Mereka kembali ke Korea dengan berbagai pernik pernikahan yang sengaja di beli di Inggris. Banyak hal yang mereka lakukan dengan spontan juga. Termasuk cincin pernikahan yang sama sekali tak ada rencana.
"Kau masih kesal?" tanya Hyun Jung.
"Entahlah, sekali pun aku kesal itu tak akan berguna. Semua keputusan ada di tanganmu. Aku tak bisa katakan dan lakukan apapun setelah ini. Bukankah takdirku sudah berada di tanganmu?" ujar Brielle.
"Wah, aku menjadi sekuat itu? Aku benar-benar tak habis pikir." Hyun Jung menimpali.
Seperti yang bisa di duga, Hyun Jung memberikan perlindungan privasi pada calon istrinya itu. Meraka berdua keluar bandara dengan mobil yang sama sekali tak mencurigakan.
"Kau pulang ke rumahku," lirih Hyun Jung.
Brielle tak bisa menolak dan hanya mengiyakan apa yang menjadi keinginan Hyun Jung. Mereka berdua masih duduk saling berdampingan. Sejak peristiwa di butik kemarin, sepertinya Brielle masih enggan berbasa-basi dengan Hyun Jung.
Mobil memasuki kediaman pria bermarga Jeon itu. Rumah megah dengan aksen warna emas itu membuat tak Brielle silau. Selain karena sudah pernah datang, itu juga akan menjadi penjaranya setelah menikah.
"Bibi, antar dia ke kamar atas. Biarkan dia istirahat dan panggil dia saat jam makan malam saja. Aku harus pergi sekarang," perintah Hyun Jung pada Bibi Lee.
"Baik, Tuan," balas Bibi Lee.
Brielle memandang ke arah Hyun Jung yang hampir masuk kembali ke mobil setelah memerintahkan pada pembantunya itu.
"Apa dia tak lelah? Mau ke mana lagi dia sebenarnya," liriknya.
"Masuklah, aku harus bereskan sesuatu," kata Hyun Jung pada Brielle.
Brielle hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan calon suaminya pergi begitu saja.
"Mari, Nona," ajak Bibi Lee.
"Ayo," sahut Brielle dengan senyuman.
"Hari ini adalah hari kematian orang tua Tuan Jeon, dia pasti ke makam lalu ke panti asuhan seperti biasanya. Dia selalu mengadakan malam amal untuk kedua orang tuanya." Bibi Lee tiba-tiba menjelaskan sesuatu yang sama sekali tak Brielle ingin tahu.
"Ah, dia selalu seperti itu?" tanya Brielle.
"Tentu saja, Nona. Pamannya selalu mengingatkan dia akan hari ini," jelasnya.
"Paman?" tiru Brielle.
"Beliau adalah Tuan Jeon Hwa Ji, ayah dari Tuan Tae Hyun. Paman Tuan Jeon Hyun Jung." Bibi Lee menjelaskan dengan detail.
"Tae Hyun? Yang sekarang tinggal di Inggris?" tanya Brielle.
"Dia sudah datang kemarin. Dia langsung pulang saat Tuan Muda memintanya pulang untuk acara pernikahan yang akan segera di gelar. Dia di dalam, seperti biasanya dia akan tinggal di sini karena tak ajur dengan istrinya," kata Bibi Lee.
Brielle hanya menganggukkan kepalanya.
"Ah, calon pengantin wanita sudah datang?" sambut Tae Hyun.
"Nona, biar saya antar ke kamar Anda," sahut Bibi Lee.
Tae Hyun tiba-tiba memeluk erat Bibi Lee. Dia mendekapnya erat.
"Bibi jahat sekali padaku, bukankah aku adalah putramu? Mengapa Bibi Lee cuek seperti itu padaku?" desak Tae Hyun dengan nada manja.
Brielle sedikit terkejut dengan hal itu. Bagaimana bisa dia menjadi sangat dekat dan sampai seperti itu pada seorang pembantu rumah tangga keluarga itu.
"Tuan Muda bukan putraku lagi setelah berpisah dari Nyonya Ae Rii, kau terlalu egois sehingga kau memilih berpisah," omel bibi.
