"Abah melamun," ucap Hening. Dia meletakan segelas kopi diatas saung, depan ayahnya. Sementara ibunya membawa dua gelas teh sama bolu, buah tangan yang dibawa juragan Bramantyo tadi.
"Hari pernikahanmu semakin dekat, abah main tidak siap," ucap pria paruh baya itu.
"Anggap aja Hening pergi keluar negri, empat tahun lagi kembali. Kalo ada waktu liburan nanti, Hening pulangg."
"Macam banyak kali uang bolak balek pulang." Celetek ibunya.
"Loh, ibu gak tau udah sekaya apa anak ibu ini?" ucapnya sombong. Tapi bercanda.
Susi dan Banyu tersenyum melihat tingkah Hening. Moment-moment seperti ini akan dirindukan suatu saat nanti.
Setelah menyesap teh-nya, Hening berkata, "masalah desa selesai, itu yang paling penting. Kita semua bisa tidur nyenyak, kalo masalah pernikahan Hening jangan diambil pusing. Pernikahan Hening gak akan semengerikan jika desa ini berpindah tangan. Omong-omong pihak pemerintah bilang apa, Bah?"