PLAKKK!
Aarun memegang sebelah pipinya yang baru saja ditampar. Ia tidak merasa sakit tapi, ia sangat kaget karena untuk pertama kalinya ia ditampar seperti itu oleh Hannah.
Ia lebih kaget lagi setelah melihat Hannah yang menangis, sejak kapan ia menangis? Sebenarnya apa yang telah terjadi.
"Apa kau pikir aku menyuruhmu masuk untuk melakukan ini?"
Hannah sungguh kecewa, ia tidak tahan lagi dengan sikap Aarun yang kekanak-kanakan. Ia rasa hubungan ini harus di akhiri tapi Aarun sudah terlanjur menjadi bagian dalam hidupnya.
Mereka sudah melewati semuanya bersama dan tentunya berjuang hingga sampai detik ini. Hannah tahu dia tidak boleh mengambil keputusan saat marah begini.
"Maafkan aku." Aarun menunduk.
"Aku tanya padamu dengan serius, kau harus menyimak pertanyaanku ini karena aku tidak akan mengulanginya. Kau mengerti?"