"Benar, Tha. Jiwa saya tertukar dengan jiwa Ryan," jawab Arya datar.
"Hmm … aneh banget. Bagaimana bisa jiwa kamu tertukar dengan jiwa … siapa tadi? Ryan? Dia siapa, Ya?"
"Dia itu teman saya."
"So, that man is your friend. By the way, apa kita bisa ketemu di Kafe Daebak sekalian makan siang di sana?" Bertha berharap Arya tidak menolak ajakannya.
"Sorry, saya gak bisa bertemu kamu di Kafe Daebak. Sebenarnya tujuan saya menelepon kamu karena mau menanyakan sesuatu tentang Lucia. Kamu tahu nomer handphonenya yang baru?" tanya Arya tidak sabar.
"Luci?? Nomer hp baru?? Saya gak tahu apa-apa soal dia," ketus Bertha.
"Kenapa kamu gak tahu apa-apa, Tha? Kamu kan sahabat Lucia, apa kalian sedang bertengkar atau Lucia sengaja menghindar dari kamu?" Arya menebak-nebak apa yang terjadi pada Lucia juga Bertha.
"Luci tidak menghindar dari saya, sebaliknya saya yang menjauhi dia karena saya sebal dengannya. Jujur, saya tidak suka kamu jadian dengan Luci, Arya!"