PRANGGG
Sebuah benda terbuat dari lempengan besi terlempar ke aspal jalanan. Salah satu teman Rhea tiba-tiba saja melempar senjata tajam namun Rachel berhasil menghindar secepat kilat. Kira-kira ada sepuluh lelaki yang dibawa Rhea ke lokasi ini. Rachel tidak meragukan lagi pertemuan kali ini akan sangat anarkis.
Lelaki berkepala botak menancapkan gas motor dan berusaha menabrak Rachel. Lagi-lagi, Rachel berhasil menghindar. Wajah Rhea nampak tercengang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jika Rachel adalah gadis biasa, seharusnya dua serangan tadi sudah cukup untuk membuatnya cacat.
"Sekarang giliranku! Pertama, kalian menyerangku dengan parang. Maka aku juga akan mengeluarkan parangku," ujar Rachel.
"Tidak bisa, Ia tidak benar-benar menyerangmu. Ia hanya melemparkan parang itu ke depanmu," Rhea membela temannya.
Saat Rhea berujar, lelaki berambut pirang memanfaatkan kelengahan Rachel dengan menembakkan softgun.
DORRR
Rachel terlambat menghindar dan darah segar pun mengucur deras dari lengan kirinya. Seperti dikendalikan oleh kekuatan super, tangan kanan Rachel menjulur ke atas dan tiba-tiba telapaknya menangkap samurai yang datang dari langit.
Hyaaak
Rachel memutar tubuhnya, kilatan api memancar dari ujung samurai. Ia memainkan senjata itu layaknya sudah terbiasa.
"Penyihir, Ia penyihir!" teriak salah satu teman Rhea setelah selama beberapa detik terpaku di tempat.
"Serang ramai-ramai!" teriak Rhea.
Suara tembakan, desingan antar besi dari beberapa senjata, dan teriakan kesakitan bercampur menjadi satu. Beberapa pasukan yang dibawa Rhea sudah luka-luka dan mengeluarkan banyak darah, padahal hanya mengeroyok seorang gadis.
Rhea pun setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, gadis itu --pembantunya Danique, perlahan-lahan berubah wujud menjadi petarung wanita yang sangat cantik. Rambut hitam legamnya berubah keemasan, iris matanya biru safir dan bukan coklat lagi, Ia mengenakan mahkota dan gaun yang kuno namun tampak mewah. Gadis itu bertarung melawan anak buahnya yang sebenarnya dalam keadaan mabuk berat. Mereka menganggap enteng ketika Rhea memintanya untuk melabrak gadis yang menyinggung harga dirinya.
"Ah, hanya seorang gadis. Kita lawan sambil mabuk pun bisa," respon salah satunya saat Rhea mengutarakan keinginannya.
"CUKUP!!" teriak Rhea saat menyadari bahwa anak buahnya tidak mungkin menang, beberapa di antara mereka juga sudah tergolek di aspal.
Namun bukannya berhenti, mereka malah semakin membabi buta menyerang Rachel, bagai menyetorkan nyawa. Akibatnya, karena tersinggung tidak didengarkan lagi oleh anak buahnya, Rhea mencoba menyadarkan mereka dengan melempari batu.
Kini, di area pertempuran hanya tersisa dua orang, Rachel dan Rhea.
"Siapa, siapa Kau sebenarnya?" tanya Rhea dengan gagap.
"Aku adalah putri kekaisaran yang telah hilang ratusan tahun lalu. Hidupku abadi kecuali aku telah melahirkan penerus dari rahimku," Rachel menjawab.
"Tidak, Kau penyihir. Kau penyihir yang mengarang cerita," Rhea berteriak.
Dengan tangan gemetar, Rhea merogoh pistol di saku celananya dan mengarahkan ke Rachel. Ia berharap usaha kerasnya kali ini berhasil, ini adalah kesempatan terakhir sebelum Rachel membalas dan membunuhnya. Peluru itu meleset dan Rachel menendangnya dengan ujung sepatu seperti Ia tengah menendang kerikil.
Dorrr
Peluru kecil itu meledak di paha Rhea. Wanita itu memekik kesakitan namun masih bisa melangkah dan menunggangi motornya, lalu kabur.
Di sisi lain, Rachel juga terkejut dari mana datangnya kekuatan super ini. Pewarna rambutnya tiba--tiba pudar dan menyisakan warna asli rambut panjangnya. Gaun yang Ia kenakan adalah gaun yang diberikan oleh ibunya saat akan berangkat ke Ancala Tunggal. Samurai panjang di tangannya sudah lenyap tanpa Ia sadari.
Kakinya melangkah meninggalkan mayat-mayat yang bergelimpangan di jalanan. Ia kembali ke wujud aslinya dengan pakaian kasual seperti biasa. Saat mesin motor matic-nya menyala, Ia pun meninggalkan tempat itu.
Rhea sengaja tidak dibunuh karena Ia sadar bahwa Danique pasti akan mencari wanita itu. Wanita itu sebenarnya berbahaya bagi Danique, selain gold digger dan pemain lelaki, Ia juga merupakan kawanan preman jalanan. Tetapi Rachel ingin melihat apakah mereka adalah cinta sejati atau bukan. Ia ingin melihat bagaimana seseorang bisa saling mencintai tanpa mengetahui takdir jodohnya terlebih dahulu.
