Chereads / Mr.Punishment / Chapter 32 - Friend

Chapter 32 - Friend

Lisa Pov ;

Aku mengangkat gelasku, meniup-niup kopi panas di dalamnya.

Ron tertawa kecil melihatku. "Kau ternyata lebih bersemangat daripada saat pertemuan pertama kita." Dia menyeruput kopinya.

Aku juga menyeruput kopiku.

"Benarkah?" Aku bertanya kembali, meletakkan gelasku.

Ron mengangguk. "Saat pertemuan pertama kita, kau juga terlihat sangat bersemangat saat menumpuk makanan di piringmu," dia tertawa kecil.

Aku menatapnya dengan kaget. Jika jarak kami lebih dekat lagi, aku pasti sudah memukul pundaknya sejak tadi.

"Kau melihatnya?" Aku bertanya pelan, hampir seperti berbisik.

"Tentu saja. Aku juga menyaksikan bagaimana kau menghisap isi piringmu hanya dalam hitungan detik." Ron membalas, mengikuti nada suaraku yang hampir berbisik.

"Sstt, jangan ceritakan hal tersebut kepada orang lain ya? Itu adalah suatu kemampuan yang aku pendam." Aku berkata dengan serius, menatap Ron dengan yakin.

"Kemampuan?" Ron bertanya kembali. Kami masih berbisik. Tidak ada seorangpun yang tertarik dengan obrolan kami sebenarnya, hanya beberapa gadis di pojok kafe yang terus mencuri pandang ke arah Ron sejak tadi.

Aku mengangguk mantap, menjawab dengan jelas. "Makan banyak dan cepat tanpa takut menambah berat barat. Itu kemampuanku."

Ron tertawa keras. Satu dua pelanggan meja di dekat kami melihat ke arah Ron yang tertawa.

Menyadari dirinya yang mengundang perhatian membuatnya terpaksa menutup mulutnya dengan satu tangannya, membungkam tawanya. Dia masih tertawa, tanpa suara.

Aku menatap Ron dengan heran. Apa yang begitu lucu dari kalimatku?

Dua menit kemudian Ron berhasil mengendalikan tawanya setelah bersusah payah. Setiap kali dia melihat ke arahku, dia akan tertawa kembali. Begitulah sampai seterusnya.

Aku akhirnya berdiri, berjalan ke arah rak buku yang berbaris rapi ratusan buku di dalamnya. Rak dengan kumpulan novel dan majalah paling banyak dikerumuni pelanggan. Mereka terlihat santai dan antusias sekaligus.

Kafe ini menyenangkan, juga memberi hawa positif. Tidak banyak orang yang tertarik membaca buku dengan adanya smartphone yang canggih di tangan mereka. Bahkan sekalipun seseorang ingin membaca buku, bisa diakses melalui aplikasi di dalam smartphone. Tetapi disini, karena di sediakan sebagai fasilitas membuat pelanggan tertarik. Pendekatan yang bagus.

Mataku menyapu judul-judul novel, mencoba menemukan sesuatu yang menarik.

"Pilihkan satu untukku!" Suara Ron mengejutkan dari belakang. Kali ini aku benar-benar memukulnya.

"Kau membuatku terkejut." Aku menatapnya dengan kesal.

Ron kembali tertawa, tidak merasa bersalah.

Faktanya ini adalah pertemuan kedua kami, aku dan Ron. Sejak pertemuan pertama kami, aku menyukai karakter Ron yang riang. Aura positif mengelilingi sekitarnya.

Kami memutuskan bertukar kontak, membuat kami menjadi teman. Sejujurnya, aku adalah tipe orang yang tidak bisa berteman lama dengan seseorang. Aku mudah bosan. Jika rasa bosanku sudah datang, aku akan membuat orang tersebut menjauhiku, begitulah. Jadi sejauh ini, aku tidak benar-benar memiliki teman dekat atau sahabat.

Mungkin pertemananku dengan Ron akan berakhir sama pula.

Ron banyak bercerita, dengan pesan panjang tentunya. Hanya karena aku seorang penulis, membaca teks panjang bukanlah sebuah masalah. Aku juga tidak mengira Ron akan bercerita banyak hal dalam perkenalan singkat kami.

Dia bercerita apa adanya, tidak dibuat-buat, tanpa banyak drama. Aku lebih banyak mendengarkan dari pada mengatakan sesuatu lebih dahulu.

Jadi, beginilah kami. Ron yang jujur dan aku yang acuh tak acuh. Orang mungkin mengira kami telah lama berteman.

Aku memang membuka lembaran baru kehidupanku.

