"Sangguplah, kecil-kecil gini lambungku besar." Kembali Dikta tertawa. Rasa lelah dan penat langsung menguar, Hening luar biasa mengubah suasana hatinya.
"Meski begitu, makan mi dalam jumlah yang banyak tidak baik. Daripada kamu sakit, aku makan." Dikta langsung menyendok mi lalu memakannya.
Dia sangat jarang makan mi instand bahkan bisa dikatakan tidak pernah, mungkin selama delapan tahun terakhir bisa dihitung dengan jari berapa kali dia makan mi. Bukan karena gak suka tapi karena gak ada alasan buat dia makan mi.
Pola makan dan hidupnya cukup teratur, tidak sempat lapar dan mengharuskannya makan mi. Keuangannya pun cukup stabil, pokoknya gak ada alasan buat dia makan mi instan.
"Gak takut Dipta marah?" tanya Dikta yang buat Hening hampir tersedak mi yang sedang diseruputnya.