"Miss Juvenil? Ada apa dengan tangan Anda?"
Keesokan paginya Rachel datang ke mansion Danique dengan tangan diperban sehingga mengundang perhatian para pelayan.
"Ah, hanya kecelakaan kecil," kilah Rachel.
"Dasar, tidak bisa menjaga diri," Danique menyalahkan.
"Apa sih masalahmu, Mr. Berend? Aku yang terluka tetapi Kau yang ribut," Rachel merasa geram karena Danique sama sekali tidak bersimpati padanya.
Oh, apakah jangan-jangan lelaki itu sudah mengetahui pertengkarannya dengan wanita itu? Rachel sedikit frustasi dengan apa yang telah wanita itu ceritakan pada Danique. Jangan kaget, jika Rhea yang menceritakannya pasti tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Pagi ini, selimut dan ranjang Danique kembali dipenuhi oleh bulu-bulu lebat lebih banyak dari biasanya. Rachel tersenyum kecil karena Ia telah memiliki alat kecil berupa penyedot kotoran. Biasanya alat ini dipakai untuk membersihkan bulu-bulu kucing yang rontok dan mengotori tempat-tempat tertentu. Tugas Rachel yang satu ini menjadi lebih cepat selesai.
Seperti biasa, mereka menuju kantor bersama dengan mobil yang disetir oleh sopir Danique. Namun kali ini lelaki itu meminta untuk mampir ke kediaman Rhea terlebih dahulu karena wanita itu tidak memberinya kabar sejak kemarin sore.
"Apa pacaran lebih penting daripada bekerja?" gerutu Rachel.
"Bekerja dan berpasangan adalah sama-sama bagian dari hidup jika Kau belum tahu," Danique menjawab dengan ketus.
Mendengar jawaban itu, ulu hati Rachel seolah dihujam anak panah. Cinta sejatinya bahkan belum ada tanda-tanda menampakkan diri padahal purnama terakhir akan segera tiba.
Pintu apartemen Rhea terbuka hanya dengan satu jentikan jari Danique.
"Kau bisa membukanya?" Rachel sedikit takjub. Seberapa dekat kedua orang itu sampai bisa saling masuk rumah sesuka hati?
"Apartemen ini milikku," gumam Danique singkat.
Oh, tidak mengherankan. Apapun yang wanita itu inginkan, Danique pasti akan merogoh isi dompetnya dengan suka rela. Mereka terus masuk ke dalam rumah sampai tiba di kamar wanita itu, Danique pun bisa membukanya dengan sangat mudah.
Rhea terlonjak dari posisi rebahannya, Ia duduk dengan terburu-terburu. Wanita itu memiliki luka di mana-mana yang nampak sangat jelas di bawah cahaya lampu. Ia terkejut melihat kedatangan Danique yang didampingi Rachel.
Dengan tangan bergetar, wanita itu membenarkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang kini menggigil. Ia menghindari tatapan Rachel.
"Kau, Kau kenapa? Sesuatu yang buruk menimpamu? Mengapa tidak mengabariku?" tanya Danique.
"Dan... Danique... Jangan dekat-dekat gadis itu. Ia... Ia... monster," ucap Rhea dengan terbata-bata sembari menunjuk Rachel dengan jari gemetar.
Bukannya ingin membalas ejekan Rhea, Rachel justru merasa kasihan pada wanita itu. Ia nampak sangat menderita baik fisik maupun pikirannya. Tatapan wanita itu nampak linglung. Di sisi lain Ia takut Danique mempercayai ucapan Rhea yang mengatakan bahwa dirinya adalah monster.
"Jadi kalian bertarung sampai seperti ini? Ck. Kuno sekali cara yang kalian pakai," decih Danique.
"Danique, aku mohon," ucap Rhea.
"Tenang, Sayang. Orang-orangku akan membawakanmu dokter secepat mungkin. Kau bisa istirahat beberapa hari dengan perawatan dokter. Hari ini aku harus bekerja, jadi tidak bisa menemanimu," ujar Danique sembari mengeluarkan handphone-nya.
"Aku mohon jangan dekat-dekat dengan Rachel, Ia monster. Ia bisa menyerangmu," Rhea mengulangi pernyataannya.
"Ah, Ia bisa mengalahkanmu tapi tidak mungkin berani melawanku," tanggap Danique.
Rachel ingin sekali menanggapi ucapan Danique, tapi Ia menahannya karena semakin Ia meladeni ajakan pertengkaran, semakin rahasianya terbongkar.
"Oh, iya. Miss Juvenil, mengapa rambutmu belang-belang pirang dan hitam? Kau salah masuk salon?" sopir Danique membuka percakapan saat mereka sudah kembali ke mobil.
Seketika Rachel sadar bahwa Ia mengecat rambut dengan asal-asalan karena terburu-buru. Warna asli rambutnya keemasan sedangkan Ia menutupinya dengan cat hitam. Ia panik jika di dunia ini akan ada yang mengenalinya.
***