"Ya salahlah, kita bukan muhrim walau suami istri, kan gitu. Jadi mana boleh asal peluk, kalo pun mau peluk ya izin dulu, jangan buat aku kaget."
"Lo kaget?" tanya Dipta asal. Kali ini dia melakukan mobil dengan kecepatan sedang.
"Menurut kau? tiba-tiba dipeluk terus dikasi kalimat manis, gak bakal kaget? Bukannya apa, aku takut kau kayak gitu karena buang tabi'at. Katanya kan kalo orang mau menghadap ilahi bakal melakukan sesuatu yang gak pernah dilakuinnya."
"Lo tau? Cocoknya, bibir lo itu ditarik sama truk, biar memble. Kalo ngomong gak ada filternya sama sekali. Gue meluk lo juga karena momentnya mendukung, lo pikir gue mau meluk lo? Gak usah kepedean, dan lagi masalah sentuh menyentuh, gue berhak secara negara dan agama nyentuh lo, gak inget gimana lancarnya gue ijab qobul?"
Sebelum Hening membantahnya dia berkata, "yang gak boleh lo peluk-peluk itu, cowok selain gue. Termasuk temen lo itu, siapa namanya? Bayu apa Buaya?"