Aku sudah menyembunyikan peralatan di rerimbunan semak-semak untuk yang tidak dapat kubawa, dan membaca buku dari yang Tirta lempar itu berisi soal belajar kekuatan astral secara mandiri, sementara di dalam buku juga terdapat petunjuk mengenai penggunaan alat secara singkat. Kalau soal simbol, tidak ada petunjuk apapun, ia hanya menyuruhku untuk memikirkannya sendiri. Yang jelas, tertulis sesuatu yang terpusat. Tapi aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Selalu mengandalkannya juga kurang bagus, jadi dengan kekuatan sendiri akan kucoba untuk memecahkan masalah ini, akan bagus untuk perkembanganku kedepannya.
Aku memiliki beberapa alat yang kubawa seperti translator bahasa yang kupakai di leher dan telingaku. Senjata pisau lalu senapan kusimpan di jaket, ada juga tas berisi alat-alat lain dan makanan. Tak lupa membawa buku tulis bila aku ingin mencatat sesuatu.
Aku kemudian mengambil sesuatu di dalam tas, sebuah teropong untuk mengamati kota yang masih cukup jauh dari sini, mungkin jaraknya dari sini adalah sekitar 3 km. Sudah kuduga terdapat manusia yang berpakaian seperti duniaku mengingat tempat-tempat yang kulihat, namun kelihatannya peradabannya lebih canggih karena terkadang aku melihat beberapa orang tubuhnya dilapisi sebuah alat mekanik juga beberapa tubuhnya seperti hewan, aku tidak yakin apakah mereka melakukan modifikasi tubuh mereka, untuk sekarang aku harus memberanikan diri kesana.
**
Aku berjalan menyusuri trotoar, nampaknya kota disini kurang begitu tertata. Lalu lintas jalanan cukup padat, orang-orang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, sampah berserakan di tepian. Beberapa aku melihat sedikit keributan karena ada mobil yang menabrak pembatas jalan, namun tak begitu dihiraukan oleh banyak orang. Hanya petugas yang terlihat menandu beberapa yang terluka. Disisi kanan aku melihat rumah yang diratakan oleh alat berat. Kota yang benar-benar sibuk dan cukup bising. Bahasanya sama dengan yang aku pakai keseharian duniaku. Jadi aku tak perlu mengaktifkan alat penerjemah.
"Permisi, Tuan apakah ada pekerjaan di tempat ini?" ucapku pada seorang pria yang matanya terbuat dari bahan mekanik yang sedang berjaga di warung makan yang memiliki banyak pembeli.
"Hah?! Siapa kau! Pergilah tidak ada pekerjaan disini atau kau ingin aku membunuhmu!" teriaknya lumayan kasar. Menyeramkan juga, jadi aku segera beranjak pergi dari tempat tersebut.
Aku mulai menjaja satu persatu tempat untuk mencari pekerjaan, tapi tak ada satupun yang menerimaku. Diantara mereka sebenarnya ingin menerimaku, tapi aku tak memiliki chip yang membuat mereka enggan. Chip semacam sesuatu yang dipasang ke tubuh pengguna untuk melihat riwayat tingkah laku dan sebagainya. Tentunya aku tak bilang bahwa aku tak memiliki chip, karena aku yakin tidak memiliki chip merupakan sesuatu yang illegal, jadi bisa saja mereka nanti bisa melaporkanku.
**
Ingin hidup di kota yang terlihat antah berantah ini cukup merepotkan juga. Sudah 3 jam aku memutari distrik ini, tapi belum juga menemukan pekerjaan kecil yang setidaknya cukup untuk aku menginap dan makan. Lalu mencari informasi soal simbolnya. Aku duduk di taman melepas penat. Kota dengan kecanggihan seperti ini sungguh luar biasa, tapi menyebalkan juga. Aku duduk sejenak di salah satu kursi yang dekat pepohonan.
"Hei Bro! Apa kau sedang mencari sesuatu?!" ucap seseorang sembari salah satu tangannya merangkul ke pundak, seorang pria berbadan cungkring berkacamata hitam dengan lengan kakinya yang terbuat dari besi. Ia terlalu dekat untuk seseorang yang baru saja ia kenal, atau memang ada sesuatu yang lain mungkin ia ingin mencuri atau melakukan sesuatu padaku.
Karena memang bagaimanapun setelah aku berkeliling meski dengan kemajuan kotanya, namun penduduknya cukup bermasalah hanya dengan melihat tempat-tempatnya saja. Terlihat moral dan etika sedikit buruk disini.
"Ah, iya."
"Kau baru keluar kota Bro?" tanyanya.
Terlepas dari resikonya, aku memang perlu mendapat informasi lebih soal gaya hidup di tempat ini, walaupun orang ini penuh dengan tindik dan tato, kurasa tak masalah mencari informasi darinya dulu.
"Aku butuh informasi."
"Hoo? Jadi kau agen mata-mata sebelah? Kupikir kau tak terlalu jago jadi mata-mata Bro."
Sekarang dia menganggapku mata-mata. Namun itu seperti sebuah keuntungan bagiku, jadi aku akan mengikuti anggapannya saja. Tapi belum sampai aku mencoba menggali informasi seseorang dengan cepat menjambret tas yang kutaruh di kursi.
"Hei!"
Saat aku mencoba mengejar aku melihat pria sebelumnya ikut lari juga di arah berlawanan. Aku yakin mereka bersekongkol, padahal aku sudah cukup waspada tadi. Sial, lebih baik aku mengejar yang mencuri tasku.
Aku segera berlari menggunakan kekuatan astral untuk meringankan tubuhku, kususuri kota ini untuk mengejarnya sesekali aku hampir menabrak beberapa pejalan kaki.
"Maaf!" ucapku pada mereka.
Seorang gadis dengan rambut panjang tergerai menggunakan jaket berwarna coklat membawa tasku kabur, dengan kaki yang menggunakan sepatu roda. Dia pikir dengan kecepatannya itu aku tak dapat mengejarnya. Tapi dia salah besar.
"Hoy, tunggu!" teriakku padanya.
Ia melihat ke arahku, tapi ia masih tetap berlari, hingga memasuki sebuah bangunan-bangunan tua, gang-gang sempit. Aku masih terus mengejarnya melompati beberapa bangunan, bergelantungan di anak tangga, melompat ke atas bangunan dan menuruninnya selama beberapa kali sampai kemudian ia berhenti di sebuah gang yang sepi.
"Hei, kembalikan tasku!"
"Ambil saja kalau bisa."
Aku baru menyadari sesuatu bahwa beberapa orang ada disini untuk mengepungku, gadis ini tidak hanya mencuri tasku namun juga menjebakku. Sekitar 5 orang membawa senjata seperti senapan, palu, dan sabit panjang.
*****