Menikah tiba-tiba dalam usia dua puluh empat tahun menjadi pembukanya. Memasuki dunia Dave yang sangat jauh berbeda dari duniaku sebelumnya. Kemudian berteman dengan Ron dan kini tengah minum kopi di sebuah kafe di tengah kota. Aku merasa muda sekaligus merasa semakin tua dalam satu waktu.

Berada di kafe yang di penuhi remaja-remaja seusiaku yang di penuhi energi bersemangat membuatku merasa muda. Beginilah seharusnya yang para gadis-gadis seusiaku lakukan, bersenang-senang bersama teman-teman, bermain, dan bergaul. Tetapi kenyataan yang kudapatkan saat tiba di kediaman William nanti menyadarkanku, aku adalah seorang wanita yang telah bersuami.

Tidak ada suatu hal yang memberatkan sebenarnya. Di kediaman William aku diperlakukan bak seorang putri. Segala sesuatu akan dilakukan oleh para pelayan, aku hanya perlu duduk manis. Segala hal yang kubutuhkan telah tersedia dengan berlimpah disana. Tanpa bekerjapun aku masih bisa hidup hingga satu abad ke depan.

Namun, aku menyadarinya baru-baru ini. Aku tidak akan bisa sebebas aku yang dulu. Walaupun sebelum bertemu Dave aku juga jarang bergaul atau keluar rumah, tetapi aku merasa bebas. Tidak ada yang perlu aku jaga sikap darinya, jaga perasaan dan sebagainya.

Dan sekarang, walaupun aku terlihat bergaul dengan bebas di dekat Ron, ada seperti jarak tak kasat mata yang harus selalu aku jaga. Terlepas dari para pengawal yang terus mengawasiku dari dalam mobil di luar pintu kafe sana, demi keamananku, aku tetap harus waspada jika-jika ada yang mengenaliku sebagai istri Dave.

"Lisa!" Suara Ron membuyarkan lamunanku, membuatku tersadar kembali.

"Apakah ada sesuatu yang salah?" Ron kembali bertanya. Aku mengibaskan tanganku di depan wajah sebagai jawaban, "tidak apa-apa" begitulah maksudku.

"Baiklah, aku akan memilihkan sesuatu yang cocok untukmu." Mataku kembali menyapu rak buku, mencoba menemukan judul yang cocok dengan sifat Ron.

Aku mengenali satu judul buku di barisan depan rak novel, aku pernah membaca. Novel dengan sampul berwarna orange dan latar gambar matahari, itu adalah novel fantasy, karya penulis favoritku. Aku telah membaca sebelas series lainnya dari buku itu.

Ron menerimanya dengan antusias, melangkah kembali ke meja kami.

Sementara aku kembali mencari buku untuk diriku sendiri.

Buku dengan sampul berwarna hitam dengan gambar seorang pria dengan setelan jas menjadi pilihanku. Ada banyak judul yang menarik sebenarnya, tetapi aku berpikir karena kami tidak akan lama di kafe ini, aku mungkin tidak akan bisa selesai membacanya. Jadi aku memilihnya karena warna hitamny adalah warna favoritku.

"The Bad Boy In Suit" itu menjadi pilihanku.

Saat aku berbalik hendak kembali ke meja kami, aku melihat Ron yang kini di kerumuni tiga gadis di depannya. Usia mereka terlihat sekitar delapan belas atau sembilas belas tahun, terlihat masih sangat muda.

Jika merajuk kepada duniaku, yang hanya kulihat dari vidio-vidio, adegan ini seperti para fans Idol Kpop yang tengah mengerumuno idola mereka. Sebelum Dave, aku hanya melihat dari vidio-vidio yang dibagikan di akun fandom, hingga kemudian di malam aku bertemu Dave, aku melihat bagaimana para penggemarnya menyambutnya dengan antusias di halaman hotel.

Kemudian hari ini, satu idola lain muncul lagi.

Ron memang tampan, sangat tampan. Usianya saat ini dua puluh enam tahun. Dengan wajahnya itu dia bisa debut sebagai seorang Idol Kpop, model dan juga aktor. Aku akan sangat senang jika dia menjadi idol Kpop sebenarnya. Tidak ada batasan negara jika ingin debut sebagai Idol di negara Korea sana.

Tetapi menilai dari pakaian mewah yang Ron kenakan, aku bisa tahu, dia berasal dari keluarga kaya raya, sekelas Dave. Dia kemungkinan akan menjadi pemimpin perusahaan, bukan seorang idol.

Aku mengambil tempat dudukku kembali, mengabaikan Ron yang kini tengah dipaksa ber-swapoto bersama mereka satu persatu.