Ryan perlahan-lahan bangun sesudah wajahnya ditonjok Ryan. Ia berdiri dengan sikap menantang.
"Kau amnesia dan tidak waras, Arya!" teriak Ryan, suasana di rumah Arya bertambah panas dan tegang.
"Aku tidak amnesia dan masih waras!" pekik Arya di telinga Ryan.
"Kau gila, Arya! Berteriak sekencang itu di telinga Ryan, apa kau ingin membuat gendang telinga Ryan rusak?!" seru Diana.
"Hei, sejak kapan kau begitu perhatian pada laki-laki brengsek ini?! Sejak kapan pula kalian berhubungan tanpa sepengatahuanku, Diana?!" Arya mendelik, ia mengangkat tangan kanannya hendak menampar Diana.
"Kalau berani, tampar saja!!" tantang Diana dengan raut wajah penuh amarah dan kebencian.
"Apa kau pikir aku tidak berani menampar wajah palsumu itu?!" Arya mendengus kesal.
"Ingat, Arya! Kalau kau berani menampar calon istriku di depan mataku, aku tidak akan segan-segan berbuat hal yang sama kepada Lucia!" ancam Ryan membela Diana.