu disiksa olehnya.. Nino aku kesal.aku benci ini semua" kata Amy dengan sedih dan membuat Nino mengerti setelah sekian tahun bersahabat dengan Amy baru kali ini dia mendegar gadis sekuat Amy dan sedewasa Amy menangis dipelukanya.

"Amy... aku sudah mengenalmu sejak lama! bahkan aku mengira dirimu gadis sekuat baja, aku banyak mengenalmu dan kau begitu sering memberi arti kehidupan ini untuku. Hari ini aku baru tau isi hati mu dan beban mu selama hidup mu, kalau boleh tau kenapa ibu kandung mu ada di rumah setelah sekian tahun dia menelantarkan kalian. "ucap Nino memandang Amy dan menatap gadis yang kulitnya agak coklat itu menghapus air matanya.

"Terimakasih Nino kamu telah mengerti aku selama ini. Sebenarnya begitu panjang ceritanya sehinggu ibu ku ada dirumah. Semua ini keputusan Amelia yang begitu baik hati membawanya kerumah. Sebenarnya aku keberatan ! tapi Amelia begitu ingin membawa ibu , aku tidak ingin kuliahnya tergangu...aku ingin Amel fokus belajar dan menjadi dokter seperti mimpinya waktu kecil. " kata Amy seakan hatinya redup dan tenggelam oleh semua pengorbananya.

Nino memandang Amy dengan penuh kekaguman, diatara gadis yang dia temui hanya Amy yang kuat dan setegar batu karang di sisi kedewasaan. Sejak dulu Nino paham akan Amy kini ada rasa yang menyeruak dalam hati Nino memandang gadis yang sederhana itu.

"Apa yang kamu rasakan saat ini begitu sulit. Bahkan aku saja tak bisa menjawab atau memberi pendapat padamu. Amy sebagai anak dan kakak yang baik, lakukanlah terbaik biarlah tuhan membalas semua itu. Baik buruk nantinya semua itu tetaplah menjadi Amy ku yang kuat dan baik hati" sahut Nino membuat Amy menjadi kuat dia melihat pria itu begitu tampanya, tapi Amy malu dia berusaha menyembunyikan semua isi perasaanya.