"Ini bukan keinginanku, ini adalah takdir. Aku dan Ae Rii sama sekali tak cocok, Bi. Kami adalah dua orang yang sangat berbeda. Kami tak bisa mengerti satu sama lain. Aku juga tak ingin seperti ini, hanya saja ini harus terjadi," jelas Tae Hyun dengan sangat lembut dan membuat Bibi Lee menjadi sangat sedih.
"Nyonya Ae Rii sangat cantik dan berbakat. Banyak sekali dramanya yang meledak di pasaran. Tentu saja dia harus menjaga itu semua. Seharusnya kau yang mengerti. Kau harus mendukungnya. Mengapa kau justru meninggalkannya?" cecarnya lagi.
"Astaga, apa ini? Mengapa Bibi jadi mengomel padaku? Aku tak bahagia dengannya. Aku hanya mendapatkan sorotan media karena dia seorang publik figur. Aku tak tahan dengan itu semua," balas Tae Hyun.
"Nona, kau juga seorang artis bukan?" tanya Bibi Lee.
Brielle menganggukkan kepalanya.
"Jangan buat Tuan Mudaku menjadi kakaknya ini. Dia harus bahagia dan menjadi pria paling sempurna. Hidupnya sudah sangat menderita selama ini. Dia yatim piatu dan penuh perjuangan. Aku hanya berharap dia benar-benar bahagia dengan menikah dengan Anda," jelas bibi.
"Sepertinya kalian berdua sangat cocok. Wanita penuntut," umpat Tae Hyun.
Brielle tersentuh dengan apa yang Bibi Lee katakan. Dia tak menyangka sedalam itu rasa sayang seorang pembantu pada majikannya.
"Maafkan aku, Bi. Tapi ini bukan pernikahan yang akan kami jaga selamanya. Ini hanya sementara sebagai penebus kesalahan. Maafkan aku," batin Brielle.
Dia tak ingin wanita yang sangat mencintai Hyun Jung itu kecewa dan terluka. Dia tak bisa menganggap ini semua menjadi sebuah hal yang mudah. Karena dia yakin setelah ini permasalahan hidup dan polemik rumah tangganya akan menyebar dan menjadi sesuatu yang semakin menyedihkan.
"Bagaimana jika ini semua menjadi semakin sulit? Bagaimana jika setelah dua tahun Hyun Jung tak melepaskan aku?" tanya Brielle dalam hatinya.
"Brielle, kau melamun? Mengapa melamun?" tanya Tae Hyun.
"Ah, tidak. Aku hanya terharu saja melihat dan mendengar kalian berdua. Bibi Lee ternyata sangat dekat dengan dua pria ini. Kurasa hanya Bibi juga yang bisa menasihati kau." Brielle menjadi ingat apa yang Tae Hyun lakukan dengan wanita lain tempo hari.
"Apa yang dia lakukan?" tanya Bibi Lee.
"Dia mencumbu seorang wanita di ruang kerjanya. Menjijikan sekali," adu Brielle.
"Astaga, kau lakukan itu lagi? Mau sampai kapan kau sembuh? Kau ini keterlaluan sekali," omel bibi.
"Aish, kau mengadukan ini? Kurang ajar sekali," umpat Tae Hyun dan segera berlari ke arah tangga menuju kamarnya.
Bibi Lee hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum mengembang di bibirnya. Dia seperti seorang ibu yang sedang melihat putranya tumbuh dewasa. Bahkan semua di luar yang Brielle duga.
"Aku berpikir akan masuk ke dalam neraka saat aku memikirkan pernikahan. Tapi di sini banyak sekali kehangatan. Bibi Lee, Tae Hyun dan Hyun Jung memiliki sisi tersembunyi yang bahkan di luar dugaanku. Mereka begitu hangat dan memiliki jiwa memiliki yang besar," batin Brielle lagi.
"Biar saya antar ke kamar Anda, Nona," kata Bibi Lee.
Brielle mengulas senyuman dan mengikuti Bibi Lee menaiki tangga. Mata Brielle berkeliling ke sekitar. Seisi rumah itu sangat istimewa, dia melihat kembali sebuah sudut yang penuh aksen tentang dirinya itu.
"Tuan Muda mendapatkan apa yang dia impikan. Dia adalah pengagum rahasiamu yang selalu ikut kemanapun kau menggelar konser. Dia juga membeli semuanya yang berhubungan denganmu," ujar Bibi Lee.
* * *